Prolog

2.5K 291 4
                                    

"Minggu depan giliran kita." Seorang perempuan melempar kumpulan kertas berisi coretan angka yang ditulis dengan pulpen warna-warni ke meja Brian. Lelaki itu agak kaget, lalu melihat ke arah si perempuan dengan dahi berkerut.

"Lo ngomong sama gue?"

"Siapa lagi?"

"Apaan nih?" Tanya Brian tanpa and melihat isi kertas tersebut, sekilas ia dapat membaca istilah-istilah seperti nash equilibrium, punishment mechanism, dan ada beberapa rumus juga tertulis di sana. Alasan kenapa ia enggan membaca catatan tersebut karena terlalu banyak warna di sana. Rapi, tapi bikin sakit mata. Batin Brian.

"Minggu depan kita presentasi, ntar sore sepulang jam ketiga gue tunggu di perpustakaan. Nggak pake ngaret."

"Yi, gue mau nge--"

"Ga ada tapi-tapi, Bri."

Brian menatap punggung Ayia, nama perempuan itu, dengan tatapan sebal. Untuk kali ini terpaksa ia melewatkan latihan band-nya, terpaksa juga melewatkan seporsi nasi bungkus gratis untuk makan malam.

Anak kos, sukanya gratisan.

"Sampai ketemu di perpus, Yi. Gue jamin lo harus bayarin gue makan malam ini."

Tujuh Hari Bersama BrianTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang