1

2.7K 46 10
                                    

Malam itu, jarum jam sudah menunjukkan pukul 08:00 malam. Semua kecuali ari sudah duduk diruang tamu tante lidya. Mama duduk diapit tante lidya dan ata di kursi panjang diruang tamu itu. Sedangkan papa yang baru saja datang 15 menit yang lalu, duduk dikursi yang memang di peruntukkan untuk satu orang. Mereka semua hanya diam, sibuk dengan pikiran masing-masing. Hening. Hanya detak jarum jam yang menghiasi kesunyian itu.

Tiba tiba suara deru motor terdengar memasuki halaman rumah tante lidya. Mama bangkit dari duduknya dan segera berjalan kearah pintu. Ia yakin itu adalah mataharinya yang sudah beberapa hari tidak dilihatnya.

"Ari......" seru mama ketika telah sampai didepan pintu dan melihat mataharinya itu sudah turun dari motor dan bergegas akan masuk.

"Ari kemana aja...kok udah beberapa hari gak kesini..??"ucap mama sambil memeluk ari.

"Gak kemana kok ma..."jawab ari sambil membalas peluk erat sang mama.

Mama lalu melepaskan pelukannya dan menatap ari yang sedang tersenyum kepadanya.

"Ari sehatkan..??" tanya mama khawatir. Bagaimana tidak khawatir. Mataharinya yang sedang berdiri didepannya terlihat semakin kurus semenjak terakhir kali mereka bertemu. Wajahnya terlihat letih, apalagi ditambah dengan kedua bayang hitam dikedua matanya.

"Sehat kok ma..." ucap ari santai sambil tersenyum seolah olah tidak terjadi apa apa.

"Ari udah makan..??"

"Udah ma..."jawab ari enteng. Padahal dia sendiri lupa kapan terakhir ia makan yang benar benar bisa disebut makan.

Mama terdiam menatap putranya itu. Ia tau semua ini tidak mudah bagi ari maupun ata. Mereka masih muda, tapi kehidupan memberikan beban yang seharusnya belum pantas mereka pikul. Mama pun tersadar dari lamunannya. Ia tidak mau putranya ini membaca pikirannya. Dituntunnya mataharinya itu untuk masuk ke dalam rumah dan menuju ruang tamu, tempat dimana semuanya telah menunggu mereka.

Tante lidya tersenyum melihat kedatangan ari. Sedangkan papa dan ata sibuk dengan pikiran masing masing. Ari tidak kaget lagi melihat papa sudah ada disana, tadi ia sudah melihat mobil papa terparkir diluar.

Papa mulai mengangkat kepalanya yang sejak tadi menunduk. Ata menatapnya dengan tatapan yang sangat tajam seolah olah laki laki itu adalah mangsa yang harus diterkamnya sekarang. Sedangkan ari yang duduk dikursi sebelahnya hanya menatapnya dengan datar. Tapi semua bisa melihat, didalam tatapan datar itu ada beribu gejolak amarah dan beribu luka yang amat pedih.

"Ata..ari...papa minta maaf atas semua ini. Atas semua luka yang papa torehkan, tapi gak bisa papa sembuhkan..." ucap pria itu sambil menghela nafas berat.

"Ata..papa tw gimana perasaan ata sekaranh..ata benci sama papa...ata marah sama papa..papa terima..memang papa yang salah.."

"Untuk ari..papa tau gimana pedihnya luka ari..papa tau semua impian ari..tapi papa gak pernah bisa mewujudkannya.. Sekarang..papa akan jawab semua yang ingin ari tanyakan.."

JINGGA UNTUK MATAHARITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang