Bab 1 Bayangan

19K 1.2K 92
                                    

Elegi adalah nyanyian yang berisi ratapan duka cita khususnya dalam acara kematian. Intinya elegi adalah perasaan sedih seseorang. Elegi bercitra gelap layaknya langit yang digantungi mendung. Elegi layaknya hujan petir yang menggelegar di langit tanpa dosa. Menyisakan luka, duka, dan air mata.

Ini kisah sedih. Penuh dengan air mata dan elegi. Sedih layaknya air langit yang menggantung di langit mendung. Setiap episodenya selalu penuh dengan air mata dan kehancuran. Jika yang dicari adalah cerita kebahagiaan, maka tak usah mengikuti cerita ini. Sebab hanya tangisan yang tergambar di dalamnya. Walau ada tawa, namun selalu teriring kesedihan.

Cerita ini tentang seorang lelaki dengan profesi tentara Angkatan Darat. Namun, hatinya tak setegar profesinya. Antara seragam dan badan yang disandang tak pernah sejajar. Dia lebih cocok menjadi pujangga yang hancur. Dia cocoknya menjadi lelaki patah hati yang nyaris gila. Sebab sebuah peristiwa telah menghancurkan keyakinannya akan cinta.

Dia bilang bahwa menulis cerita sedih jauh lebih mudah daripada menulis cerita bahagia. Dia juga bilang bahwa menangis jauh lebih lega daripada tertawa. Dia bilang bahwa menangis lebih melipur luka daripada tawa. Benarkah dia seorang manusia? Atau dia hanyalah seorang malaikat kesedihan? Hanya dirinya sendiri yang mampu menjawab. Yang jelas dia hanya hidup berkalang nestapa semenjak hari menakutkan itu.

Ini adalah kisah seorang laki-laki bernama Danindra Panji Arianda yang selalu berprinsip bahwa meneteskan air mata lebih mudah daripada melukis sebuah senyuman. Sejak kapan dia begini? Dia juga tak ingat. Kehidupannya menjadi durja semenjak saat itu. Dimana tangisan menjadi kawan baiknya. Dimana tangisan mengakrabi setiap sendi kehidupannya. Walau dia harus tersenyum, hanya senyuman getir yang bisa diberikan. Senyuman pahit tanpa saripati di dalamnya.

Lelaki yang akrab dipanggil Danin itu memiliki paras yang rupawan. Tipe wajahnya adalah khas Indonesia. Kulitnya kuning kecoklatan. Hidungnya bangir, mulutnya tipis dan seksi, alis tak begitu tebal membingkai kedua mata tajam sendunya, wajahnya lonjong dengan rahang tegas khas tentara, dan bulu-bulu kumis tipis yang membuatnya semakin manis. Banyak gadis yang terpesona padanya dalam sekali melihat.

Namun kehilangan terbesar dalam hidupnya memaksa Danin untuk tak lagi memperhatikan apapun di dunia ini termasuk penampilannya. Dia cuek pada wanita manapun sebab hanya ada 1 nama dalam hatinya. Wajahnya lebih tua dari biasanya kendati usianya masih 28 tahun. Usia 28 tahun bagai usia 70 tahun baginya. Fisik yang dimiliki Danin terasa lapuk, lemah tanpa daya. Semua hanya karena sebuah elegi dari sebuah tragedi di masa lalu.

Ingin rasanya dia berteriak ke udara bebas. Melepaskan kepenatan dan kesedihan hati terdalamnya. Ingin rasanya dia mengutuk waktu dan menghentikannya. Dia sangat membenci waktu yang telah berlalu. Waktu terlalu cepat berlalu membawa cintanya pergi. Waktu merenggut senyuman indah Danin. Waktu juga mengenalkannya pada tangisan. Andai dia bisa memegang waktu. Takkan dia siakan bersama kekasihnya dulu. Andai dia tahu semua akan sesedih ini, dia pasti takkan rela melepasnya. Andai saja dia genggam tangan kekasihnya saat itu.

Adalah Mikayla Adara Eifelia, nama gadis tercantik dalam hidup Danin. Gadis bermata bulat dengan iris hitam, bulu mata panjang sendu, hidung mancung, bibir tipis merah, dan pipi tirus dengan lesung pipi kecil. Kayla, panggilannya, sanggup memukau hati Danin untuk pertama dan terakhir kalinya. Danin tergila pada gadis muda itu dengan mudahnya. Danin juga hampir gila karena dia. Semenjak kepergian Kayla untuk selamanya. Semenjak tragedi yang menyisakan elegi di suatu hari di 5 tahun yang lalu.

Sejak kepergian Kayla, hidup Danin hanya berwarna hitam. Tak ada lagi warna cerah apapun dalam hidupnya. Semua pakaiannya hanya hitam, kecuali seragam loreng yang dipakainya untuk bekerja. Langit birupun juga berwarna hitam. Awan putih juga berwarna hitam. Udara yang tak berupa juga diwarnai hitam olehnya. Dia lebih suka malam pekat daripada siang cerah. Udara segar Kota Malang menjadi menusuk seperti jarum menurutnya.

Elegi (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang