BAGIAN 1

47 10 6
                                    


Perkenalkan nama gue adalah Shafira Salshabilla Arganthara, bisa di panggil Fira dan juga bisa di panggil Salsha. Gue adalah anak satu-satunya yang disayang oleh keluarga gue. Tapi sekarang gue harus kehilangan kasih sayang dari orang tua gue, karena nyokap gue sedang mengandung calon adek gue.

Gue adalah perempuan yang bisa dibilang gak terlalu kecewean banget, karena menurut gue cewek yang agak kecewean terlalu ribet. Dan lagian juga gue orangnya gak mau ribet sama sekali. Walaupun gue cewek yang gak terlalu feminim, gue juga bisa jatuh cinta kepada seorang laki-laki yang selama satu bulan ini udah bikin hati gue berdebar-debar gak karuan.

Laki-laki itu bernama Adimas Aditya Gunawan, seorang pria yang sekarang membuat gue selalu terpesona dan berdebar terus ketika dia sedang lewat di ddepan gue. Dimas adalah lelaki yang super dingin disekolah ini. Sifat kedinginan dan ketampanan yang dia miliki membuat dia dijuluki dengan nama most wanted disekolah gue. Dan dia juga menjadi ketua team basket disekolah ini. Gimana hati gue gak nyantol coba?.

"Woyy... serius banget ngelaitinnya!" itu suara Tini, teman gue yang selalu super bawel dan bacot tergede di kelas gue.

Tini adalah teman deket gue dibangku, saking deketnya sampe ada yang bilang kalo kita udah seperti anak kembar. Sebenarnya gue males dibilang kembar sama dia, dari pada gue kembaran sama dia mending gue kembaran sama Gigi Hadid.

"Ganggu aja lu Tin." Ucap gue yang masih fokus melihat gerakan Dimas.

"Yaelah, masih aja mandangin tuh cowo dingin." Oceh Tini yang langsung melihat arah pandang mata gue.

"Udah ahh... jangan ganggu gue kenapa! Gue lagi asik nih mandang ciptaan Tuhan yang sempurna." Ketus gue yang masih mengikuti arah kemana Dimas berlari untuk memasukan bola basketnya ke dalam ring.

"Percuma lu mandang dia terus Salsha! Dia aja gak pernah mandang lu sedikit pun." Kata Tini yang langsung mandang kearah gue dengan muka betenya.

"Lu mah bukannya dukung gue, Tin." Ucap gue ketus yang langsung melirik Tini.

"Percuma gue dukung lu sama si manusia dingin. Dia aja gak pernah hargain cinta lu ke dia kan." Kata Tini yang masih sebel karena gue masih mengharapkan Dimas memandang kearah gue dengan cintanya.

"Jahat banget lu sama temen sendiri Tin." Ucap gue ke Tini yang masih berdiri di kerumuna orang yang masih menyaksikan pertandingan basket Dimas.

"Coba lu pikirin lagi deh Sal? Gue tau lu belum sepenuhnya berjuang buat dia fokus ke lu, tapi lu pikir gak. Dengan kedinginan yang ada di dirinya membuat dia tidak bisa terbuka akan lingkungan sekitarnya Sal. Apa lagi cinta lu." Kata-kata Tini memang masuk akal juga sih.

"Ya lu tau sendiri Tin. Gue baru liat dia dari jauh aja hati gue udah berdebar-debar gak karuan, gimana gue ngobrol atau ngomong ke dia coba?" Bales gue terhadap pendapnya Tini.

"Nah makanya itu Sal, sekarang lu maunya gimana? Berjuang atau cukup sampe sini? Gue gak maul u nanti sakit hati, cuman gara-gara di tolak cinta lu." Tanya Tini kepada gue yang masih memandang Dimas dari jauh sambil memegang dada gue yang karuan berdetaknya hanya karena melihatnya.

"Oke kalo gitu Tin, gue mau berjuang, gue mau buat dia melihat cinta gue. Tapi gimana caranya Tin? Supaya dia lihat gue dan cinta ini?"Tanya gue kepada Tini.

"Gue mau bantuin lu. Tapi lu jangan gegabah banget kaya cewe-cewe disini yang sedang melihat Dimas. Karena kalo lu kaya mereka sama aja dong lu kaya cabe yang kebelet minta diulek sama Dimas." Kata Tini yang langsung melihat gue tajam .

"JIJIK banget gue, disamain sama cewe-cewe cabe yang minta diulek sama Dimas. Ya lu tau sendiri gue orangnya kaya gimana? Gue cewe yang gak mau ribet sama hal-hal begituan." Kata gue Tini.

Waiting For His LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang