001

18 7 0
                                    

"Ck, ngasih amanat lama banget sih. Gak tau apa kalo kita capek," Gerutu seorang laki-laki sambil mengipas-ngipas wajahnya dengan topi upacara miliknya.

"Lagian tumben lo mau ikut upacara do, kadang juga kabur ke kantin kalo nggak ke Rooftop," Ucap teman di depannya.

"Iya makanya gue kaget. Kok seorang Reinaldo King Fernandez mau-maunya panas-panasan disini?"

"Bawel lo semua,"

"Ya tapi do, mana ada sih bad boy yang mau panas-panasan disini?" Tanya seorang laki-laki di belakangnya.

Aldo pun menatap ke belakang. "Ada. Contohnya gue,"

"Paling juga bentar lagi lo kabur."

Aldo pun tersenyum manis kearah Ricky -temannya-. "Tau aja lo. Makin sayang deh,"

Ricky pun memutar bola matanya malas sambil bergeridik ngeri. "Gue masih normal do."

"Ck, bercanda elah. Udah ah gue mau ke UKS. Mau tidur ganteng disono,"

Lalu Aldo pergi meninggalkan teman-temanya, saat ia ingin pergi meninggalkan lapangan ada seseorang yang memanggilnya.

Ia pun menoleh keasal suara lalu tersenyum semanis mungkin. Sedangkan perempuan itu menatapnya tajam.

"Belum waktunya bubar, masuk ke barisan lagi." Ketus sang perempuan

"Queen, gue pusing belom makan. Nanti kalo gue pingsan gimana?"

Perempuan yang dipanggil Queen pun memutar bola matanya malas. "Pertama, gue gak percaya karena lo selalu ngasih alesan itu kalo mau kabur. Kedua, nama gue Ara bukan Queen."

"Tapi kan nama lo Aurora Queen Gladstone. Ada Queen-nya gak apa-apa dong kalo gue manggil nama lo Queen," Ucap Aldo. "Lagian nama kita cocok loh. Gue King lo Queen,"

Ara yang mendengar itu pun memutar bola matanya malas lalu menunjuk kearah lapangan dengan ketus.

"Balik ke barisan. Cepet."

"Orang dibilang gue pusing, nanti kalo ping-"

"Gak percaya." Potong Ara dengan cepat.

Aldo pun menghela nafas lelah lalu berjalan gontai kearah barisan. Tetapi ide jahatnya muncul.

BRUK

"ALDO!!"

Ara yang baru saja membalikkan badannya untuk pergi pun menoleh keasal suara. Terdapat Aldo yang tergeletak tak sadarkan diri, di kelilingi oleh siswa-siswa yang ingin membawanya ke UKS.

"Udah gue aja. Kalian baris lagi." Ketus Ara. Semua siswa yang mengelilingi Aldo pun kembali ke barisan masing-masing

Ara pun membopong tubuh Aldo menjauh dari lapangan. Sesaat ia melihat ke kanan dan kiri.

BUGH

"ADAW!"

"Gak usah sok sakit! Mau seapik apapun lo akting gue bakal tau itu."

Aldo masih meringis kesakitan karena lututnya yang ditendang sangat kencang oleh Ara.

"Lo makan apaan sih? Kok tenaganya kuat banget,"

Ara memutar bola matanya sebal. "Gak usah lebay. Itu gak kenceng."

"Gak kenceng lo bilang? Astaga! Ini lutut gue gak bisa dibawa jalan,"

Ara lagi-lagi memutar bola matanya sebal. Tanpa memperdulikan Aldo yang sedang mencoba berdiri ia langsung membalikkan badan untuk kembali ke lapangan.

Tetapi kegiatannya terhenti karena Aldo memanggilnya. "Apa lagi?"

"Hehehe bantuin gue dong! Gue bener-bener gak bisa bangun ini!"

"Ck, manja banget sih." Gerutu Ara lalu menghampiri Aldo.

Ia pun memberikan tangannya ke Aldo dan disambut dengan senang hati oleh Aldo.

Tanpa babibu lagi, Ara kembali meninggalkan Aldo.

"MAKASIH YO RA!"

-

"LAGI?!" Gerutu Ara saat menatap sapu yang berada di genggamannya.

Sekarang jam olahraga, tetapi karena besok ada pertandingan basket, kelasnya mendapatkan tugas untuk membersihkan lapangan yang sangat besar itu.

"Pak, kita itu mau olahraga bukan mau jadi OB," Gerutu Ara sambil memainkan sapunya tanpa minat.

"Tidak ada bantahan! Cepat bersihkan lapangan ini!"

Mereka pun berpencar untuk membersihkan lapangan itu.

Semua sangat terlihat bersemangat. Hanya Ara saja yang menyapu dengan ogah-ogahan.

"Kita itu disuruh belajar apa kerja sih. Kerjaan siapa yang disuruh siapa!" Gerutu perempuan yang berada disebelah Ara.

Saat ia merasa tak ada sahutan dari Ara ia pun menatap Ara. "Kenape lo?"

Ara mendengus sebal lalu menendang sapu yang ada di genggamannya. "Gak tau aja Za. Gue lagi badmood malah disuruh kayak gini. Jadi makin badmood gue,"

Khanza -perempuan tadi- hanya menganggukkan kepalanya. Ia tahu teman yang merangkap menjadi sahabatnya ini memang orang yang moody-an.

"Eh lo lagi badmood kan? Ayo kabur aja. Gue beliin es krim sama coklat. Mau gak?" Tawar Khanza sambil merangkul Ara.

Ara yang mendengarnya pun langsung tersenyum bahagia. "Lo emang sahabat gue yang pengertian Za!"

Khanza yang mendengar pun tertawa lalu mengendap-endap untuk pergi dari lapangan tersebut.

-

"KYAAAA Makasih yaa Za! Gila ini es krim yang gue cari-cari! Sisa satu! Akhirnya gue bisa makan! Ini es krim yang langka lo tau gak sih?" Cerocos Ara sambil menunjukkan es krimnya ke Khanza.

Khanza terkekeh kecil lalu merangkul sahabatnya. "Asalkan sahabat gue gak badmood lagi intinya gue ikut seneng,"

Ara pun tersenyum kecil lalu mencubit lengan Khanza pelan. "Sok friendship goals lo!"

Ara dan Khanza pun tertawa. Tetapi tawa mereka lenyap saat es krim yang dipegang oleh Ara terjatuh mengenaskan ke tanah.

"Eh? Sorry gue gak sengaja sumpah!"

Ara mendelik keasal suara. Amarahnya memuncak saat melihat orang yang melakukan hal itu adalah musuhnya sendiri yang tak lain dan tak bukan adalah Aldo.

"Lo tau, itu es krim langka. Dan lo seenaknya ngejatohin itu!"

Aldo meringis pelan sambil menggaruk tengkuknya yang tak gatal. "Sorry Ra, Serius itu gak sengaja. Gue ganti dua kali lipat ya?"

Ara mendengus sebal lalu pergi meninggalkan Aldo yang masih meneriaki namanya.

Aldo yang menyadari keberadaan Khanza disebelahnya pun tersenyum selebar mungkin kearah Khanza. "Bilangin Ara dong, Aldo minta maaf sebesar-besarnya. Sebesar Samudra Pasifik okee?"

Khanza pun tersenyum simpul lalu menganggukkan kepalanya.

"Yaudah gue ngejar Ara dulu ya," Pamit Khanza lalu berlari mengejar sahabatnya.

Aldo meringis pelan lalu mengambil es krim yang sudah tak terbentuk tersebut.

TBC~

Hohoho. Maap ya kalo ada typo, kesalahan kata, dan sebagainya.

Udah itu ajon.

😂😂😂😂

Oh iya, semangat puasanya bagi yang menjalankan!💖

CHLEVASANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang