SMA

13 1 1
                                    

Cowok itu membuka matanya perlahan. Menyadari bahwa matahari telah menggantung di antara arakan awan dia langsung melompat dari kasur empuk miliknya. Serta merta ia melirik jam yang telah menunjukkan pukul delapan kurang tujuh menit.

Waktu yang begitu menyebalkan bagi siswa yang sulit tidur dan selalu begadang sampai malam sepertinya. Karena sebelas menit lagi bel berbunyi, dan ia sama sekali belum bersiap.

"Ahh, sial. Gue kesiangan lagi." gumam lelaki itu. Dengan nada yang begitu tenang. Dengan santai ia berjalan menuju kamar mandi.

Kevin Alveinero namanya. Lelaki yang pendiam, dingin, dan ketus. Namun entah bagaimana banyak wanita yang bertekuk lutut di hadapannya. Yah, parasnya memang menawan. Sangat berlawanan dengan sikapnya yang jutek dan dingin.

Jam 08.53.
Cowok itu keluar dari kamar mandi dengan tubuh yang telah terbalutkan dengan seragam SMA-nya hari ini. Sulit dipercaya bahwa cowok itu--yang gerakannya nyaris selambat keong--dapat mandi secepat itu.

"Tujuh menit lagi." gumamnya santai.

Sesegera mungkin ia menyambar jaket hitam kesayangannya dan tas sekolahnya. Seusai bercermin selama kurang lebih 0,03 detik--tunggu, orang macam apa yang bercermin kurang dari satu detik?--dia keluar dari kamarnya dengan santai. Sekilas melirik jam tangannya yang entah sudah sejak kapan terpasang dengan manis di tangannya yang mulus.

"Enam menit lagi." dengan cepat dia menuruni tangga dan menyambar seiris roti bakar yang telah siap di meja makan.

Tanpa melirik secarik kertas dan selembar uang berwarna biru ia berjalan cepat ke arah pintu dan menyambar kunci motor miliknya serta kunci rumah. Yah, tanpa harus membaca pesan dari mama kesayangannya, ia tahu bahwa ibunya tercinta akan pulang menjelang waktu isya. Kembali melirik jam miliknya.

"Empat menit lagi" sesegera mungkin ia menghabiskan roti bakarnya dan mengeluarkan motor ninja miliknya.

Seusai mengunci gerbang, dengan segera lelaki itu tancap gas menuju sekolahnya yang jaraknya berkisar antara 200-300 meter dari rumah keluarganya.

*****

SMA Quizeers. SMA elit yang paling populer dan berkelas di kotanya. Seleksi masuknya teramat sangat ketat. Hanya siswa-siswa yang memiliki IQ tinggi dan memiliki uang cukup yang dapat masuk ke sekolah ternama tersebut. Yah, SMA Quizeers memang jarang memberikan beasiswa.

Entah bagaimana caranya lelaki itu berhasil lolos tes masuk ke SMA elite nan ternama tersebut. Patut diakui memang, dimana ada lelaki itu, ada banyak 'keajaiban' yang terjadi di sekitarnya.

"Satu menit lagi" Kevin bergumam pelan seusai memarkirkan motornya di parkiran sekolah.

159. 159 meter jarak yang harus ditempuhnya untuk mencapai pintu gerbang sekolah. Tak butuh waktu lama bagi seorang Kelvin untuk mencapai jarak tersebut. Dia termasuk anak yang berbakat dalam bidang olahraga. Langkahnya yang lebar dan cepat dapat membantunya menghemat waktu.

"Tujuh detik lagi." gumamnya santai saat jaraknya dan gerbang telah tersisa tujuh meter lagi.

Tepat saat dia dan gerbang tinggal bersisa satu langkah lagi, dia berhenti. Melirik ke arah jam yang melingkar manis di pergelangan tangannya. Satu-dua murid berlari melewatinya, tak ingin terlambat.

"Tiga, dua..." dia melangkah. Sejengkal lagi. Dan security menatapnya datar. Ia sudah hafal dengan perilaku salah satu murid tamvan tersebut setiap ke sekolah.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 05, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

DoubtedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang