Aku pernah duduk tepat disampingmu, saat itu hanya ada kamu dan aku.
Tak ada sepatah katapun kudengar dan kau dengar.
Hening, tak ada suara.
Jika ada, mungkin hanya suara angin yang berhembus.
Saat itu air mataku ingin tumpah, aku merasakan sakit sesakit-sakitnya berada tepat disampingmu namun tak ada kutipan darimu.
Sebenarnya aku ingin bertanya perihal pergimu waktu itu, namun segalanya begitu sulit.
Bahkan menoleh padamu saja tak ingin kulakukan, bukan karena aku benci namun aku takut patah untuk kesekian kalinya.
Aku takut air mataku jatuh lalu membuatmu terluka, aku tak ingin kamu merasa bersalah pada situasi dan kondisiku saat itu.
Aku benar-benar patah pada situasi yang harus mengikhlaskanmu bahagia tanpa aku.
Pada situasi yang benar-benar menyikitiku.
Hingga seseorang datang kemudian menemani keheningan yang kita ciptakan, membuat semuanya gaduh.
Bahkan karena air mata yang tak bisa kutahan, akhirnya mengalir tak hentinya. Karena aku memilih pergi meninggalkan kamu dan dia yang baru saja datang membuat kacau.Biar kusembunyikan sakitku ini.
Jangan sampai air mataku melukaimu.Biarkan kini aku belajar ikhlas dengan semua yang telah terjadi, mungkin suatu saat kita akan bertemu lagi namun dengan perasaan yang masih sama?
Semoga saja.RunySucianti, 29 April 2017|18:06 WITA
KAMU SEDANG MEMBACA
Dalam Ruang Rindu
PoetryTAMAT❣ Fiksi | Bukan novel tapi kata-kata yang dirangkai oleh sipemilik rindu ~ RunySucianti Saat kita bertemu pun, kita sama-sama tak berkutip namun kadang menyelipkan detik untuk saling tatap. Kau tahu? Pemilik rindu itu adalah aku, seseorang yan...