Part 4
Yuhuuuuu part 4 ni;;) jangan bosan baca celotehanku disini yaa;;) disini bagian sad story-nya=)) happy reading! Typo bertebaran lagi ya=))
Aduuh gak nyangka udah bulan november aja ni. Hari ini tanggal 1 november, gak nyangka udah mau ujian aja=)) hmm... tapi kayaknya ada yang kelupaan, apa ya?
Seperti biasa, aku berangkat sekolah dengan sepeda kesayanganku ini. Memang, jarak dari rumah ke sekolah nggak begitu jauh, makanya aku memilih naik sepeda dari pada terus-terusan diantar kayak si Prishi. Hahaha sudahlah. Ohya, aku ingat hari ini adalah hari ulang tahun Anni. “Ahhh kok aku bisa lupa sih? Mana belum beli kado lagi” gerutuku. Sejenak aku berfikir, hmmm sepertinya aku menyukai Sindu, aku akan menyukainya diam-diam aja deh. Hmm bagaimana jika ulang tahun Anni ke-13 ini ia mendapat kado special dariku, yaitu Sindu. Hmm aku tau, Sindu sering cerita padaku bahwa ia mulai menyukai sahabatku Anni. Suatu sisi aku senang, dan di sisi lain aku sangat kecewa. Tapi nggak papa, ini semua demi sahabat.
****
“Selamat pagi!!!” sapaku pada semua penghuni kelas. Namun, tak satupun menjawab sapaanku. Kudapati kelas dalam keadaan kosong, dan kulihat di samping kantin ada keramaian. Akupun menghampiri keramaian tersebut. Ohh ternyataaa........ anak-anak kelasku sedang menyaksikan perayaan ulang tahun Anni dari Sindu sekalian Sindu menembak Anni. Ooh tuhan betapa beruntungnya ia.
Perasaanku kini hancur, aku luka! Kenyataan ini sangat pahit. Walaupun begitu, aku harus menerima kenyataan ini. ini bukanlah kenyataan yang pahit, hanya saja ini semua salahku menyukai gebetan temanku secara diam-diam. Kemana aku harus mengadu? Sementara Prishi nggak tau bahwa aku suka sama Sindu. Di depan Prishi dan Anni aku sangat mendukung apabila Anni bisa pacaran dengan Sindu. Namun, semua ini membalikkan fakta, aku hancur, aku nggak tau harus berbuat apa. Betapa manisnya kenangan ini bagi Anni. Tepat dihari ulang tahunnya ia di tembak oleh cowok yang ia taksir sekaligus diberi kejutan yang sangat wow sampai-sampai anak satu kelas pada nengokin. Atas kejadian itu, aku memutuskan untuk pulang. Aku ingin mengurung diri. Aku nggak mau mereka semua tau bahwa aku menyukai Sindu.
****
“Assalamualaikum” salamku
“ Waalaikumsalam, kok udah pulang anak mami?” jawab mami sambil bertanya
“Nggak kok guru rapat, udah mi Sasha capek Sasha keatas ya” jawabku dengan flat dan cetus.
Sesampaiku dikamar, aku langsung melempar tas ku ntah kemana. Buku berserakan, hingga alat riasku ku hamburkan. Langsung kucari dimana kuletakkan buku diaryku dan aku akan bercerita padanya. Ialah sahabat dari segala sahabat. Sahabat yang tak memihak kepada siapapun, diary hanya memihak kepada sang pemilik. Tak ada kuragu untuk bercerita semuanya kepadanya. Ialah penjaga rahasia paling aman sedunia. Tak hanya aku aja, semua orang telah mengakuinya.
Dear diary..
Kenapa nasibku selalu begini? Dikhianati oleh cinta. Memang benar, ini semua salahku, ini semua dosaku. Aku menyukai gebetan sahabatku sendiri. Namun, haruskah seperti ini balasannya? Apakah ini karma untukku? Atau ini sudah takdirku. Ooh tuhan, melalui diary ini kau tau semua keluhku, kau tau semua inginku dan kau tau semua amarahku. Ini semua salahku.
Diary, bantu aku. Bantu aku menghadapi semua ini. Meninggalkan adalah hal yang biasa, ditinggalkan inilah yang aku sesalkan. Kenapa rasa ini muncul kepada seorang laki-laki yang kini telah menjadi pacar sahabatku. Jikalau ia mengetahui semua ini, pasti ia akan mengecapku sebagai penikung. Tuhan aku mohon, berilah aku tamparan, cambukan dan siksaan darinya hingga ia puas. Namun, jangan kau biarkan ia memberiku gelar sebagai pembohong besar.
Aku nggak tau mau berbuat apa. Kini pisau panjang ini menjadi saksi kisah hidupku yang mungkin terhenti disini. Haruskah aku mengakhiri hidupku dengan satu sayatan saja? Haruskah aku meminta padanya untuk membunuhku? Aku sudah cukup lama hidup, aku sudah puas dengan semua ini. bantu aku diary, mungkin aku belum siap mengakhiri hidupku..