Part 4

134 6 1
                                    

Pagi ini, Fisya berangkat bersama orang tuanya, karena mobil Shila yang biasa menjemputnya harus masuk bengkel.

Fisya berjalan mengitari seluruh koridor kelas mencari Shila dan Sivia karena tadi pagi mereka sudah ada janji untuk masuk kelas bersama tetapi batang hidung kedua temannya itu tak kelihatan juga. Fisya merasa seperti orang tolol celingukan tak jelas.

Kebanyakan mondar-mandir tanpa arah pandangan yang fokus Fisyapun menabrak seseorang karena kecerobohannya.

"Duh ya ampun, ya ampun, maaf ya kak saya nggak sengaja." Fisya membungkukkan badannya meminta maaf karena telah menabraknya hingga ipod yang dibawa orang itu terjatuh. Fisya pun reflek menepuk jidatnya, merutuki kebodohannya pagi ini.

"Aish gak papa kok." Kata cowok tampan di hadapannya. "Kayaknya tiap kita ketemu, lo selalu nabrak gue ya." Lanjutnya sambil menyunggingkan senyum tipisnya.

Fisya semakin merasa malu, entah mengapa badannya seketika membeku. Cowok yang pagi ini di tabraknya lagi-lagi adalah Rio. Setelah hampir satu bulan Fisya tak bertemu dengannya, padahal mereka satu sekolah.

"Itu kenapa mata lo sampek bengkak gitu?" Tanya Rio setelah ia menelisik wajah Fisya. Kemudian ia memegang dagu Fisya untuk memastikannya.

Fisya menepis pelan jemari Rio di dagunya dan tersenyum. "Ehh gapapa kok, gue cuma kurang tidur aja." Ucap Fisya berbohong padahal mata bengkaknya itu terjadi karena kebodohan Fisya yang hampir tiap malam masih saja menangisi Bily.

"Lo yakin?" Tanya Rio sambil menaikkan sebelah alisnya "Gue tau lo mana yang jujur mana yang ngibul." Rio menyunggingkan senyum miringnya.

"Dasar cewek, kalo lo lagi butuh pundak nih kosong." Ucapnya sambil menunjukkan bahu lebarnya.

"Aish apaan sih lo." Ucap Fisya dan menahan semu merah di pipinya, entah kenapa setiap Fisya bertemu dengan Rio selalu saja ada hal yang membuatnya bersemu, aneh.

"Abis muka lo kusut banget tau kagak, kayak baju gak pernah disetrika." Rio tertawa mengejek.

"Sialan lo." Fisya melirik tajam pada Rio. "Eh itu ipod lo gapapa kan? Maaf ya tadi jatuh gara-gara gue." Sambungnya dengan nada bersalahnya.

"Eleh gak usah merasa bersalah gitu, lo emang selalu salah di mata gue." Ucap Rio menghinanya.

"Apa?!!" Fisya melongo mendengar ucapan Rio barusan. "Gue tau kalo tiap ketemu gue selalu nabrak lo, tapi gausa gitu juga kali." Fisya memasang muka betenya.

"Bener kan? Lo selalu nabrak gue. Dan di mata gue itu salah." Rio tetep ngotot pada pendapatnya.

"Ya sorry." Fisya mengucapkannya dengan nada setengah hati. "Ternyata semua cowok sama aja. Ngeselin!!" Gerutu Fisya pelan sambil menggerak-gerakan bibirnya asal. Tapi ternyata Rio mendengar gerutuannya.

"Eits gak semua juga kali." Ucap Rio sambil menyentil dahi Fisya. "Yaudah gue duluan masih ada urusan." Ucapnya sambil menunjuk ke arah lapangan dengan dagunya. Fisya hanya mengangguk dan terpaku pada punggung lebar Rio yang terus menjauhinya.

Rio meninggalkan Fisya dengan menahan senyumnya. Ia cekikikan mengingat bagaimana lucunya ekspresi Fisya saat ia jahili tadi.

Panggilan Sivia dan Shila membuatnya menoleh ke arah sumber suara yang memanggil namanya. Terlihat kedua temannya itu berlari ke arah Fisya dengan nafas memburu.

"Sorry lama, tadi Via jemputnya telat." Ucap Shila ngos-ngosan.

"Dih enak aja, lo sih dadakan minta tebengan, mana pas udah dijemput lama pula keluarnya padahal kan jam pagi gini macet Sya, untung kagak telat gara-gara nih anak." Ucap Sivia membela diri dan mengomel karena lama menunggu Shila.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 23, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Broken AngelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang