1

325 24 8
                                    


Bocah berumur tiga dengan bibir ranum dan bercak coklat disekitar mulutnya. Ikatan kuda hasil karya ayahnya hampir tidak menyerupai ikatan rambut yang rapih lagi. Rambut pirang anak itu terbang kemana mana setiap tubuhnya bergerak karena mengikuti langkah lebar kaki ayahnya. Tidak peduli kemana sang ayah akan membawanya pergi, namun es krim yang sekarang sudah menodai baju pink kesayangannya itu terlihat sangat sayang jika dilewatkan. Mata birunya sesekali melihat beberapa toko toko yang menjual benda benda keren disana.

"Daddy", bocah itu memanggil ayahnya.

Langkah kaki yang lebar dan agak sedikit cepat itu semakin membuat Hope mau tidak mau harus mengikuti kemana ayah akan pergi membawanya. Paman Louis juga sama, ia kelihatannya tengah asik membawa tas-tas yang berisikan mainan Hope di belakangnya.

"Uncle ?" Hope memanggil assisten ayahnya itu.

Namun paman yang berkaca mata itu tidak mendengar suara lirih Hope. Bagaimana ini ? Hope ingin pipis dan dua pria ini tidak mendengar suara Hope. Es krim cairnya tertumpah tepat diatas dada bocah itu membuat bajunya benar benar kotor. Kenapa mereka tidak mendengar ? Tubuhnya berguncang guncang kala ayahnya memaksa Hope untuk melangkah lebih cepat lagi.

"Hope, kita harus cepat pulang, okay ? disini tidak aman. Bukannya kau takut tempat yang ramai ? ayo kita pergi dari sini secepatnya"

Namun Hope hanya diam dan menuruti ayahnya. Sial bagi sang ayah yang sekarang tengah dikejar waktu. Kolega dari Belanda sekarang sedang menunggu dirinya di sebuah Hotel dan dia terjebak disini karena menyusul anaknya yang tiba tiba merengek meminta boneka Unicorn. Ya, anak-anak memang mudah sekali iri dengan kawan kawannya. Sang ayah yang masih menggunakan setelan kantor itu semakin membuat riuh para lautan manusia disini. Suara teriakan tertahan dan bunyi-bunyian kamera yang membidik dirinya dan sang anak. Dia benar benar benci keadaan sekarang. Kenapa disaat ia butuh privasi orang orang ini datang menghambatnya ?

Siapa yang tidak kenal Justin Bieber ? Seeorang yang masuk dibeberapa jajaran nama pengusaha tersukses di Amerika dan Eropa ? tampan, kaya, cerdas dan duda beranak satu. Semua akan bertekuk lutut saat melihatnya. Apalagi saat ia sedang memanjakan putri semata wayangnya dihadapan publik. Sangat membuat para wanita terkesan dan ingin menjadi Ibu dari Hope.

"Daddy!"

"What ?! ada apa lagi, sayang ? ayah sangat terburu buru sekarang"

Mereka berhenti berjalan dan membiarkan para awak media mengkrubungi mereka.

"I wanna pee. Kau tidak mendengarku dari tadi"

"Astaga", Justin memijit pangkal hidungnya lelah.

"okay, okay. Kau pipis. Aku – shhhhit" Justin menggeram. Dia merasa sangat tertekan.

"kenapa ayah mengumpat ?"

"aku tidak mengumpat sayang. Ayo kita cari toilet"

Mereka berbelok arah dan segera mencari toilet terdekat. Hope masih asik dengan coklat yang tersisa didalam cup yang ia cengkram dari tadi. Kepalanya menoleh kebelakang memeriksa apakah pamannya masih membawa tas yang berisikan boneka uncornnya ?

"kemana kita akan masuk, eh ?"

"Ladies or Gentelman ?"

Tanpa aba – aba Justin segera membawa putrinya itu masuk kedalam toilet wanita. Hope ikut saja dan segera mengikuti langkah kaki ayahnya. Dengan cekatan pria itu terjongkok dan membantu Hope melepaskan celananya.

"ya ampun sangat kotor sekali. Kau ini kenapa sangat nakal ?"

"Maafkan aku, Daddy"

"sudah berapa kali Daddy bilang jangan makan es krim. Kau tahu apa akibatnya ? Daddy sudah pernah mengingatkanmu dan melarangmu. Siapa yang menyuruhmu untuk membeli makanan seperti ini!"

Perfect Stranger (Jailey)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang