002

20 7 0
                                    

Pertama, gue tau ini gak jelas
Kedua, gue gak tau kalian suka apa nggak
Ketiga, gue tau kok nama-nama pemainnya udah terlalu biasa😂
Keempat, udah deh kebanyakan basa-basinya


"ARAAA!" Teriakan Khanza yang sangat menggelegar membuat Ara menatap kearahnya dengan tatapan tajam.

"Gak usah teriak juga Za,"

Khanza terkekeh geli lalu menggaruk tengkuknya yang tak gatal. "Lagian lo gue panggil-panggil gak berhenti. Yaudah gue teriak aja,"

"Tapi berisik onyon."

"Iya iya, jangan ngambek lagi dong. Noh si Aldo minta maaf sebesar-besarnya ke lo. Katanya sih sebesar Samudra Pasifik,"

Ara memutar bola matanya malas lalu berjalan meninggalkan Khanza. "Gak peduli."

Khanza mendengus sebal. "Tungguin ih Ra!"

"Moody-an banget sih sahabat gue," Ledek Khanza lalu mencubit pipi Ara.

Ara memutar bola matanya malas. "Sakit Za,"

Khanza terkekeh lalu merangkul sahabat kesayangannya itu. "Apa nih yang harus gue lakuin biar sahabat gue gak badmood lagi?"

"Gak deh gak usah. Gue ngerepotin banget kayaknya."

Ucapan Ara terpotong dengan cepat oleh Khanza. "Gak kok. Lo gak ngerepotin gue. Ini gunanya sahabat selalu ada saat suka maupun duka. Bukan pas sukanya doang. Giliran pas sahabatnya duka pergi gitu aja,"

Ara tersenyum lalu memeluk Khanza. "Seneng banget gue dapet sahabat yang gak fake kayak lo. Sekarang kan lagi marak-maraknya tentang temen fake kayak gitu,"

"Kita bareng dari dalem kandungan. Mana mungkin gue fake sama lo,"

Ara tersenyum lalu menutup matanya dan mengadahkan tangannya keatas layaknya orang sedang berdoa. "Terima kasih sudah memberikanku sahabat seperti Khanza. Aku menyayanginya seperti dia menyayangiku,"

Khanza tertawa lalu melakukan hal yang sama seperti yang Ara lakukan. "Aku juga berterima kasih karena dipertemukan dengan Ara,"

Ara terkekeh lalu melanjutkan perkataannya. "Semoga persahabatan kami berjalan dengan baik. Tak ada permusuhan dan tak ada perpisahan. Walaupun aku tahu jika ada pertemuan pasti ada perpisahan,"

Khanza dan Ara pun tertawa bersama. "Apaan sih melankolis banget,"

-

"Bareng gak nih?" Tanya Khanza sambil memasukkan seluruh alat tulis dan bukunya ke tas miliknya.

Ara menunjukkan muka sok berfikirnya lalu tertawa. "Barenglah. Ngapain segala lo nanya? Rumah kita sebelahan cuk,"

Khanza terkekeh lalu berjalan beriringan meninggalkan kelasnya bersama Ara. "Kirain ada urusan dulu. 'Kan lo anak sibux pake x."

Ara terkekeh kecil lalu merangkul Khanza yang sedang menyindirnya. "Sorry deh sering bikin lo pulang sendiri karena ada urusan mendadak,"

"Gak mau maafin." Ambek Khanza. "Kecuali lo beliin gue Pizza yang gedee bangett,"

"Sahabat matre," Canda Ara. "Oke deh, nanti bakal ada paketan Pizza yang dateng kerumah lo,"

Khanza tersenyum sangat bahagia lalu memeluk Ara. "MAKIN CINTA SAMA ARA!"

"Udah ayo ah pulang." Ucap Ara. "Gue ada meeting di pulau kapuk nih,"

"Halah mau tidur aja bilangnya meeting,"

Ara tertawa lalu merangkul Khanza. "Tau aje lo,"

"QUEEN!" Sebelum Ara menoleh keasal suara ia pun tahu ini ulah siapa. "Sorry ya masalah tadi gue gak sengaja sumpah. Ini gue beliin bu-"

"Gak butuh Do." Potong Ara ketus lalu masuk kedalam mobil miliknya diikuti oleh Khanza

Aldo yang masih dalam pendiriannya untuk memberikan es krim tersebut ke Ara pun berdiri didepan mobil Ara. "Terima ini aja ya pliss. Gue udah capek-capek beliin lo ini. Terima yaa?"

Ara yang tak peduli sama sekali dengan ucapan Aldo pun hanya mengklakson dengan kencang agar Aldo pergi dari hadapannya.

"Gue gak akan pergi," Ucap Aldo. "Sebelum lo terima es krim ini,"

Ara mendengus sebal lalu memundurkan mobilnya. "Gue bisa lewat bela-"

BRAK

Ara memberhentikan mobilnya lalu menatap ke belakang. "Mampus gue nabrak orang,"

"Haduh gimana nih Ra?" Tanya Khanza. "Cepetan cek dulu sana,"

Ara dan Khanza pun keluar dari mobil dan berlari ke belakang mobil. "Lo gak ap--ALDO?!"

"Bu-bukannya lo tadi didepan mobil Ara?" Tanya Khanza. "Kok lo bisa dibelakang mobil sampe ketabrak?"

Aldo meringis pelan memegang sikutnya yang berdarah. "Tadi ada kucing yang mau Queen tabrak. Makanya gue langsung lari kebelakang dan nyelamatin kucingnya,"

"Sikut lo luka?" Tanya Ara sambil melihat luka di sikut Aldo. "Mau gue obatin?"

"Kalo gitu gue sakit setiap hari aja. Biar lo khawatirin,"

Ara mendengus geli lalu menghempaskan tangan Aldo dengan kencang. "Udah mending gue mau obatin."

"Iya iya gue bercanda doang," Ringis Aldo. "Obatin. Tanggung jawab. Ini 'kan salah lo,"

"Yaudah siniin tangan lo," Pinta Ara. Ia pun menutup luka di sikut Aldo dengan sapu tangan yang ia punya.

"Udah selesai," Ucap Ara. "Gak usah minta tanggung jawab lagi. Udah gue obatin."

Saat Ara ingin masuk kedalam mobilnya lagi dan lagi Aldo memanggilnya, mau tak mau Ara berhenti melakukan kegiatannya lalu menatap kearah Aldo, "Apa lagi Do?"

"Ini." Aldo memberikan sebuah kantong plastik sedang ke Ara. "Jangan nolak atau gue bakal nekat ngelakuin itu lagi."

"Oke kalo lo maksa. Makasih." Ucap Ara lalu masuk kedalam mobilnya bersama Khanza.

-

Ara menatap curiga ke kantong plastik yang diberikan oleh Aldo, ia belum berani membukanya dari tadi sore sampai malam hari. Ia takut jika isinya adalah kecoak ataupun barang-barang yang ia takuti. Ara menghela nafas lelah. Saat ia ingin membuka kantong plastik itu tiba-tiba saja ada pesan yang menyangkut di ponselnya.

King Aldo : Hoy hoy
King Aldo : suka gak sama yang gue kasih?

Ara semakin penasaran dengan apa yang Aldo berikan untuk dirinya. Ia pun dengan tak sabar membuka isi kantong plastik tersebut. Ia tersenyum manis saat melihat es krim yang sama persis dengan es krimnya yang jatuh tadi pagi karena insiden tak sengaja itu.

Sambil ia berjalan menuju dapur untuk menaruh es krim tersebut agar kembali beku, ia pun membalas pesan Aldo.

Ara Gladstone : Ya.
Ara Gladstone : Lo gak perlu beliin kayak gini buat gue.
King Aldo : Kenapa?
King Aldo : gue tuh ngasih itu ke lo biar lo gak marah lagi sama gue
King Aldo : bagus deh kalo lo suka
King Aldo : berarti perjuangan gue gak sia-sia keliling semua minimarket sama supermarket disini cuma buat nyari es krim itu
Ara Gladstone : Sorry udah ngerepotin lo.
King Aldo : Gak apa-apa. Asal lo bahagia aja :)

Ara meringis pelan saat melihat pesan terakhir yang dikirim oleh Aldo. "Nih anak kehabisan obat kayaknya,"

TBC~

Oke sip, gak jelas emang.
Sorry kalo ada typo, abis itu maap kalo ceritanya aneh, maklum baru nyoba-nyoba

Semoga sukakk💙

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 15, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

CHLEVASANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang