Mendung menggantung pagi. Menyisakan galau yang tak kunjung usai di hati Kayla. Dia menghela napasnya yang terasa berat sembari duduk di bawah pohon kamboja berbunga merah muda. Di tangan Kayla tergenggam amplop berisi uang beasiswa yang baru diterima dari gurunya. Sementara itu, di tangan satunya tergenggam ponsel cerdas hadiah dari Danin untuk mengganti ponsel jadul. Nasib Kayla sebagai seorang anak panti membuat dirinya tak mampu membeli barang mahal. Bisa makan nasi dan bersekolah di sekolah elite saja sudah merupakan anugerah baginya.
Seharusnya dia merasa senang karena baru saja mendapatkan beasiswa atas prestasi membanggakan. Uang di amplop itu salah satu bentuk rasa iba para temannya. Namun, hati Kayla mendung seperti suasana pagi ini. Dia hanya termenung sambil menghirup aroma kuntum kamboja merah muda yang beraroma sendu. Aromanya lekat dan sanggup membawanya ke kesedihan mendalam sebab kamboja memang lambang dari sebuah elegi. Sama seperti hati Kayla yang terasa sedih mendayu karena teringat nasib cintanya pada Danin. Semakin hari renda cinta mereka semakin pekat bukannya cerah.“Halo?” buka suara imut Kayla sambil menempelkan ponsel itu ke telinganya.
“Ya halo, ada apa, Dek?” tanya suara seberang yang ternyata milik Danin. Danin terlihat sibuk sebab beberapa pesan Kayla tak ditanggapinya.
“Em, Kakak sibuk ya? Kayla cuma mau bilang kalau hari ini Kayla ada outting class ke lapangan Rampal di depan satuan Kak Danin,” ucap Kayla pelan. Hatinya berdebar karena Danin tampaknya enggan diganggu.
“Oh gitu ya? Mau olahraga apa? Lari atau tenis?” tanya Danin berusaha menanggapi Kayla.
“Lari maraton, Kak. Kayla ganggu ya?” tanya gadis itu sedikit ragu.
“Oh lari maraton. Ya udah semangat, Dek. Kakak ada kegiatan nih. Mau renmil di kolam Jasdam,” jelas Danin agak cepat.
“Oh, mau renang ya? Ya udah deh, Kakak juga semangat,” pungkas Kayla pelan.
Telepon dimatikan oleh gadis cantik bermata bulat itu. Hatinya terasa tersengat lebah. Terasa ngilu dan sedikit perih. Dia tahu Danin sedikit menghindar semenjak kemarin. Apa karena menerima telepon Isya? Apa ini sudah saatnya mereka untuk berpisah? Apakah ini tragedi mereka? Apa Isyana adalah orang yang memisahkan mereka? Pertanyaan semacam itu meracuni benak Kayla. Tak biasanya Danin bersikap secuek itu padanya. Apa Danin marah karena Kayla sering meremehkan cintanya?“Kayla, berangkat sekarang yuk! Bus sekolahnya udah datang tuh!” ajak Ola sambil mencolek Kayla.
“Eh, iya Ola. Yuk!” ujar Kayla berusaha memasang senyum ceria. Dirinya sudah biasa bertopeng cerah kendati hatinya penuh badai.
Perjalanan dari SMA Negeri 4 Malang menuju lapangan Rampal tidak terlalu jauh. Hanya memakan waktu 5 sampai 8 menit menggunakan sepeda motor atau mobil. Di pagi yang tak cerah karena musim hujan ini Kayla harus mengikuti kegiatan di luar sekolah. Biasanya pelajaran olahraga adalah pelajaran yang paling dia sukai, kali ini tidak. Hatinya terasa hambar, kosong, dan tanpa semangat hidup. Dirinya bukan seperti seorang gadis yang sedang jatuh cinta. Dia hanya memasang senyum hampa tanpa saripati ketika teman-teman yang sayang padanya mengajak bercanda atau bicara.
Waktu berjalan cepat hingga dia sampai di parkiran lapangan legendaris kota Malang itu. Sesekali dia melirik ke arah gerbang kesatuan Yonif 512/Marabunta yang tak jauh dari Rampal. Kedua bangunan itu hanya dipisah oleh sebuah jalan raya. Kayla berharap Danin ada di depan kesatuan dan menyapa dirinya. Paling tidak Danin menjadi semangatnya pagi ini. Tapi hanya jejeran pohon trembesi besar yang menjatuhkan dedaunan kecil rapuh itu yang menyambut langkah kecilnya. Bukan Danin, orang yang paling dia cintai saat ini.“Kay, lari yuk?” ajak Hilda, salah satu teman yang iba padanya. Kayla hanya tersenyum datar dan menyusul Hilda.
Tetapi, pandangan mata indah Kayla menangkap hal yang berbeda dari pintu gerbang markas militer di depannya. Sosok Danin sedang berjalan pelan lantas masuk ke sebuah mobil Honda Brio warna merah. Hati Kayla berdebar. Bukannya Danin bilang akan mengikuti kegiatan renang militer? Lantas mengapa dia malah masuk ke mobil itu? Apakah Danin sedang berbohong? Siapa orang yang sedang dihampirinya? Pertanyaan itu kembali memusingkan Kayla. Menambah suntuk dalam pikirannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Elegi (Completed)
Romance"Siapapun yang ada di hatimu saat ini, kan kupastikan itu hanya aku, Dara. Tetapi, jika kamu tersiksa dan menganggap aku adalah gerimis menyedihkan ini, aku akan pergi. Kan kuundang mentari untuk menghangatkanmu, sekalipun mentari itu Danin" Raeshar...