Rachel Eteb

11 1 0
                                    

Happy Reading Gaes ;)



Entah sudah berapa jam Rachel jongkok sambil termenung disana. Setahunya, ia sudah melewatkan jam pelajaran kelima dan keenam. Rachel bete. Bete, bete ah. Ehm. Intinya, ia sangat kesal pada Esa. Coba ia tak luluh untuk mengantarnya boker dan sarapan, kejadian naas ini tak menimpa dirinya. Kakinya lemas dan tak bertenaga, perutnya juga sakit, ia lapar sekali. Rachel ingin menangis, tapi air matanya tidak keluar. Matanya lalu ia basahi dengan air bak mandi WC 1 km ini. Alhasil matanya perih, lalu merah lalu berubah jadi serigala. Tidak! Maksudnya, keluar sudah air matanya, tak tertahankan.

"Huwe perih" ucap Rachel sambil mengucek matanya heboh. Bukan membaik, malah memperparah keadaan.

"Balik ah, pengap" gumam Rachel lalu keluar WC

"Lama amat di WCnya? Nguras septitank?"

Seseorang memberikan rok panjang ke hadapan Rachel.

"Pake nih, biar engga jijik lagi. Kecoa emang kurang ajar ya, suka nempel-nempel, gak sopan. Tapi kalo lo mengurung diri gitu kan gue ngerasa bersalah, mana gue tadi ngutang di kantin mbak-mbak tadi.."

Rachel baru melihat dengan jelas seseorang di depannya setelah mengerjap beberapa kali.

"Lo ngapain disini? Duh atit" pekik Rachel sambil mengucek matanya

"Lo nangis Hel? Gara-gara gue?" tanya Esa panik

"Engga, ini.. Cuma keringetan" jawab Rachel dengan alasan yang tidak masuk akal mengingat matanya merah menyala-nyala begitu

"Jangan dikucek, itu mata bukan cucian.. Sini gue tiupin, tapi pake lubang hidung.." jawab Esa ngawur.

Tapi toh akhirnya ia mendekatkan jarak antara ia dan Rachel, tangannya merengkuh lembut kepala Rachel, lalu meniup pelan ke mata kanan Rachel yang masih menyala itu, tentunya dengan hidungnya.

"Makasih, dan lo bener-bener pake idung." ucap Rachel pelan, kekesalannya pada Esa sirna entah kemana

"Biar so swit beb" jawab Esa setengah berbisik, dan kalau bahasa Jawanya, terdengar nggilani sekaligus njijeni

Esa melakukan hal yang sama pada mata kiri Rachel yang masih merah karena belum tertiup angin hidungnya.

"Udah, lo baik-baik aja sekarang. Ganti rok gih, gue tungguin, kalo gue sendiri takut pas gue jalan dikeroyok mbak-mbak kantin karna gue belom bayar"

"Ini... nyolong dimana? Nah lo daritadi disini?" tanya Rachel heran

"Ya kali nyolong Hel. Itu nemu, eh minjem di UKS. Kan ada seragam disana yang bisa dipinjem kalo ada hal-hal tak terduga begini. Ya iya gue daritadi disini nunggu lo engga keluar-keluar. Enggausah nanya kenapa gue bisa nemuin lo karena gue Esa" jelas Esa lalu mengerlingkan matanya

"Oh, yaudah.." jawab Rachel singkat, dan datar.

Sesampainya di kelas, ternyata sudah istirahat kedua. Mereka duduk bersama lalu Rachel bertanya,

"Lo tadi makan banyak gitu engga bayar? Hebat ya"

"Abis mana gue tau mbak-mbak nya masih nangkepin kecoa.."

Kruyuk. Rachel tertegun, suara perutnya terdengar sampai seantero kelas, Esa yang duduk di sampingnya ikut menoleh, mengernyit heran karena suara nya sekencang sound system orang punya hajat. Murid-murid lain juga menatap Rachel, namun dengan tatapan tajam, seperti... silet.

"Lo laper Hel?"

"Engga, gue kenyang. Kenyang banget" jawab Rachel lalu memakan pensil di meja

"Mau beli apa? Nasi? Roti? Pisang? Apa pizza?" tanya Esa sambil mengaduk-aduk saku bajunya

"Berasa duit banyak orang tadi makan aja ngutang. Make aduk-aduk saku segala." Rachel mendengus

"Itu ketidaksengajaan mutlak Hel, lagian gue ini masih nyari penghapus yang tadi nemu pas di jalan gue mau ke WC, hehe. "

"Nasi aja tapi yang ada rumput lautnya"

"Kenapa gak pake rumput teki? Atau rumput Jepang?" tanya Esa gaje

"Bomat, beliin sekarang, tolong. Gue laper." pinta Rachel

"Anything you want, deer.." Esa berdiri dan bersiap ke kantin. Bukan kantin yang dihutangi tadi tentu saja.

"Dear, not deer keles" jawab Rachel

"Uluuuu pengen banget yaaa gue panggil dear? Emang lo diary?" jawab Esa lalu cekikikan keluar kelas

Mendengar itu, Rachel juga bertanya dalam hati, iya ya, ngapain gue ngeralat -_-. Rachel memutuskan untuk menaruh kepalanya di atas meja, kakinya ia luruskan, rasanya pegal. Lambat laun, sayup-sayup suara di kelasnya sudah tidak lagi terdengar.

"Hel. Bangun. Kebakaran.." seorang siswa mencoba mengusili Rachel ketika ia sedang tidur. Liur Rachel menetes dengan indahnya sehingga membuatnya menahan tertawa.

"Hel! Kebakaran!!" teriak siswa itu, suara kencangnya akhirnya mendapat respon dari sang empunya iler.

"Hah? Kebakaran? Gue harus lari, gue harus menyelamatkan diri!!" pekik Rachel setengah sadar. Ia membawa tasnya lalu lari terbirit-birit keluar kelas. Sedangkan gelak tawa riuh terdengar selepas Rachel pergi dari kelasnya.

"Mana? Katanya kebakaran?" tanya Rachel pada... rumput yang bergoyang.

Ia menoleh kanan kiri atas bawah depan belakang tidak ada satupun tanda-tanda kebakaran, bau asap juga tidak tercium. Sadar-sadar, Rachel sudah berada jauh dari kelasnya. Rachel berdecak, sebal karena kebodohannya dan kejahatan teman-temannya. Ingin ia mengadu pada sahabatnya, Risqi, namun rasanya ia masih sibuk karena masih berada diluar kota untuk kepentingan keluarga. Dan kaki nya terus melangkah, wajahnya murung. Rachel berjalan di lorong kelas dengan wajah kusam, untunglah tidak berkomedo/berjerawat. Cukup kusam saja. Lalu pemandangan lurus di depannya membuat Rachel geram.

"Esa, gue tungguin lo buat beliin makanan. Apa susahnya nganterin bentar? Ini malah mesra-mesraan. Mentang-mentang ceweknya moe gitu? Gue kan laper.. dasar cowok! hiks."

Rachel yang terkena 5L itu sudah menyerah. Ia sebal, kesal, pada semuanya. Seolah-olah ia sendirian, hingga akhirnya pikirannya memutuskan sesuatu yang belum pernah ia lakukan sebelumnya.

"Gue harus pulang.. tembok samping sekolah engga tinggi-tinggi amat kan ya?"

FYI, Rachel jago manjat-memanjat dalam hal apapun. Ia juga pernah memenangkan lomba panjat pinang tingkat SD. 



-TBC-

moe itu unyu, gaes :3

hayiidesu

Worst ThingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang