Part 4 - Raja Gombal

39.6K 4.7K 208
                                    

From : regitamaheswari @yourmail .com

To : gerrydams @yourmail .com

Yeay! Akhirnya sudah dua bulan Bang! Masih ada lima bulan lagi sih ...

Tapi yasudahlah ...

Ternyata berat juga ya Bang? Ngelewatin hari-hari tanpa Abang. Masalahnya, aku udah kebiasa sejak Abang Praspa itu, nerima telpon Abang rutin setiap hari, tiga kali sehari –macam minum obat. Bukannya seperti jaman taruna dulu, yang harus nunggu weekend baru bisa denger suara Abang. Itu pun kalau ada pesiar ... kalau nggak ada pesiar atau (apesnya) Abang harus latian luar berminggu-minggu, yasudah ... taken rasa single aku jadinya.

Cuma statusnya aja in relationship, aslinya ya ... kemana-mana & ngapa-ngapain sendirian juga.

Eh ini ternyata lebih parah. Hehehehehe ...

Makanya sampai hari ini aku masih berdoa setiap hari Bang, semoga dijadikan kuat supaya bisa melewati hari-hari tanpa Abang. Gimana sekarang tiap ada masalah, aku balik lagi seperti dulu, Cuma cerita sama keluarga atau temen-temen deket aja. Nggak ada Abang ... padahal biasanya Abang selalu ada buat nyemangatin aku.

Aku sekarang mikir lagi deh Bang jadinya, kenapa aku dulu mau ya sama Abang? Padahal aku orangnya paling nggak suka ditinggal-tinggal. Waktu di Australia dulu itu, aku sama sekali nggak ada pikiran kalau Abang itu taruna Akmil atau tentara. Aku pikir Abang orang kantoran biasa, makanya rapi gitu. Masalahnya, tentara atau bukan, aku sudah terlanjur jatuh cinta sama pribadi Abang ... nggak memikirkan konsekuensi Abang sebagai properti negara gitu.

Bahwa pilihan Abang nomor satu selalu Negara duluan, kita-kita yang masih 'pacar' ini prioritas kesekian. Jadi salah kalau kami menuntut banyak dari Abang :,)

Tapiiiiii .... Aku waktu itu sudah tertarik sama Abang, dan aku memang nggak yakin bisa beradaptasi sama kehidupan Abang yang jauh dari normal ini. (Maksudku, normalnya orang sipil seperti kami.) 

But when I'm with you, all my doubts disappear ... and just like a mad love woman, I surrender.

(Hufffffttt .... let's stop this depressive topics before I get teary again)

Oh iya, ngomong-ngomong ...

Aku mau buat pengakuan dosa, Bang. Hehehe ...

Abang masih inget waktu itu tiba-tiba kita lost contact satu bulan? Waktu aku sempat nggak angkat telpon dari Abang lagi, atau balas sms-sms dari Abang? Aku bilang dulu handphone-ku hilang kan Bang? Sebenernya nggak.

Now I'll tell you why ...

**


Regita

"Jadi sebenernya Piktar itu apa Bang?" tanyaku penasaran.

Aku kini sudah mulai terbiasa menerima telpon dari Damar ... ah iya, aku bahkan sudah terbiasa memanggilnya Abang ketika tau umur dia yang dua tahun lebih tua dariku. Ia biasa menelpon antara jam sebelas sampai jam satu malam, nggak normal memang ... ini bener-bener jamnya orang ngeronda. Waktu kutanya alasannya, dia bilang, karena pengawasan saat Piktar ini tidak seketat biasanya, sehingga para taruna yang seharusnya tidak boleh membwa handphone ke dalam Akmil, kali ini bisa lolos dengan mudah. Meskipun konsekuensinya lumayan juga jika Bang Damar tertangkap membawa handphone seperti ini.

"Pekan Integrasi dan Kejuangan Taruna. Gimana sih jelasinnya ..." ia diam sejenak, sepertinya sedang mencari kalimat yang tepat, "jadi kan dulu AKABRI ada empat matra ya, angkatan darat, laut, udara dan kepolisian. Terus akhirnya dipecah waktu jaman Pak Soeharto itu. Nah sekarang tiap dua tahun sekali diadakanlah perlombaan macam ini. Jadi kami dikumpulkan jadi satu terus ikut kejuaraan olah raga sama akademik gitu."

Lacuna (Dear Abang)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang