White Tulip

5K 430 221
                                    

" Selamat pagi manis ," Suara itu mengalun setelah bunyi lonceng di pintu terdengar.

Donghyuk mengalihkan pandangannya dari bunga-bunga yang tengah ia tata di etalase toko bunganya, hanya untuk mendapati pemuda bersurai pirang mentah itu berdiri menjulang di belakangnya, dengan sebuah senyuman bodoh yang menghiasi wajah tampannya. Kedua manik kembar Donghyuk mengerjap pelan, tak kuasa menatap cahaya matahari yang berpendar dari senyuman Mark Lee, begitu cerah.

Donghyuk menyunggingkan sebuah senyuman simpul. " Mawar merah lagi ?"

Mark menggelengkan kepalanya, dan senyuman itu masih tak kunjung luntur dari wajahnya. Donghyuk ingin membenci senyuman itu karena selalu mampu membuat jantungnya berdegup tak wajar, tapi tentu saja Donghyuk tidak dapat membenci apapun yang melekat pada Mark. " Mawar putih, jangan lupa dengan tambahan baby's breath ,"

Nafas Donghyuk tercekat ketika mendengar jawaban Mark. Ia teringat kedua bunga tersebut melambangkan cinta suci, dan seketika itu Donghyuk ingin ia bisa menghilangkan ingatannya tentang makna dari bunga-bunga yang amat ia sukai.

Tidak, kumohon jangan sekarang.

Donghyuk berdehem pelan, berusaha menelan rasa sesak yang memenuhi rongga nafasnya. " Tumben sekali ,"

" Hari ini aku ingin membuat Koeun resmi jadi tunanganku. Doakan, ya !" Mark berkata dengan riang. Donghyuk terkesiap, alih-alih memotong mawar putih, Donghyuk malah menggores jari telunjuknya hingga berdarah.

" Donghyuk ? Kau tidak apa-apa ? Jarimu berdarah ! Astaga bagaimana bisa aku meninggalkanmu dengan tenang kalau kau begitu ceroboh seperti ini—" Mark mengoceh panjang lebar, dengan panik ia segera menghampiri Donghyuk. Tentu saja tak ada satupun ocehan Mark yang dapat didengar oleh Donghyuk, karena ia hanya dapat mendengar suara retakan yang berasal dari hatinya.

" Tidak apa-apa, hyung ," Donghyuk menyembunyikan jarinya di balik punggungnya, berusaha menyunggingkan senyuman terbaiknya tanpa sedikitpun menatap netra kecoklatan milik Mark. Seharusnya luka pada telunjuknya terasa perih, tapi ia yakin rasa sakit di hatinya lebih parah lagi, sampai-sampai Donghyuk mati rasa meskipun darahnya sudah menetes di lantai.

" Donghyuk—"

" Kau mau pita warna apa ? Merah muda ? Jingga ?" Tentu saja Donghyuk berusaha mengalihkan perhatian Mark, ia hanya ingin meyakinkan bahwa dirinya memang baik-baik saja, setidaknya secara fisik.

" Lee Donghyuk, jarimu—"

" Ah, tentu saja putih ! Kenapa aku harus bertanya ," Donghyuk terkekeh pelan, ia mengeluarkan pita putih, kawat halus, dan kertas hias dari lemari, dan segera merangkainya.

Mark menatap Donghyuk dengan khawatir. Bagaimana tidak, Donghyuk mengabaikan luka di jarinya, hanya demi sebuket bunga bodoh yang ia pesan. Walau bagaimanapun, keselamatan Donghyuk tetap yang utama baginya, tetapi ia tidak bisa melakukan apapun jika Donghyuk bersikeras bahwa ia baik-baik saja.

" Ini sudah selesai. Tidak perlu kau bayar, anggap saja bunga itu adalah doaku yang selalu menyertaimu ," Donghyuk berucap pelan sembari menyodorkan rangkaian bunga yang entah bagaimana telah dirangkai secantik mungkin olehnya, dengan sebuah jari yang terluka, " Sebaiknya kau pergi sekarang. Jangan biarkan Koeun noona menunggu lebih lama lagi ,"

" Hyuk, jarimu—"

" Mark hyung, kau tahu kan aku sangat menyayangimu ?" Donghyuk berucap pelan. Untuk sepersekian detik Donghyuk benar-benar ingin bersikap egois saja.

Tetapi sebuah anggukkan pelan dari Mark, seolah menariknya dari dunia yang telah Donghyuk ciptakan di dalam pikirannya, dimana ia dan Mark hidup bahagia selamanya.

Spring Breeze | MarkhyuckTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang