Baru saja mobil yang Indra kendarai mulai menghilang, sudah datang mobil lain di depan kontrakan Dita. Bahkan, Dita sendiri belum masuk dan masih berdiri di luar. Dita ingat kalau Sakalah adalah pemilik mobil itu.
Sampai pada akhirnya pintu mobil mulai terbuka, tapi Dita tak melihat Saka. Hanya ada payung yang terbuka, kemudian mulai terlihatlah kaki seorang pria yang memakai celana polo pendek menghampiri Dita, ternyata dugaan Dita benar. Pria itu memang Saka.
Dita menarik napas, untung saja Indra sudah pulang. Namun, ada hal yang membuat Dita penasaran, untuk apa pria itu datang? Ucapan Saka memang sangat merasa bersalah jika Indra marah, tapi sikap Saka benar-benar seakan memicu kemarahan Indra. Ya Tuhan, Dita jadi tidak tahu harus bagaimana, terlebih sekarang Saka sudah ada di hadapannya.
"Dit," ucap Saka.
"Ada apa?"
"Kamu baru datang?" tanya Saka, lalu Dita pun mengangguk.
"Bisa pas banget gini, ya? Aku datang di saat yang tepat dong."
"Ada apa, Saka?" tanya Dita lagi, entah mengapa dia merasa ada sesuatu yang penting sampai-sampai Saka harus ke sini.
"Kenapa nomornya nggak aktif, Dit?"
Dita langsung teringat ponselnya, dengan cepat tangannya memeriksa isi tas dan ditemukannya ponsel yang mati. "Lowbatt, maaf. Memangnya ada apa?"
"Pak Ardi bilang, kita nggak jadi ke luar kota Minggu depan."
"Oh, diundur lagi?"
Bahkan ini adalah berita yang bisa dibicarakan besok, dia merasa heran kenapa Saka repot-repot ke kontrakannya di saat hujan seperti sekarang.
"Bukan diundur, tapi dipercepat."
Dita terkejut. "Kapan?"
"Besok."
Jawaban Saka membuat Dita terperangah. "Ya ampun, kenapa dadakan banget, sih?"
"Justru itu, makanya aku ke sini buat ngasih tahu kamu supaya siap-siap."
Dita memperhatikan wajah Saka, tampaknya penuh rasa tulus.
"Aku boleh masuk?"
"Eh? Mau apa?"
"Senggaknya aku bisa bantu kamu beres-beres."
Namun, Dita terus meyakinkan diri untuk menolak permintaan Saka. Dia tidak mau nanti Indra salah Paham. "Maaf ... aku rasa nggak usah deh, lagian hujan mulai reda. Aku bisa siapin semuanya sendiri. Selain itu, nggak enak kalau dilihat orang, takut mikirnya macam-macam. Sekali lagi terima kasih ya informasinya."
"Baiklah, aku ke mobil dulu, ya," pamit Saka kemudian bergegas ke mobil.
Dita masih menatap Saka dengan tatapan iba. Sebenarnya ada rasa bersalah sudah memperlakukan Saka seperti tadi. Namun, bukankah itu juga untuk meminimalisir kebersamaan mereka? Dita harus membuktikan kalau 'cinta karena terbiasa bersama' itu tak berlaku untuknya dengan Saka.
Dita tahu Saka memang cukup baik, bahkan bisa dibilang sangat baik. Namun, itu bukan alasan untuk terus bersama terlebih sampai menyakiti perasaan Indra. Dita harus sadar betul kalau dirinya sudah tak sendiri lagi, harus berani menjaga jarak dengan pria lain. Akhirnya Dita langsung masuk, tanpa menghiraukan Saka yang masih berjalan menuju mobil.
***
Dita menyiapkan beberapa pakaiannya untuk keperluan di luar kota selama satu Minggu. Ini adalah perjalanan paling mendadak yang akan ia lalui. Dita rasa, ada beberapa keperluan yang harus dibeli di minimarket depan. Diliriknya jam dinding yang kini menunjukkan pukul tujuh malam. Dita langsung mengambil jaket dan memakainya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Difficult Choice
RomanceCover by @EviFhe Sebagai kekasih, Indra berencana memberi kejutan pada Andita di hari spesialnya. Ia meminta bantuan Rani, sahabat Dita untuk melancarkan kejutan ini. Alih-alih menjadi kejutan yang sangat indah dan tak terlupakan, hal itu malah menj...