Chiko Triyanda Haling si pria jenius yang tampan itu sebutannya dulu sewaktu masa sekolah, lalu beralih menjadi dosen ganteng saat ini.
Chiko merupakan anak ketiga dari pasangan Rio dan Ify, anak yang paling paling dibanggakan. Gak typo kok, kata paling memang ditulis dua kali. Bukan yang lain tidak membanggakan, semuanya membanggakan tetapi yang satu ini memang lebih membanggakan.
Jika Azka akan mengambil sendiri penghargaannya, maka Chiko tidak. Ia akan memberitahu orangtuanya meskipun bicaranya sedikit. Oleh karena itu pasangan Ify-Rio sering bulak-balik sekolah untuk menerima undangan karena anaknya berprestasi.
Bukan seperti Ano yang orangtuanya dipanggil karena suka bolos atau seperti Elang yang orangtuanya dipanggil karena tiba-tiba anaknya disuruh cari sekolah lain.
Chiko dirumah sama saja dengan yang disekolah, sama-sama seorang yang pendiam dan juga kurang peka terhadap lingkungan. Maksimal teman-temannya adalah anak-anak olimpiade disekolah, ya setidaknya orang yang punya kepentingan dengannya saja yang Chiko kenal selama ini lainnya tidak. Chiko bukan anak introvert kok, buktinya Chiko masih bisa berada dikeramaian meskipun ia hanya diam saja. Chiko juga lebih suka belajar bersama daripada sendiri, lebih utama belajar pada sesama yang pintar karena tidak banyak tanya.
Favorit Chiko itu belajar bersama Azka dan menghabiskan waktu dengan ilmu pengetahuan atau sesuatu yang bermanfaat. Entah mengapa sejak kecil Chiko lebih suka bersama Azka daripada Bian yang jika diurutkan lebih dekat dengannya. Azka itu tak banyak bicara dan jika Chiko tak tahu maka akan diajarkan, sedangkan Bian itu cerewet. Chiko harus begini harus begitu jika sedang bermain dan Chiko tak suka.
Nyatanya karena terlalu menyukai apa yang Azka lakukan, pria ini selalu melakukan apa yang abangnya itu lakukan tetapi secara berlebihan. Misalkan masalah belajar, Azka itu anak yang sangat pintar tetapi begitu teratur mengatur waktu kapan waktu belajar dan waktunya istirahat dari pelajaran meskipun terkadang suka maniak jika penasaran. Tetapi Chiko maniaknya setiap saat, Chiko ini gila membaca oleh karena itu ia harus memakai kacamata jika ingin membaca.
Dulu saat ia harus menentukan ia akan jadi apa, Chiko sempat dilanda kebingungan. Apalagi saat itu ia masuk universitas lebih dulu dari abangnya jadi Chiko belum punya gambaran. Awalnya ia sempat ingin menjadi seorang pengusaha seperti Daddy dan juga keinginan Azka, tapi setelah dipikir itu tidak cocok untuknya.
Jika Chiko menjadi pengusaha ia akan sibuk dengan karirnya hingga hanya sedikit waktu untuk menyalurkan hobinya yaitu membaca buku. Ia akan sibuk dengan dokumen dokumen, uang uang perusahaan, dan embel-embelnya. Tidak ada ketenangan dalam membaca seperti kesukaannya.
Profesi dokter yang Bian elu-elukan pun tak cocok dengannya, Chiko tidak terlalu suka pelajaran dimana harus memahami gambar juga fungsinya. Chiko tidak terlalu pandai berkhayal untuk membayangkan bagaimana bentuk sel sesungguhnya berdasarkan gambar sel yang ada dibuku, lagipula Chiko juga tidak tertarik meneliti sesuatu yang bergerak dibawah mikroskop.
Pekerjaan yang dicintai adalah pekerjaan yang dapat menyalurkan hobi, setelah berpikir matang dan persetujuan orangtuanya akhirnya Chiko memilih menjadi seorang pengajar, ia akan terus bertambah ilmu, berbagi ilmu, mencoret pekerjaan orang dan kesukaannya adalah membaca buku mata pelajaran tak akan tertinggal.
Diumurnya yang terlalu muda disaat anak seumurnya masuk dunia putih-biru, Chiko malah masuk kesebuah universitas. Jangan kira Chiko tertekan, malah sebaliknya ia semakin semangat belajar karena tak mau tertinggal. Oleh karena itu diusia 24 tahun ia berhasil menjadi seorang Dosen dan berhasil mendapatkan gelar Profesor.
Chiko juga sempat kuliah diluar negeri, tetapi rasanya ia lebih cocok ditanah sendiri karenanya selesai disana ia langsung kembali ke tanah air. Chiko suka sekali angka dan sejarah. Jika ditulis nama Chiko akan sangat panjang karena gelar. Selain kesukaannya diatas, Chiko suka sekolah. Oleh karena itu ia suka mengulang kuliah dan mengambil jurusan lain yang ia sukai.
Masalah warna, hitam dan putih adalah favorit Chiko. Hanya dua warna itu tak ada yang lain, warna abu-abu mungkin bisa dipertimbangkan. Abangnya Azka mungkin masih bisa memakai pakaian berwarna biru tua atau merah maroon, tapi Chiko tidak. Semua benda yang Chiko punya warna nya ada yang hitam atau putih, cat dinding kamar dan semua perabotannya pun dua warna itu juga.
Wajar saja jika Ano bilang hidupnya suram. Hahh lupakan.
Sudah sejak satu minggu yang lalu, Azka angkat kaki dari rumah ini. Maksudnya pindah. Kerumah yang baru bersama istrinya yang sudah pria itu nikahi satu minggu yang lalu. Tapi kerusuhan pagi tak akan hilang hanya karena satu orang pendiam mangkat dari rumah.
Yang ada semakin menjadi dan Chiko adalah satu-satunya orang yang terlalu pendiam dirumah ini. "Mom jadikan minggu ini kita adakan pesta dirumah? Sama pengantin baru juga."
"Mommy cuma bilang itu hanya acara makan malam keluarga biasa untuk merayakan pernikahan abangmu."
Devano berteriak semangat bersamaan dengan Elang yang kemudian bertosria. "Yaudah sama aja Mom."
"Bener tuh, mommy jangan lupa buat makanan yang banyak. Cemilannya juga dilebihin, Elang sama bang Ano request minuman yang segar ya biar tenggorokan gak seret."
Ify mengerutkan keningnya saat mendengar penuturan dari Elang, "Memang kalian mau ngapain sampe tenggorokannya kering?"
"Mommy gimana sih, Ano dan Elang mau karokean dong. Waktu kemarin resepsikan banyak tamu jadi Ano dan El harus jaga image kalo mau nyanyi-nyanyi sambil joget-jogetan."
"Bener tuh, jadi buatin ya mom minumannya. El dan bang Ano udah siapkan semuanya kok, list lagu juga udah ready."
Tampak Bian dan Rara menahan tawa didepan Chiko karena ucapan dua manusia aneh dirumah ini. Daddy nya malah tampak santai saja sambil tersenyum, lalu mommy nya yang mengiyakan dengan nada geli.
"Memangnya kalian mau nyanyi lagu apa aja? Kayaknya list kalian ini panjang." Ujar Ify menggoda dua putranya yang hiperaktif.
"Ada deh, Mommy nanti juga tau."
"Halah palingan juga dangdut koplo. Lo berdua kan tampang-tampangnya macam biduan gitu."
"Heh pria iri hati, jangan sembarang ngomong lo ya. Muka ganteng begini dibilang tampang biduan."
"Tau jahat banget sih bang Bi, jan gitu elah. Muka ganteng macam dedek gemesh gini dibilang tampang biduan. Jahat kau."
Setelah melirik sebentar Chiko kembali melanjutkan makannya. Sedangkan Bian, Ano dan El terus beradu argumen diiringi tawa puas Rara dan Daddy juga peleraian dari Mommy mereka.
"Hari ini yang anter Rara bang Iko." Chiko tanpa banyak bicara mengecup pipi Mommy nya dan menyalimi Daddy nya untuk pamit.
Selama perjalanan hanya iringan musik klasik yang terdengar. Rara juga sudah sibuk memperhatikan jalan seperti biasanya. "Oh iya bang, mau gak Rara kenalkan dengan teman Rara?"
"Tidak."
Rara menghela nafas, ia sudah duga jawaban ini sebelumnya. Tapi ia tak akan menyerah. "Banyak kok yang cantik. Siapa tahu abang suka terus jodoh, kayak bang Az dan Dinda gitu."
"Tetap tidak."
Singkat padat dan jelas, fix Rara mulai ragu dengan abangnya yang satu ini.
Vote and Comment guys!!!
Triyanda Haling💟
KAMU SEDANG MEMBACA
Miss Wanton
Short Story[COMPLETE] (MOVE TO DREAME *tergabung di Protective Brothers) Sekuel V Love At First Sight: Favorit Chiko itu belajar bersama Azka dan menghabiskan waktu dengan ilmu pengetahuan atau sesuatu yang bermanfaat. Chiko suka sekali angka dan sejarah. Chik...