chapter 4

6.7K 244 28
                                    

Di sebuah ruangan berukuran 5x4 meter, terlihat sesosok wanita yang terbaring lemah di atas tempat tidur. Hanya cahaya dua buah lilin yang menerangi ruangan itu. Tubuh polosnya dibalut dengan selembar selimut tipis berwarna coklat, rambut pirang yang membingkai wajahnya sangat kontras dengan kulit putih dan 3 garis halus di masing-masing pipinya.

Dadanya bergerak teratur mengikuti kebutuhan paru-paru akan udara.
Beberapa saat kemudian, satu-satunya pintu masuk di ruangan itu terbuka perlahan. Menampilkan sosok lain yang hanya mengenakan hakama berwarna ungu gelap serta tali pinggang dengan warna senada.

Pemuda dengan rambut berwarna hitam kebiruan itu berjalan mendekati tempat tidur. Langkah kakinya menggema di dalam ruangan tanpa ventilasi itu. Ia pun duduk di pinggir tempat tidur. Bola asap pembius yang diberikan Kabuto ternyata sangat ampuh, hingga membuat perempuan ini tertidur cukup lama. Diarahkannya jemari lentik miliknya menuju wajah si wanita yang masih terlelap.

Permukaan kulit yang halus menyambut syaraf-syaraf perasa di jemarinya. Sungguh ia tak menyangka pemuda yang sangat berisik ini dan selalu mengganggunya bisa berubah menjadi wanita secara misterius dan memiliki kulit sehalus gadis perawan, padahal dia adalah shinobi yang tentunya akan sering mendapat luka baru setiap pulang dari misi.

Ah, ia lupa. Bukannya wanita ini memiliki Kyuubi? Rubah tua pemiliki cakra besar yang diperebutkan banyak orang, termasuk Akatsuki. Rubah itu pastilah yang telah melindungi dan menyembuhkan setiap luka di tubuh wanita ini. Diam-diam ia tersenyum, bersyukur wanita ini memiliki Kyuubi.

Kelopak kecoklatan itu terbuka perlahan. Menampakkan 2 bola mata sebiru langit yang tak diragukan lagi keindahannya. Wanita berambut kuning itu mengerang pelan, belum menyadari adanya sosok lain yang sedang menatapnya intens.

"Aku dimana?"

"Di tempat dimana kau tidak dapat melihat matahari" jawab sebuah suara baritone.

Reflek, wanita berambut kuning itu menegakkan tubuhnya, mengambil tempat sejauh mungkin dari sosok dihadapannya. Meski akhirnya ia malah terperangkap di sudut tempat tidur.

"Ti..tidak mungkin! Kenapa ada Sasuke disini?" pekiknya kaget.
Pemuda bernama Sasuke itu hanya menyeringai melihat ekspresi bingung sang wanita. Apalagi ketika ia menyadari kalau saat ini ia dalam keadaan telanjang bulat.

"Ke..kemana semua bajuku?"
Sasuke mencengkram kedua pergelangan tangan Naruto. Wanita itu mulai memberontak, kedua tangan yang terkunci dan tanpa senjata ninja, iapun mengandalkan tendangan kakinya untuk menyerang Sasuke. Firasatnya mengatakan akan ada hal buruk yang menimpanya, meski selama ini dia tidak pernah mengandalkan firasat.

Naruto berhenti memberontak. Ditatapnya sepasang mata onyx itu. Hitam, kelam, lalu... ada yang sedikit berbeda, tapi Naruto tidak tahu apa.

"A..a..apa.. kau akan membunuhku... Sasuke?" tanyanya takut-takut.
Naruto memejamkan kedua kelopak matanya, bersiap mendengar kata 'iya' dari bibir tipis Sasuke.

Sasuke mendekatkan bibirnya pada telinga sebelah kanan Naruto.

"Tenang saja Naruto, aku tidak akan membunuhmu... tapi aku akan memberikan sesuatu yang lebih buruk dari pada kematian"
Naruto membuka kedua matanya, menatap Sasuke penuh tanya.
Sasuke menjulurkan lidahnya membasahi daun telinga Naruto.

Wanita berambut kuning itu reflek mendorong tubuh Sasuke. Tapi bukannya dapat menjauhi sang bungsu Uchiha, tubuhnya malah tertarik ke depan, jatuh ke dalam pelukan Sasuke.

"He..hentikan Sasuke! Kau mau apa?"
Sasuke menyingkirkan selimut pengganggu dari tubuh Naruto, melemparnya entah kemana. Segera ia medorong tubuh itu kembali terlentang di atas tempat tidur.

Love Or LustTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang