"Setelah ini apa kamu ada acara?" tanya Saka, mereka saat ini sedang ada di dalam mobil.
"Aku rasa mendingan pulang aja, deh."
"Kenapa? Apa takut pacar kamu tahu hal ini?"
"Saka, kenapa aku harus takut? Memangnya kita ngapain?"
"Hmm, oke deh. Kita mampir sebentar di kafe itu, ya?"
"Mau apa? Kita udah terlalu banyak makan, Saka."
"Siapa bilang aku mau nawarin kamu makan, aku cuma ngajak kamu minum."
Dita menghela napas. "Baiklah, tapi jangan lama-lama, ya."
"Iya tenang aja," jawab Saka kemudian langsung memarkirkan mobilnya.
Beberapa saat kemudian mereka sudah duduk, Saka memilih tempat duduk dekat jendela. Dita hanya menurut saja, terlebih sejujurnya dia merasa Saka cukup menyenangkan dan pribadi yang mudah akrab. Buktinya baru kenal sudah bisa seakrab ini, seakan mereka sudah kenal sangat lama.
"Coba kalau malam, lebih romantis."
"Eh?" Dita terkejut, sebenarnya apa maksud Saka mengatakan hal itu?
"Jangan berburuk sangka dulu, memangnya pacaran aja yang boleh romantis. Sahabat juga boleh, dong."
"Sahabat?"
"Iya, sahabat. Kamu mau, kan, jadi sahabatku? Serius, aku nyaman di samping kamu."
Tentu saja Dita tidak langsung menjawab. Apa-apaan ini? Dita tahu mereka mulai dekat sejak hari ini, tapi sahabat? Kenapa Saka ingin menjadi sahabatnya? Secepat ini?
"Jadi kamu nggak mau bersahabat denganku?" tanya Saka lagi.
"Eh, mau kok," jawab Dita spontan lantaran tidak enak hati.
Dita berusaha tersenyum, berharap Saka bukanlah orang jahat dan tidak ada maksud buruk padanya. Baiklah, mulai hari ini Saka adalah sahabatnya. Hanya sahabat dan tidak lebih.
Mereka akhirnya meminum kopi dingin yang sudah dipesan. Tak lama kemudian, alunan musik mulai terdengar. Mata Dita tertuju ke arah jendela, menatap jauh ke luar sana. Lagi-lagi ada sedikit rasa bersalah pada Indra, meski tidak melakukan apa pun tetap saja Indra belum mengetahui hal ini. Dita berjanji akan menceritakan pada Indra nanti, juga mengatakan tentang persahabatannya dengan Saka.
Tiba-tiba konsentrasi Dita menjadi buyar, fokusnya kini tertuju pada sebuah lagu yang dinyanyikan. Lagu yang sangat dia kenal. Bahkan, suara sang penyanyi itu adalah suara Indra. Dita langsung menatap ke arah panggung di kafe itu untuk memastikan siapa yang bernyanyi.
Oh Tuhan, dugaannya tidak pernah salah. Indra ada di sana sedang bernyanyi. Tentu saja Dita tidak tahu apa yang harus dia lakukan. Dita berada dalam keadaan yang akan membuat Indra salah paham. Dita jadi gelisah sehingga di tempat yang ber-AC seperti ini malah membuatnya berkeringat. Dita tak bisa membayangkan jika Indra menatap ke arahnya yang sedang bersama Saka.
Merasakan ada yang tidak beres pada diri wanita di hadapannya, Saka pun mulai menyadari kegelisahan Dita dari raut wajahnya.
"Dit, kamu kenapa?"
Dita langsung merespons pertanyaan Saka dengan menggeleng.
"Kamu sakit?" tanya Saka lagi, kali ini dia menyentuh pipi Dita.
Dita berusaha menghindar. "Aku mau pulang sekarang," ucap Dita ketakutan.
"Iya, tapi kenapa? Kamu nggak suka sama tempatnya?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Difficult Choice
RomanceCover by @EviFhe Sebagai kekasih, Indra berencana memberi kejutan pada Andita di hari spesialnya. Ia meminta bantuan Rani, sahabat Dita untuk melancarkan kejutan ini. Alih-alih menjadi kejutan yang sangat indah dan tak terlupakan, hal itu malah menj...