Part 1
“Aku nggak bisa berpaling kesatu sisi pun selain memandang kearahmu. Tempat dudukmu yang lumayan jauh dari tempatku membuatku leluasa memandangimu.”
Hari ini aku mendengar kabar bahwa ia putus dengan pacarnya. Aku bingung, aku bimbang. Aku tak tau apa yang kurasakan saat ini. Suatu sisi aku sangat mencintainya, dan disisi lain perempuan itu adalah sahabatku sendiri. Aku? Namaku Sashanur Rahminta, kamu bisa panggil aku apa aja kamu mau, tapi teman-temanku sering memanggilku dengan Mbak, ntah kenapa aku dipanggil mbak padahal umurku tak jauh berbeda dari mereka hahaaha ahsudahlah tidak usah membahasku lagi. Ia yang ku maksud adalah sesosok cowok yang udah lama aku idamkan. Lebih tepatnya ia adalah pacar sahabatku. Ia bernama Sindu Darwijaya. Bagiku, ia merupakan sosok yang sempurna, sosok yang kucari selama ini, sosok yang sulit untuk didapatkan. Mungkin tidak bagi mereka.
Sindu telah berpacaran dengan Anni sejak kelas 7. Anni? Ohh Anni adalah sahabatku yang udah kuceritakan di paragraf sebelumnya. Aku mempunyai 2 sahabat pada saat itu yaitu Annisa Cahyani dan Prishinta Kivia, panggilan keduanya adalah Anni dan Prishi. Sekian dulu, mari lanjut. Pertemuan mereka berawal saat mereka masuk pengembangan diri akademis yang sama yaitu Matematika. Aku dan Prishi berpisah dengan Anni, karena aku dan Prishi memutuskan untuk memilih pengembangan diri akademis (PDA) ipa, karena kami sangat membenci matematika. Saat itu guru yang mengajar di PDA Matematika itu memutuskan untuk membuat kelompok, dan kelompok ini bersifat permanent. Sebelum itu, Anni sudah menaksir seorang cowok, dan ia telah menceritakannya kepadaku dan Prishi. Katanya cowok itu bernama Sindu. Dan akhirnya tuhan menghendaki mereka berada di kelompok yang sama. Betapa gilanya Anni pada saat itu.
PDA diadakan setiap hari sabtu. Hari ini adalah sabtu kedua, dan hari mulai berlakunya kelompok permanent di PDA Matematika. Hari ini tidak ada guru yang masuk ke kelas PDAku, jadi kami bebas berkeliaran kemana saja. Kelas PDA Matematika yang kebetulan bersebelahan dengan kelas PDA Ipa membuahkan sebuah ide cemerlang di otakku dan aku langsung membisikkannya kepada Prishi yang sedang duduk termenung di kursinya.
“ Eh Prishi, sini buruan!” ujarku yang sedang melihat kearah ruang kelas PDA Matematika.
“ Apaan Sha?” jawabnya
“ Eh Pri, aku punya ide bagus ni” ucapku agak sombong
“ Apaan sih ah? Buruan bego!” jawabnya cetus
“ Ha? Enak aja kamu manggil aku bego dasar dongok! Gini, aku punya ide. Mumpung lagi nggak ada guru ni, gimana kalo kita menyusup ke jendela anak PDA Mtk? Kebetulankan kelompoknya si Anni di pinggir deket jendela, gimana mau gak? Pinter gue kan?” ucapku bangga
“ Dasar lu-_- eh tapi bagus juga tu ide kamu Sha” ujarnya
“ Yadong, Sasha gitu, mari capcusss”
****