Ry menyelipkan anak rambutnya kebelakang daun telinga, untuk kesekian kali. Satu kebiasaan sejak kecil yang tak pernah hilang ketika dia sedang panik atau cemas. Sepasang matanya menatap jam di pergelangan tangannya.
06.53
Sialan! Gue bisa telat nih. Gerbang kan ditutup jam tujuh. Batin Ry.
"Bang, bisa cepetan dikit, nggak? Jangan ngetem mulu" ujar gadis keturunan arab itu pada supir angkutan umum.
Supir itu mendengus kesal. Sudah lima kali penumpang yang satu ini mengeluh seperti itu.
"Neng, saya juga kan butuh penumpang. Jangan egois dong!" Ucap sang supir ketus "Enak aja, saya nggak egois, bang! Saya cuma buru-buru aja. Abang tau nggak? Ini tuh hari pertama saya masuk SMA! Wajar dong kalau saya takut terlambat"
Supir angkutan umum itu memilih menjalankan kendaraannya, daripada harus menambah masalah dengan penumpang ABG-nya itu.
"Bang, ngebut dikit, dong" lagi-lagi Ry memprotes "Ini udah kencang!"
Ry menghela napasnya kasar. Apanya yang kencang? Jelas-jelas angkutan umum itu bergerak sangat lamban. Hanya enam puluh kilometer per jam, terlalu pelan untuk ukuran seorang Ry yang terbiasa diajak ngebut oleh papanya.
Arghh, ni supir nggak ada pengertian-pengertiannya sama sekali. Dasar supir bangke. Ry mengumpat dalam hatinya.
Namun beberapa saat kemudian, ia mengingat pesan neneknya dulu,
Jangan suka mengumpat orang lain, dosa lho...
"Astagfirullah!"
Sang supir mengerutkan keningnya, mendengar penumpang menyebalkan itu tiba-tiba beristigfar.
Apa mungkin dia udah tobat? Batin supir itu, sambil menahan tawanya.
Ry melirik supir itu dari ujung matanya. Terlihat supir itu sedang menahan tawanya sambil sesekali melirik kearah Ry.
Lama kelamaan Ry kesal juga dengan kelakuan supir angkutan umum menyebalkan itu.
"Saya turun disini aja!" Ucap Ry tiba-tiba.
Entah ada angin dari mana, Ry memutuskan turun dari angkutan umum itu, padahal jarak sekolah barunya masih lumayan jauh.
"Nih, bang" Ry menyerahkan pecahan uang lima ribu rupiah.
Sang supir menerima uang itu dengan senang hati. Tepatnya, senang karena Ry turun dari kendaraannya.
"Ehh, kembaliannya, bang!" Ry menahan laju angkutan umum itu dengan teriakannya "Udah bawel, pelit lagi! Mimpi apa saya dapat penumpang kayak kamu"
Ry menerima uang kembaliannya dengan wajah ditekuk. Ia mengumpat berulang kali dalam hatinya, tak peduli apa kata neneknya dulu. Bersumpah tak akan menaiki angkutan umum sialan itu lagi.
"Eh, gw hampir telat!" Kekesalan gadis berambut ikal itu teralihkan oleh waktu,
06.58
Lagi-lagi ia menyelipkan ujung rambutnya kebelakang daun telinga.
Dengan langkah seribu, Ry bergegas menuju gedung sekolah barunya. Tak peduli bila rambutnya yang sudah ditata rapi, berantakan tertiup angin.
Langkah kaki Ry terhenti, menyadari bahwa tali sepatunya terlepas.
Gadis bertubuh jangkung itu, berjongkok untuk membetulkan tali sepatunya.
"Ughh, mama, sih. Kenapa coba gue dibeliin sepatu tali, kan jadi ri--- aduh!!"
Brakk
Tiba-tiba saja ada motor ninja yang lewat tepat di sampingnya. Membuat ia kaget setengah mati. Alhasil, gadis berusia lima belas tahun itu pun terjatuh.
KAMU SEDANG MEMBACA
This Feeling [ PUTRI J ]
Teen Fiction"Cinta itu nggak bisa di tebak, Ra. Siapa sangka gue bakalan suka sama cowok berengsek kayak lo? nggak ada!" - Ryana Shannea Kenza "Gue nggak nyuekin dia. Dia aja yang lebay" - Raha Deandra Putra Ry dan Raha itu berbeda. Sangat berbeda. Ry yang perf...