Alarm berdering menunjuk angka lima pagi. Tangan Sehun bergerak meraih benda itu dan membanting nya ke lantai. Tak lama ia beranjak mengusap wajah nya.
"Hm.."
Sehun meraih kemeja putih yang tergantung di lemari, dan melangkah memasuki kamar mandi.
Hari ini hanya hari yang sama seperti biasa nya.
—
"Sehun!"
Lelaki bertubuh tinggi itu tergopoh berlari memasuki ruangan sang atasan. Ia cukup tau dengan hanya mendengar, jika dia pasti akan di marahi. Sial.
"Y-ya?!"
Seorang pria dua tahun lebih tua dari nya mengembuskan nafas kasar. Choi Siwon. Ketua divisi 7. Orang yang sangat emosional dan keras kepala. Sehun bersumpah tidak ada satupun yang paling menyebalkan dari terjebak bersama atasan nya walau hanya beberapa menit kedepan.
"Kau tau kesalahanmu?" Siwon menghempas sejumlah map biru kepada Sehun. "Apa yang kau lakukan jika kontrak penting ini gagal? Kau mau menanggung nasib 100 karyawan di sini?"
"A.. Tidak. Kurasa." gumam Sehun tanpa bisa didengar atasan nya.
Sekali lagi Sehun mendengar hembusan nafas frustasi lainnya. "Aku tau kau sudah bekerja keras. Kita semua juga." Se-menyebalkan apapun orang ini. Sehun tetap berpikir Choi Siwon juga pribadi yang cukup baik. Yah cukup.
"Tapi kau tidak bisa berbicara seperti itu pada tuan Kim. Dia investor penting. Klien. Juga rekan dalam lapangan. Sehun, kau tau itu?"
Sehun lantas mengangguk mengiyakan. Dia tau. Dan bosan mendengar aturan. Lagipula dia sadar kemarin memang dia 'sedikit' tidak sopan saat ikut menghadiri meeting. Sehun beberapa kali menyela pria tua itu dan membicarakan pikirannya tanpa menggunakan tatanan krama formal.
Tapi yang dia lihat justru Pria tua Kim itu tertawa dan malah memuji ide-ide nya. So, Sehun tidak merasa sepenuhnya bersalah.
"Kau tidak boleh mengulangi lagi. Mengerti?"
Sehun mengangguk. Membungkuk singkat lalu berusaha keluar dari ruangan secepatnya.
Sehun duduk di meja nya. Kembali berhadapan dengan setumpuk file yang harus di copy dan akan diserahkan besok siang. Dia menengok sekelilingnya, semua orang melakukan hal yang sama.
Mereka sibuk. Lelah. Payah.
Dan tak terkecuali dirinya.
—
Dalam perjalanan pulang, di sudut kereta Sehun berdiri melamun menghadap jendela. Dia tau jika dirinya hanya karyawan biasa. Tapi semua rekan nya mendorong dirinya agar lebih bekerja keras untuk mendapat posisi lebih tinggi. Ya, dengan kata lain. Sebuah jabatan.
Dia tidak tahu apa yang sudah dia lakukan. Sehun pun tidak mengerti alasan lain dari pemikiran rekannya. Seperti minggu lalu, saat dimana Sehun mengerjakan setengah dari pekerjaan untuk suatu proyek. Itu membuat nya mau tak mau lembur dengan beberapa karyawan lain di lantai berbeda.
Semua memuji nya dan beranggap jika dirinya benar-benar gila mengincar posisi Siwon sebagai kepala divisi. Tidak sama sekali ia memiliki niat seperti itu. Sejujurnya Sehun hanya ingin gaji nya sedikit lebih banyak di naikan.
Sehun ingat jika dia punya otak yang cerdas, dia pun tidak lupa berapa banyak prestasi yang dicapainya saat sekolah dulu. Sayang sekali, orang pintar sepertinya harus tergeser hanya karena masalah harta dan status sosial.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sincerity
FanfictionJongin merupakan seorang pengangguran di umur dua puluhan. Meski begitu, ia berasal dari keluarga mapan dan sangat di manja oleh keluarga nya. Sesuatu terjadi pada nya di pertengahan semester kelas dua sma, dan membuat dirinya lupa ingatan. dia tid...