Bertahun-tahun mengenal Arjuna membuat Vairina belajar banyak hal tentang lelaki yang sudah menjadi temannya selama beberapa tahun itu.
Seperti, Arjuna yang sebenarnya jauh dari kata menyeramkan meskipun tampilannya berkata lain. Vairina ingat komentar teman-teman SMA-nya ketika mereka pertama kali berangkat bersama ke sekolah. Bertanya tiada henti bagaimana bisa seorang Vairina yang merupakan murid kesayangan tiap guru, berteman dengan Arjuna yang merupakan salah satu pentolan sekolah meskipun ada rumor beredar kalau Arjuna tidak pernah kena tegur guru-guru karena ia diam-diam pintar.
(pada akhirnya orang-orang berhenti menyebutnya sebagai rumor karena Arjuna yang selalu mendapatkan peringkat di kelasnya dan dengan nilai Ujian Akhir yang membuat guru-guru tak berhenti memujinya.)
Kemudian Vairina juga belajar kalau Arjuna adalah orang yang tidak bisa ditebak. Contoh sederhananya adalah kado ulang tahun. Tahun lalu, Arjuna memberikan Vairina satu pohon kaktus kecil dengan bunga berwarna ungu yang membuat Vairina bertanya-tanya emang ada kaktus yang bunganya ungu, jun? Arjuna menjawabnya sambil terkekeh, ada, lah! Tapi yang ini gue semprot pake pewarna makanan. Soalnya gak nemu yang benerannya.
Tahun ini, pada malam (pagi, jam satu pagi. Kesal Vairina) ulang tahun Vairina, Arjuna membawa dua potong kue dengan dua lilin yang menyala diatasnya yang kemudian ditiup Vairina dengan perasaan sedikit terharu dan lebih banyak kesal karena gue gak ngasih lo kunci buat pagi-pagi buta kesini dan langsung masuk kamar gue kayak maling, jun, yang sama sekali tidak Arjuna pedulikan dan malah menyodorkan sebuah kotak berwarna ungu muda.
"Nih, hadiah lo." Katanya sambil menahan tutup kotak yang hendak Vairina buka, "Tapi sebelum lo buka, janji dulu sama gue?"
"Apa?"
"Besok lo gak ada kuliah kan?" Vairina mengagguk, "Gue udah bilang temen-temen lo ngesurprise-innya malem aja biar nanti siang lo bisa pergi sama gue buat traktir gue makan, sama pake kado yang gue kasih, oke?"
"Kok lo malah ngasih tau gue mau di surprise-in sih?" Arjuna hanya cengengesan, "Tapi gue liat kadonya aja belom. Kalo lo ngasih yang aneh-aneh terus gue gak bisa nolak karena udah janji gimana?"
"Gak aneh, sumpah. Kapan sih gue pernah ngasih lo hadiah aneh?"
"Jun, taun kemaren lo ngasih gue kaktus yang disemprot pake pewarna makanan."
"Tapi itu gak ngebahayain lo! Kado gue gak aneh, percaya sama gue."
Vairina menghela napas dan mengangguk mengiyakan. Lagian, kalaupun kado yang Arjuna berikan ternyata malah mempermalukan dirinya ia bisa membuat memar simetris di pinggang kiri dan kanan Arjuna kembali.
Dan, disinilah ia sekarang.
Waktu menunjukkan pukul satu siang kurang beberapa menit, dan Vairina menunggu Arjuna membunyikan bel kamarnya sambil menatap tas yang berada di pahanya. Tas yang merupakan kado dari Arjuna, yang ternyata mirip dengan tas yang Arjuna punya—yang selalu Vairina minta Arjuna untuk tidak mengenakannya, karena, duh, karena sangat tidak aman untuk menyimpan barang-barang.
Terdengar suara bel, pertanda Arjuna sudah sampai di depan kamar apartemennya. Vairina mengambil dua susu kotak dihadapannya sebelum membuka pintu dan melihat Arjuna yang tersenyum lebar kepadanya sampai memperlihatkan kedua dimples-nya—menggunakan tas yang sama seperti yang Vairina kenakan.
"Gimana?" tanyanya sambil menaik-turunkan alisnya, "Bagus 'kan?"
Vairina mendengus sambil menyodorkan susu kotak dengan tulisan 'low fat' di kemasannya kedepan dada Arjuna, yang kemudian Arjuna ambil dengan scowl di wajahnya, "Bales dendam nih, maksudnya?"
"Kind of." Kata Vairina sambil menusukkan sedotan ke susu kotak dengan label 'strawberry' yang berada di genggamannya.
Kali ini gantian Arjuna yang mendengus ketika ia membuka susu kotak yang Vairina berikan, "Plan's changing, berarti. Kita ketempat makan yang manis-manis." Ujarnya sambil berjalan kearah lift.
"Yaudah kalo gitu bayar sendiri-sendiri ya." Kata Vairina sambil menekan tombol lift.
Ketika tiga jam kemudian, Vairina yang pada akhirnya membayar semua cake yang mereka pesan dan berfoto di dekat air mancur dekat cake shop yang tadi mereka singgahi sambil memamerkan tas yang Arjuna berikan dengan senyuman di wajahnya, Arjuna tidak akan berkomentar apapun dan tetap memfoto Vairina dengan kamera handphone-nya.
Juga, mengingatkan dirinya untuk membalas kecupan yang Vairina berikan di pipi kanannya ketika mereka sampai di apartemen nanti, karena Vairina sudah menarik lengan Arjuna menuju toko es krim yang biasa menjadi langganan mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
I Wanna Ruin Our Friendship (We Should Be Lovers Instead)
Short StoryA "we have been, and strictly just, best friends for a long time but sometimes i just wanna kiss you hard so everyone knows that you're mine" AU. (or to put in simply; A friend-zone AU.)