Ending

15.3K 2.5K 897
                                    

Ia membuka matanya perlahan. Namun begitu netranya melihat cahaya, ia menutup kelopaknya lagi – silau. Cahaya di tempatnya berada terlalu terang. Entah dimana itu.

Ia mencoba membuka matanya lagi. Kali ini karena ia mendengar sesuatu. Langkah kaki yang perlahan mendekatinya.

Matanya menyipit, berusaha menahan silau penerangan di sana namun juga ingin melihat siapa orang yang menghampirinya. Itu seorang pria, dengan rambut beruban, kumis tipis dan jas panjang putih. Ia mengenakan sebuah kacamata tebal dan stetoskop menggantung di lehernya.

"Kau sadar lebih cepat dari dugaanku, Nak," kata pria itu. Ia mengambil stetoskopnya dan menempelkannya pada dada lelaki yang ia panggil 'Nak'.

Lelaki itu berusaha memberontak. Namun ia gagal. Pada saat itu juga ia baru menyadari bahwa ia tengah berbaring di atas kasur rumah sakit dengan kedua tangan dan kakinya terikat di setiap sisinya. Ia mengenakan baju entah model apa, semuanya berwarna putih polos tanpa corak. Pandangannya kemudian berkeliling menyapu ruangan tempat ia berada. Itu merupakan sebuah ruangan kosong bercat putih tanpa jendela. Hanya ada dia, kasur tempatnya diikat dan si dokter itu di sana.

"Dimana aku?!" bentaknya kepada si dokter. Suaranya parau, seakan ia baru saja terbangun dari tidur yang panjang.

"Dimana lagi?" jawab si dokter santai sambil mendengarkan detak jantung si lelaki dengan stetoskopnya. "Di rumah sakit," lanjutnya.

Ia mengerutkan dahinya. Ia ingat betul apa yang ia lakukan terakhir kali. Itu memang hal yang cukup nekat namun ia yakin ia sama sekali tidak terluka. Buktinya, saat ini ia merasa dirinya baik-baik saja, tubuhnya tidak terasa sakit sama sekali.

"Aku tidak sakit maupun terluka!" serunya.

Si dokter menjauhkan stetoskopnya dari dada si lelaki. Ia menatap si lelaki dengan tatapan yang sulit dideskripsikan. Antara sendu, kasihan dan jijik. Semuanya beradu dan membuat si lelaki semakin bingung.

"Kau sakit, Jeon Jungkook–" katanya lirih. Tangannya beralih mencapai puncak kepala si lelaki lalu mengusapnya pelan.

"–jiwamu,"

***

"AKU TIDAK GILA!!!"

Dokter itu menghela napas sambil menutup pintu. Beberapa perawat menghampirinya. Lalu hanya dengan anggukan kepala, si dokter seakan mengisyaratkan para perawat itu untuk masuk dengan membawa beberapa obat dan alat suntik.

"HENTIKAN! KENAPA KALIAN MELAKUKAN INI PADAKU?! UNKNOWN ITU YANG GILA! ARGHHHH!!!"

Si dokter kembali menghela napas begitu mendengar teriakan itu lagi. Ia baru akan pergi dari sana sehingga tidak perlu dibuat pusing dengan suara itu saat seorang lelaki lain menghampirinya. Si dokter tersenyum kepadanya.

"Ia sudah sadar, Dok?" tanyanya.

Bersamaan dengan itu, suara Jungkook dari dalam ruangan terdengar lagi. "AKU TIDAK GILA, DASAR PERAWAT BODOH!"

Si dokter masih tersenyum. "Kau bisa dengar sendiri, kan?"

Lelaki itu mengangguk. Namun kemudian tatapannya berubah ragu. "Ia mengatakan bahwa dirinya tidak gila..." komentarnya lirih.

"Semua orang gila mengatakan bahwa dirinya tidak gila," jawab si dokter cepat, seolah ia sudah terbiasa menangani hal semacam itu.

he never walks aloneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang