Si Pemalas

130 25 21
                                    

Ingatan tentang aroma tubuhnya mengajak ku tetap tinggal, siluet senyumnya seakan meminta ku untuk bertahan. Setidaknya tidak untuk waktu yang lama.

***
"Re, aku pengen Shihlin Anterin aku yuk, beli di Gancit?" Kataku dengan mata yang masih menatap layar ponsel yang menampilkan sejumlah gambar makanan yang tadi kusebut.

"Aku mager" Jawabnya tanpa berpikir panjang. Jawaban yang sama terulang lagi, entah untuk keberapa ratus kali yang anehnya aku tidak lelah dengan jawaban itu.

"Yaelah, Re. Pengen banget ini"

"Go-food aja sih" Sekarang ia sudah merubah posisi tidurnya yang semula terlentang jadi tengkurep persis kaya kura-kura dirumahku.

"Re ayo napa. Ini kan hari sabtu masa tiap hari sabtu cuma gegoleran di rumah kamu aku kan pengen malming-an juga"

"Mager, Ra"

"Aku yang nyetir deh"

"Rerenya lagi tidur" Sautnya.

Aku angkat tangan kalau Rere sudah mendeklarasi dirinya ingin melakukan kegiatan keramatnya itu. Sudah bisa dibilang tidak ada harapan lagi. Jika ia sudah menutup matanya maka tidak akan ada kata berakhir hingga ia membuka matanya sendiri lagi. Dan aku? Mungkin menghabiskan waktu menonton televisi di ruang tengah sendirian atau berakhir dengan membersihkan kamarnya.

Tapi kali ini aku benar-benar tidak bisa menepis nafsu memakan ayam Shihlin, sebenarnya aku tahu ada teknologi bernama Go-food yang kita hanya tinggal klik-klik ponsel kemudian pesanan makanan bisa datang beberapa saat kemudian, akan tetapi bukan masalah itu yang sebenarnya sedang bergejolak dibenak ku yang aku mau, aku dan Rere bisa bebas pergi dan menikmati hari sabtu bersama layaknya pasangan normal, bukan terpenjara di rumah setiap hari sabtu atau hari- hari lainnya ketika kita punya waktu bersama. Dan akhirnya aku memutuskan untuk menonton film sendirian di ruang tengah.

Rumah Rere sudah menjadi rumah keduaku, aku tahu dimana garasi, kamar orangtuanya, letak mesin cuci bahkan aku tahu dimana letak garpu dan sendok. Hampir setiap minggu aku mampir, mungkin rumah ini memang besar tapi Rere hanya tinggal sendiri (dan satu asisten rumah tangga serta satu tukang kebun. Itu juga selalu pulang setiap jam enam sore).

Papanya Rere seorang diplomat dan selalu dipindah tugaskan ke negara-negara asing, tentunya Mama Rere juga harus ikut mendampingi. Aku pernah bertemu Papa-Mama sekali, mereka sangat ramah dan hangat. Rere beruntung terlahir dikeluarga sehangat ini. Tapi sayangnya kehangatan itu hanya berlangsung dua kali dalam setahun, setiap enam bulan sekali Papa-Mama pulang tapi paling lama hanya satu bulan yang kemudian kembali lagi ke negara utusan. Maka dari itu aku sebagai pacar satu-satunya (ya gak mungkin juga ada yang lain. Siapa yang tahan sama orang kaya dia?) Bertugas menjaganya dan mampu mengerti pribadi Rere yang sebenarnya kesepian.

***

Aku tertidur, lagi-lagi televisi yang menontonku bukan aku yang menontonnya entah berapa jam aku sudah tertidur. Tapi ketika kepalaku melongok kearah jendela matahari sudah tidak terlihat, tergantikan oleh bulan. Ku lirik jam dinding tepat menunjukan pukul tujuh malam. Ya tuhan aku sudah tertidur selama empat jam. Dan suara Rere berhasil mengembalikan sadarku secepat kilat menyambar.

"Jadi gak ke Gancit?" Ujarnya sambil meminum segelas air putih di dapur. Ruang tengah dan dapur memang terdesain dalam satu ruang lingkup yang sama. Jadi, aku bisa melihat Rere hanya dengan menengok.

"Ke Gancit??" Jawabku bingung.

"Tadi ada yang bilang ngidam Shihlin?"

"Kita ke Gancit, Re?!!!"

"Ayo. Keburu mood tidurku muncul lagi nih"

"EH JANGAN JANGAN" Kataku beranjak dari sofa.

"Yaudah yuk" Ujarnya sambil meraih kunci mobil di meja ruang tengah. Sambil tersenyum kegirangan aku mengekorinya kearah mobil.

Malam itu kami tidak hanya membeli Shihlin, kami bahkan menonton film di bioskop serta makan malam di cafe favoritku. Bahkan Rere sempat menemaniku membeli masker di counter kosmetik. Malam itu Rere persis seperti pacar-pacar pada umumnya.

Re, terimakasih untuk malam minggunya.


pst. bonus fotonya Rere yang kuambil diam-diam ketika menungguku ke toilet. \

 \

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Tiga hal tentang RereTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang