Aku menyenangi kesepian.
sedari kecil aku memang tak pernah berinteraksi dengan alam. aku selalu diasuh tanpa pengecualian.
Ayahku, bekerja sebagai lelaki kantoran yang bekerja dari pagi hingga pagi lagi.
Ibuku? dia seorang aktris terkenal di kota ini. Bagai madona kota, siapa yang tak kenal Mia baferncah?
Hubungan kami sangat renggang, Risa kecil yang tak tahu apa apa selalu saja diserahkan kepada pengasuh pilihan orangtuaku, aku benci rasanya.
"Ini masa kecilku bu, teman temanku selalu saja memeluk orang tuanya usai keluar dari rumah itu, kenapa ibu tak hadir? hanya ada bik cica yang menungguku." pernah sesekali aku berbicara lantang seperti itu dihadapan ibuku.
Bukannya merasa bersalah, aku malah mendapatkan hukuman.
Ayahku yang tak pulang pulang, sama sekali tidak tahu cerita. dan saat pulang dia hanya terus menggeram kesal kenapa aku tak pernah diperhatikan oleh ibuku.
"Sudah kubilang! Aku saja yang bekerja." gerutunya emosi, ibuku tak mau kalah melawani ayah, hingga malam itu terjadilah perkelahian.
Sedangkan aku, hanya bisa mengintip di balik pintu. Bik cica, si wanita paruh baya yang tak pernah ku sopan-ni mengangkat enteng tubuhku, menjauhkan-Nya dari kamar ayah & ibu
"Jangan diganggu non, ayah dan ibu hanya sedang latihan acting! ujar ibu tadi, supaya tambah profesional" dengan mudah kupercaya apa tuturnya.
"Mau ice cream?" tanya bik cica, dengan spontan ku anggukan kepalaku.
"Risa, mulai sekarang patuhlah pada bik cica" hatiku senang. bik cica merupakan wonder woman hidupku dikala sedih,
-----
Kami tiba di kedai ice cream langganan-ku. ice cream disini memang paling enak. selain itu varian coklat yang mereka sajikan, memang tak ada tandingnya.
Seusai makan ini, aku serasa terbang. memang begini imaji anak kecil seumuruan ku 'gemas bukan?'
Tapi malam itu, ada yang berbeda. tepat dibelakang-ku anak laki laki seumuranku sendirian berjalan, bik cica yang melihatnya spontan menghampiri
"Dik, mana orang tuanya?" tak ada jawaban. pandangan anak laki laki ini, hanya pada ice cream yang ku pegang
"Ada apa? Kamu ingin?" Tanyaku, dia mengangguk. parasnya begitu menyentuh hati.
Meski tak kumuh layaknya anak jalanan yang sering ku temui di trotoar, dan bajunya yang sama sekali tidak menunjukan bahwa dia anak gelandangan
Aku tetap rela berbagi, "ini buat kamu!" ucapku lalu memberikan satu buah ice cream yang belum sama sekali ku makan
"Terimakasih, aku dimas." Sampai dini, dialah sahabat sejatiku.
Dimas Sarasnati, akrab ku panggil "si bodoh yang kaku dan menyebalkan"
KAMU SEDANG MEMBACA
Stupid Boy
Romance"Cewek Antik" bagai melekat di hati sang lelaki puitis. Risa & Dimas , dua sejoli yang tak pernah lepas. hampir, menjalani setengah hidup bersama. lalu, apakah di masa akhir SMA ini mereka bersatu, atau memilih jalan yang berbeda?