Berbicara soal matematika, dialah jagonya. Berbicara soal bahasa, dia juga jagonya. Berbicara soal cinta? Jagokah? Hmm, bisa dibilang inilah kelemahannya.
Ika namanya. Ika adalah seorang remaja SMA yang pintar, populer, dan pandai bermain alat musik. Dia adalah seorang tuku buku di SMA. Memiliki sikap cuek, dan belum mengetahui bagaimana rasanya mencintai dan dicintai... Huhu, sedihnya masa-masa SMA tanpa cinta.
Berbeda halnya dengan teman baik Ika, dia selalu jago dalam berbagai hal. Jago dalam akademik, olahraga, dan seni. Dia adalah Radit. Radit memanglah orang yang paling berpengalaman soal yang namanya cinta dibandingkan dengan Ika. Radit selalu dengan mudahnya memikat hati seorang wanita.
Bersekolah di SMA National, SMA dengan tingkat kecerdasan yang bisa dibilang di atas rata-rata. Hal itu karena, untuk masuk SMA ini mereka harus tes dahulu. SMA ini sangatlah luas sekali. Pintu masuk SMA yang dihiasi dengan kerlap-kerlip lampu taman yang bersinar indah saat malam, serta terdapat logo melingkar SMA National yang terdapat persis di belakang gerbang sekolah. Terdapat ruang pertemuan, BK, dan ruangan guru saat akan hendak memasuki wilayah dalam sekolah. Terdapat taman-taman kecil di sekeliling jalan menuju kelas, membuat kami merasa nyaman berada di SMA. Gedung bertingkat, serta terdapat pot tanaman yang indah di setiap depan kelas. Benar-benar SMA favorit.
Semua siswa SMA National saat ini sedang beristirahat. Semua siswa termasuk Ika dan Radit berada di kantin. Terlihat Ika dan Radit sedang berdiskusi. Semua pesanan bakso yang Ika dan Radit pesan telah habis dimakan.
"Setelah ini lu mau kemana ka?", Radit sambil memutar-mutar gelas yang berisi air minumnya.
"Gue mau ke ruang musik dit", Ika tetap dengan cueknya menjawab. Dia tidak melihat Radit saat bicara, tetapi yang ia lihat hanyalah buku instrumen.
"Gue lagi ngomong ka", Radit kesal dan beranjak mengambil buku instrumen miliknya. "Oke, gimana mau ada yang suka sama lu ka.. Semua orang lu cuekin", Radit sambil menyimpan buku instrumen itu.
"Terserah elu dit", Ika langsung memalingkan muka kesal.
"Makanya kalau gua ngomong dengerin ka", Radit membuat suasana hati Ika tambah kesal.
----------------------
"Eh, Nada mau kemana?", terdengar suara halus dan lembut dari belakang.
"Gue mau ke tempat musik", Nada membalas sapaannya.
"Oh, mau ketemu si itu kannnn?", wanita itu berbicara dengan nada menggoda.
"Nggakk kok", Nada langsung berbalik arah dan berjalan ke ruangan musik. Tidak lama itu, wanita itu langsung mengejar Nada. "Lu ngapain ngikut-ngikut gua sih?", Nada dengan muka malasnya.
"Kan elu tau. Gue Nadya, temanlu yang paling mengerti lu", Nadya berjalan seirama dengan Nada.
Nadya dan Nada merupakan dua orang yang tidak terpisahkan. Sejak SMP sampai SMA mereka selalu bersama. Orang-orang yang mengetahui kisahnya sering menyebut mereka 2N. Mirip-mirip SNSD katanya... Wajah yang manis, rambut hitam legam yang indah, serta mata yang indah membuat orang lain berpikir demikian.
"Terserah elu dah", Nada mempercepat jalannya.
Jarak dari kelas mereka menuju ruang musik sangatlah dekat. Mungkin sekitar 30 meter.
Sesampainya di depan pintu ruang musik, mereka melepaskan alas kaki dan menyimpannya di tempat penyimpanan alas. Mereka membuka pintu dan masuk ke ruangan.
SMA National memiliki ruang musik yang sangat lengkap dibanding SMA yang lain. Dalam ruang musik terdapat piano yang berada di tengah-tengah ruangan, gitar (mulai dari gitar listrik sampai instrumental), serta alat musik lainnya. Ruangan ini juga penuh sekali dengan berbagai buku-buku musik.
"Nadya, ambilin buku Chopin etudo no.3 op 10 di sana. Gua ingin main piano", Nada langsung duduk di tempat duduk yang berada di depan piano.
"Selalu buku itu. Nggak bosen apa", Nadya dengan mudahnya bergerak dan menemukan tempat buku itu berada. "Sampe apal gua tempatnya dimana".
"Yang main siapa, yang komentar siapa", Nada sambil menekan-nekan tuts piano untuk menguji suara. "Mana bukunya?", Nada menjulurkan tangannya. "Cepetan, bentar lagi masuk", Nada melambaikan tangannya.
"Iya-iya bentar napa", Nadya memberikan buku itu dan meletakkannya di atas tangan Nada.
"Gitu dong", Nada tertawa kecil dan membuka buku itu. Diletakkannya buku itu di atas piano dan mulai bersiap.
"Cepet main", Nadya membalas kesal.
"Iya-iya", Nada mengatur kursi senyaman mungkin. "Baiklah".
Nada mulai memainkan piano..
----------------------
Di luar sebelum bel istirahat berakhir, Radit dan Ika sedang berjalan menuju ruang musik seperti yang direncanakan oleh Ika.
"Balikin buku instrumen gue dong", sepanjang jalan Ika selalu memohon pada Radit.
"Nggak. Ntar lu nggak merhatiin gue kalau ngomong", Radit langsung memegang erat buku itu.
Ika mendengus kesal dan memalingkan muka.
"Kesel?", Radit dengan nada santainya. "Nanti lu ngerti kok kenapa gua gini", Radit menasehati Ika.
"Ah, so soan lu. So soan nasehatin dan beri pelajaran", Ika tidak memperdulikannya dan tetap memalingkan muka.
Radit langsung menghembuskan napas berat. Lalu berbicara, "Serah dah".
--------------------------
Sesampainya mereka di ruang musik, terdengar suara piano yang indah dari dalam.
"Chopin etude no.3 op 10?", batin Ika berbicara. "Tidak mungkin ada orang yang bisa main musik itu selain diriku", batin Ika tidak memercayainya. Secara, ekstrakulikuler musik di SMA National sangat mengakui Ika dalam hal musik. Selain itu, tidak ada anggota lain yang bisa menguasai Chopin selain Ika.
Ika langsung melepaskan alas kakinya dan buru-buru masuk ke ruangan musik.
"Tunggu ka", Radit menarik baju Ika agar mengetuk pintu dahulu sebelum masuk. Tapi, itu terlambat. Pintu ruang musik sudah terbuka.
"Hah", Ika tercengang dan terdiam diri tidak berdaya.
Di dalam ruangan tersebut terdapat Nada dan Nadya yanng sedang asyik bermain piano. Permainan terhenti dan semua mata tertuju kepada Ika.
Ika menjadi salah tingkah dan hanya terdiam diri di pintu masuk. Tidak berani masuk, bahkan gerakpun seakan berat.
"Siapa?", Nada dengan tatapan tajam berbicara pada Ika.
Ika hanya terdiam dan hanya bisa menatap tatapan mata indah Nada.
YOU ARE READING
Feel Special
Teen FictionFeel Special - 29 April 2017 "Serasa istimewa memang itulah yang aku rasakan", seorang laki-laki mengenakan kemeja panjang berwarna biru sedang melihat seorang wanita yang diimpikannya. "Mungkin?", wanita itu berbicara sambil memalingkan mukanya...