Part 1

47 2 0
                                    

"Sebagai hukumannya, lo harus cium tuh cowok yang pake kacamata!"
Kata Nina penuh dengan penekanan. Membuat semua panitia osis yang mengumpul tertawa garing.

Apa banget dah ni kakak kelas.

"Sana gih!" Nina mengibas-ngibaskan tangannya supaya Reina menjauh dan menghampiri anak cowok berkacamata itu.

Bukannya menjauh, Reina malah tetap diam diposisinya sambil mengunyah permen karetnya. "Kok
lo masih diam? Cepat sana, mau gue tambah hukumannya emang?"

Reina mengerutkan dahinya. Lagi juga siapa dia, bisa-bisanya ngatur diri Reina dengan seenaknya. Malah ini terkesan sepeeti pemaksaan.

"Gue gak mau kak. Lo aja sana gih!" Reina mengibas-ngibaskan tangannya sama halnya seperti Nina tadi, membuat cewek itu membelalakan matanya tidak percaya. Junior
kurang ajar!

"Cepetan!" Bentak Nina seenak jidat didepan wajah cantik Reina. Dia mendengus, kesal dengan kakak kelasnya ini. Lalu satu ide gila terlintas diotaknya.

Reina melepehkan permen karetnya itu lalu ditempelkan dirambut hitam Nina membuat cewek itu membuat berteriak histeris. "Anj! Rambut gue! Mommy rambut Nina mommy!" Seru Nina secara histeris membuat semua perhatian menuju kearahnya.

"Heh kak Nina kenapa?"

"Itu kak Nina yang dekat sama kak Niall kan? Tuh cewek beruntung banget yak!"

"Idih jorok dirambutnya ada permen karet!"

Reina terkikik saat mendengar bisikan terakhir dari sekitar lapangan. Sedangkan kini Nina sudah menangis tersedu-sedu. Bodoamat deh! Lagian siapa suruh nyuruh orang seenaknya!

"Woi si Nini ngapa?" Niall tiba-
tiba datang sambil menyerobot kerumunan orang yang sedang menonton Nina yang menangis sekarang.

"Dirambutnya ada permen karet. Kalo gak salah gara-gara tuh junior deh." Salah seorang cowok menjawab sambil menunjuk Reina dengan dagunya membuat Niall menoleh
dan mendapatkan cewek itu dengan wajah santainya.

"Niall rambut gue Niall!" Kata Nina dengan nada mengadu. Lalu meme
luk Niall. "Udah dong Ni, malu tau!" Sanggah Niall sambil melepaskan pelukan cewek itu.

"Ikut gue lo!" Niall menatap Reina
lalu membawa paksa cewek itu untuk mengikutinya.

****

"Biar diam."

Reina terpaku saat Niall tiba-tiba mencium tangannya.

"Biar gak songong."

Niall mencium pipi Reina tanpa seizinnya. Kalian tau sekarang mereka ada dimana? Gudang sekolah. Dan hanya berdua.

Reina menatap sengit cowok didepannya kini. "Cowok sialan!"

Plakkk!

Satu tamparan mendarat di pipi Niall. "Cowok brengsek!" Dan kini mendarat di pipi kiri cowok itu.

"Cowok gak tau dir---" Tangan Reina yang setadinya bersiap untuk menampar lagi tiba-tiba kaku diudara. Saat merasakan sesuatu mendarat dibibirnya.

Yaampun!

First kiss gue tai!

Batinnya berteriak histeris. Mendadak matanya memanas, dia lalu menatap Niall dengan sorot
akan kebencian. "Sialan!" Setelah itu, dirinya meninggalkan Niall seorang diri.

Reina melangkah tidak tau arah dengan air mata yang terus merosot di pipinya. Dia masih belum percaya.

****


Reina menyeka air mata yang sedari tadi terus merosot dipipinya. Tidak disangka-sangka first kiss yang selama ini dia jaga, ternoda juga.

Cewek itu merogoh saku seragamnya. Mengambil ponsel yang sedari tadi bergetar tiada hentinya.

Riri sayanggggggg😁

Lo dimana sih?

Masih idupkan?

Kita sekelas coy! Bahagia banget gue!

Eh btw dari tadi MOS lo kok gak keliatan?

Jangam bilang digondol sama terong disini?

Berisik nih kutu onta.

Reina terkekeh sendiri saat membaca ulang panggilan sayangnya kepada Riri; kutu onta.

Selang beberapa detik kemudian, ponselnya kembali bergetar dan berdering dengan lagu perpect.

"Halo?"

"Eh monyet kemana aje lo hah? Itu kutu onta apaan? Panggilan sayang? Gak ada yang beneran dikit apa? Heh ngomong? Naber ya lo? Apa jangan-jangan lagi anu sama terong? Iya kan? Iya?" Cewek itu berdecak sebal saat mendengar retetan pertanyaan dari sahabatnya itu yang terkesan lucu. Dan akhirnya tawanya pecah.

"Berisik lo ah."

"Gue lagi di rooftop nih sekarang. Bete."

"What the? Apa-apaan lo? Lo nyi-nyiain kakak osis yang ngebimbing kita dikelas baru." Ujar Riri begitu semangat membuat Reina penasaran.

"Siapa emangnya?"

"Kak niall! Anjir dia ganteng banget-banget-banget! Gue suka sama dia!" Detik itu juga, sambungan terputus. Bukan, bukan karena pulsa Riri habis, melainkan Reina lah yang mematikan sambungan.

Raut wajah cewek itu seketika berubah menjadi pucat. Lalu ditenggelamkan wajahnya diantara selipan tangannya.

Dirinya benci mendengar nama cowok itu. Sangat benci.

A/n; Hai!:) aku kembali lagi readers! Hohoho thx banget atas vote dan komen dari kalian. Obat banget buat gue hehhe.

Btw cerita ini ditulis langsung sama kak @theresiaae_ ya! Jadi ide cerita bukan dari aku sepenuhnya!

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 29, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Completely Broken.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang