Kasus Roller coaster 1

5 1 0
                                    

     Suatu hari, gue diajak temen gue ke taman hiburan. Kebetulan banget di taman hiburan itu ada roller coaster yang baru dibuka. Gue ditemenin ama temen gue, Viro.
Oh iya kita blm kenalan, ya. Kenalin nama gue Venus Marabella. Kalo di sekolah panggilan gue Venus. Gue anak SMA kls 10. Selain sebagai pelajar, gue juga bekerja sebagai detektif. Kantor kepolisian dan media manggil gue Ve atau detektif V.
Balik lagi ke cerita. Sekarang ini gue ama Viro lagi muter-muter cari loket buat beli tiket roller coaster. Tiba-tiba ada yang nepuk pundak Viro.
"Misi saya, pcak, mau tanya, loket buat beli tiket, pcak, roller coaster di mana, ya" tanya dia sambil makan permen karet.
"Kebetulan kami juga sedang mencari, bagaimana kalo kita bareng aja," tawar Viro.
"Boleh, deh. Sayaang... ayo kita naik roller coaster," ujar wanita itu sambil memanggil seorang pria.
"Memangnya kamu sudah tau loketnya di mana?" tanya pria yg dipanggilnya itu.
"Kita akan di bantu oleh orang-orang baik ini sayang," ujarnya sambil menunjuk kami berdua.
"Yaudahlah terserah. Ayo" ujar pria itu sambil berjalan malas.
Sambil mencari loket, gue ngobrol sama tu cewek.
"Eh, gue boleh kenalan nggak? Kenalin nama gue Venus. Lo boleh manggil gue Ve," ujar gue sambil mengulurkan tangan. Dia menjawab uluran tangan gue.
"Nama gue Renata. Salam kenal," ujarnya sambil masih mengunyah permen karet.
"Lo kerja apa?" tanya Renata.
"Gue masih sekolah," jawab gue.
"Oh, kalo gue penari balet. Gue juga kadang-kadang ikut senam ritmik," ujarnya. Gue ngangguk-ngangguk aja.
Kami udah muter-muter nyari loketnya tapi nggak ketemu-ketemu.
"Renata!" teriak seseorang. Renata menoleh.
"Tasya?" gumamnya kecil.
"Ini benar Renata bukan?" tanya cwe itu sekali lagi.
"Iya, ada apa Tas," tanya Renata.
"Lo sedang apa disini?" tanya Renata.
"Ini gue lagi mau naik roller coaster. Nih, gue udah beli tiket. Gue kesini ama Joe," jelas Tasya. Gue langsung nyerobot.
"Lo beli tiket di mana?" tanya gue
"Lo siapa?" tanya Tasya. Renata segera mengenalkanku.
"Tasya, ini Ve, Ve ini Tasya," ujar Renata.
"Oh, gitu. Ah ya gue beli tiketnya di depan ono, noh" ujar Tasya sambil menunjuk ke depan.
"Thanks," gue langsung manggil Viro ama pacarnya Renata buat beli tiket. Pas liat pacarnya Renata, Tasya bicara,
"Lo ngapain ngajak si brengsek itu kesini?" ujarnya dengan nada kesal.
"Mau gimana lagi. Dia pacar gue," jawab Renata.
"Lo kenal pacarnya Renata?" tanya gue.
"Gimana nggak kenal!? Dia tuh udah bikin gue ditolak perusahaan!" ujarnya.
"Ve gue udah beli tiketnya," ujar Viro tiba-tiba.
"Yaudah, tunggu apa lagi, ayo naik," ujar gue sambil berlari.
"Yang, nanti aku duduk ama Tasya, ya. Soalnya gue mau ngobrol-ngobrol ama dia," ujar Renata.
"La, trus aku sama siapa dong" balas pacarnya Renata.
"Emm..." Renata tampak berpikir.
"Kamu duduk sama Joe aja," ujar Renata akhirnya.
"Gue nggak mau! Gue nggak mau duduk ama bangsat yang bikin Tasya nangis!" ujar Joe tiba-tiba. "Walaupun gue nggak terlalu kenal lo, tapi gue nggak bakal maafin orang yang udah bikin Tasya nangis!" lanjutnya. Renata melirik Tasya, minta tolong. Tasya mengangguk.
"Joe pliss ya lo duduk bareng dia. Demi gue. Soalnya gue mau ngobrol penting ama dia. Entar klo udah turun lo boleh nampol dia ampe babak belur. Gue juga sebenernya nggak suka lo duduk bareng si brengsek ini," jelas Tasya.
"Ya sudahlah," ujar Joe.
"Yang, bisa tolong beliin aku minuman es dong! Aku haus nih," ujar Renata manja.
"Hmm... ya baiklah," ujar pacar Renata malas.
Setelah membelikan Renata minuman kalengan dingin. Kami duduk di kursi kami. Pacarnya Renata dan Joe, dibelakangnya Tasya dan Renata, di belakangnya lagi gue dan Viro.
"Are you ready?!" teriak mbak-mbak penjaga.
"Yaaa!!!" teriak penumpang.
Tiba-tiba roller coaster berguncang dan melajuu dengan sangaaat kencang!
"Kyaaaa," teriak semua.
Roller coaster ini berhenti setelah memutar dua kali. Kami semua turun dengan wajah senang sekaligus takut.
"Haah... tadi seru banget, ya," ujar Tasya.
"Betul, seru banget!" ujar gue.
"Eh, ngomong-ngomong pacar gue di mana?" tanya Renata.
"Nggak tau, Joe tadi dia sama kamu kan?" tanya Tasya pada Joe.
"Tuan!? Tuan!? bisakah anda permisi, penumpang yang lain mau naik," ujar mbak2 tadi pada seorang penumpang. Gue ngintip siapa yang ditegur. Dia adalah pacar Renata. Tapi kenapa dia sama sekali tidak mau bergerak dari kursi itu.
"Eh, Ren, itu pacar lo, kan?" ujar gue sambil menunjuk roller coaster.
"Ah, iya bener itu pacar gue," ujar Renata.
Hidung gue menyium bau sesuatu. Rasanya aku kenal bau ini. Ini... ini bau.. kematian!
Gue langsung menyeruak diantara penumpang lain.
"Renata, jangan sentuh dia!" teriak gue pada Renata yang menghampiri pacarnya.
Renata menoleh dan dan menatap gue bingung. Gue nyuruh dia minggir. Ternyata benar. Ada bekas sayatan di nadi leher pacarnya Renata.
"Hei ada apa ini?" tanya Viro, Joe, dan Tasya yang datang setelah ini.
"Viro! Cepat hubungi polisi! Cepat" teriak gue pada Viro. Viro buru-buru mengambil ponselnya.
"Ada apa ini? Kenapa harus telpon polisi segala?" tanya Tasya.
"Ren... pacar lo..." ucapan gue dipotong Renata.
"Pacar gue kenapa?" ujarnya cemas.
"Pacar lo udah meninggal," ujar gue lirih.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 25, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

 V, sour detectiveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang