--Al's point of view--
"Raiiiiiin banguuun," teriak Bundaku di depan pintu sambil mengetuk- ngetuk pintu tiada henti.
"Iyaaa ini udah bangun kok, Bun. Lagi siapa- siap," teriakku tak kalah keras.
Sebenarnya aku sudah bangun dari jam setengah 5 shubuh. Rajin sekali bukan? Bahkan aku sudah siap dari jam setengah 6, tinggal memakai sepatu saja. Tapi karena masih jam 6, aku memutuskan melihat grup chat LINE kelasku yang belum sempat aku buka tadi malam.
Tenyata isinya hanya chat teman- temanku yang meminta jawaban untuk PR Matematika hari ini dan screenshoot-an jawaban yang dikirim oleh Dila, teman kelasku yang tidak pernah turun peringkat dari peringkat pertama sejak masuk sekolah. Aku pun mencoba untuk membandingkan jawabanku yang sudah kukerjakan semalam dengan jawaban Dila. Ternyata jawabannya sama semua, beberapa hanya beda cara pengerjaannya saja.
LINE!
Bunyi notifikasi LINE dari Sarah.
Sarah: Al, ke sekolah jamber?
Aku pun langsung membalasnya.
Al: Jam 7 kurang kayaknya. Kenapa gitu?
Sarah: Bisa lebih cepet? Jam 6.15 gitu? Aku kangeeen.
Al: Maaf kangenmu bertepuk sebelah tangan :(
Sarah: Jadi lo tega Al sama gue?
Al: Haha apaansih. Mulai deh alaynya
Sarah: ini gue minta ajarin PR Matematika. Udah selese siih liat yang Dila. Tapi ada yang gue ga ngerti. Mau kan membantu temanmu yang pinternya minim ini?
Al: Iyee deh. Ini gue pake sepatu dulu
Sarah: Okee. Thanks Aleenaku~
Aku pun hanya membalasnya dengan sticker.
Segera aku memasukkan buku PR-ku ke tas dan memakai sepatu. Apa lagi ya? Oh iya! Sketchbook! Aku pun segera keluar kamar setelah memasukkan Sketchbook-ku. Setelah aku keluar kamar, ada yang kelupaan ternyata. Kemudian aku kembali ke kamar, mengambil selimut dan melipatnya. Bisa- bisa kena omel Bunda kalau ketahuan belum melipat selimut, batinku.
"Bundaa, Rain berangkat sekarang ya. Sarapannya Rain bawa aja ke sekolah," ucapku sambil menuju dapur. Oiya, panggilan namaku Rain kalau di rumah dan Al kalau di sekolah.
"Yaudah. Tuh Tupperware-nya di lemari atas. Kamu tempatin sendiri Rain," ucap Bunda yang sedang sibuk mencuci piring bekas memasak pagi ini.
Aku pun berusaha mencari Tupperware yang dimaksudkan oleh Bunda. Tapi ternyata sulit juga untuk menggapainya. Sebelum aku meraihnya, ada tangan yang mengambilnya duluan. Saat kulihat tangan Yanda ternyata. Yanda itu panggilan untuk ayahku.
"Duh, anak Yanda kapan tingginya sih? Ngambil beginian aja repot banget keliatannya," ledek Yanda sambil memberikan Tupperwarenya.
"Bukan Rain yang kurang tinggi Yandaa, tapi lemarinya aja yang ketinggian," elakku.
"Tapi Yanda bisa tuh," ucap Yanda tak mau kalah sambil menertawaiku.
"Berarti Yanda yang ketinggiaaan," ucapku sambil menutup tempat bekalku.
"Dasaar kamu yaa" ucap Yanda sambil mengacak-acak rambutku.
"Tolong yaa Yanda. Rain males nyisir lagi. Rain berangkat dulu yah Bunda Yanda," ucapku sambil menyalami Bunda dan Yanda.
"Assalamu'alaikum," ucapku sambil meninggalkan dapur.
"Wa'alaikumsalam"
***
KAMU SEDANG MEMBACA
My Petrichor
Teen FictionKetika kebanyakan orang mengeluhkan tentang datangnya hujan, aku malah akan dengan senang hati menunggu hujan tiba. Salah satu alasan aku menunggu hujan karena tidak ingin ketinggalan untuk menikmati bau hujan ketika pertama kali menyentuh tanah. Ka...