BAB 1

137 19 7
                                    

Untuk apa kembali bila hanya sebentar
Untuk apa bila hanya bertengkar
Jika cintaku bukan bahagiamu
Cukup untukku mencintamu dari jauh.
(Cassandra - Cinta Dari Jauh)

⚫⚫⚫

TALIA Atanaya. Ya, kalian baru saja tahu nama gue. Sekarang gue duduk di bangku kelas X IIS 1. Disini gue bakal ceritain cinta pertama gue yang gak berjalan lancar seperti novel-novel romance yang sering gue baca. Mungkin disini cuma gue yang merasa dia adalah cinta pertama, sedangkan dia? Sudah pasti enggak. Gue kenal 'dia' sudah sejak kelas empat SD cukup lama bukan? Nama dia adalah Deka Natama, tiga tahun satu kelas saat SD gak ada pengaruhnya buat kami, semuanya berjalan biasa saja, bahkan selama tiga tahun itu bisa dihitung pakai jari berapa kali kami mengobrol. Selama gue amatin kalo enggak sama teman-temannya Deka akan terlihat cuek pada segalanya, dia akan duduk di pojokan dengan rubik yang sering dia bawa. Berbeda sekali jika berkumpul dengan teman-temannya, Deka akan berubah menjadi pelawak dadakan. Dulu gue pikir Deka punya kepribadian ganda.

Saat SMP kami pun masuk disekolah yang sama meskipun berada di kelas yang berbeda. Entah dapat pencerahan dari mana saat gue duduk sendirian di bangku panjang depan kelas, Deka datang dan duduk di samping gue. Ini mungkin bakal gue umumin ke satu sekolah buat ngadain syukuran. Itu kali pertama dia ngajak gue ngobrol duluan. "Sakit? Tumben diem aja."

Rasanya jantung gue mendadak ingin meledak. Empat kata dan delapan belas huruf serta dua tanda baca, itu pencapaian yang fantastis bagi gue. Rasanya gue langsung sehat gitu aja, rasa sakit perut yang gue alami sejak tadi entah hilang kemana gak bilang-bilang. Bakat ngoceh gue pun mendadak gak berfungsi dengan baik.

"Pulang aja gih. Tuh lo keringatan gini padahal harinya mendung gak panas." Katanya lagi, tangan kanannya menyodorkan air mineral botol ke gue.

Gue refleks langsung menyapu keringat di kening gue. "Alhamdulillah sekarang gue udah sehat wal'afiat. Tadi juga udah nitip sama Nakila buat minta beliin jajanan." Gue berusaha meyakinkan dia.

"Yaudah gue mau ke kelas." Ungkapnya kemudian berjalan cepat menuju kelasnya. Gue hanya menatap punggung dia dan entah kenapa urat-urat di daerah bibir gue bisa membuat sebuah lengkungan sangat lebar saat gue mendapati air mineral yang di letakkan Deka di tempatnya duduk tadi.

Ah, hormon gue mungkin udah berlebihan atau mungkin memang terlalu banyak nonton sinetron sampai saat masih kelas delapan SMP gue sudah bisa suka sama cowok. Gue pikir itu cuman cinta monyet yang pasti bakalan hilang, tapi sampai saat ini jantung gue gak bisa berjalan semestinya ketika Deka ada di dekat gue.

Yang pasti sejak saat itu gue tahu bahwa Deka bukan 'orang yang cuek' bahkan semenjak itu gue makin gencar deketin Deka, meskipun begitu gue pakai cara halus kok gue gak yang menampakkan gitu bahwa gue suka, bisa di bilang suka diam-diam. Maafkan perilaku gue yang satu ini. Waktu gue kelas delapan SMP semua kegiatan yang Deka ikutin gue juga ikutin. Bahkan dari SD gue paling anti yang namanya ikut pramuka tapi demi Deka, menyebrangi samudera pun bakal gue lakuin. Semua buku panduan pramuka gue pelajari agar bisa lolos dalam seleksi acara perkemahan yang akan di adain di sekolah lain. Karena gue tahu Deka pasti ikut karena dia memang paling gemar yang namanya pramuka, makanya gue berusaha keras buat lolos.

Dan ... usaha memang gak bakal mengkhianati hasil 'kan? GUE LOLOS! Gue langsung sujud syukur saat nama gue terpampang di urutan paling bawah pada kertas yang tertempel di mading. Dan, Deka berada pada urutan paling atas regu cowok.

Acara perkemahan berjalan lancar, sampai pagi ini merupakan hari terakhir, semua gugus depan membersihkan segala perlengkapan serta tenda. Sedangkan gue masih sibuk di pojokan nguap-nguap serta garuk-garuk, malam tadi gue gak bisa tidur dengan tenang karena gue yang tidur dekat pintu masuk kemah di datengin banyak semut, memang kurang asem itu semut, untung saja gak masuk ke telinga atau hal lainnya, bisa berabe. "Talia, ayo bantuin bersih-bersih." Interupsi ketua gugus gue, Makena. Dengan mata sayup-sayup gue langsung berdiri membantu melipat tenda. Huft, dia gak melihat apa gue sedang menderita gini. Deka tolong gue dong!

Setelah semua selesai kami semua pulang menggunakan mobil pick up, asik banget sepanjang jalan kami nyanyi-nyanyi apalagi satu mobil dengan Deka, mau panas kek, mau hujan kek, gak apa-apa dah. Tampaknya gue emang udah kecentilan tingkat akut.

Gue sedih karena harus sampai rumah, apalagi besok minggu. Peluang untuk bertemu Deka jadi tipis. Setelah membersihkan diri sehabis pulang kemah tadi, gue langsung saja tiduran dikasur untuk ngebetulin pinggang gue yang rasanya sedikit sakit seraya menscrol beranda Instagram dan ...

Wah ....

DEKA UPLOAD FOTO. Deka orangnya memang sangat jarang aktif sosial media, jadi gue sulit banget buat stalker dia. Di foto itu hanya gue yang cuma kelihatan kepalanya, karena ingin foto dekat Deka gue jadi memilih berdiri di belakang cowok itu. Tapi gue lupa bahwa tubuh gue jauh lebih pendek dari Deka dan urutan cowok lainnya, alhasil gue jadi menyedihkan banget di foto itu. Gak apa-apalah ya, yang penting dekat Deka. Percayalah gue cuman gini waktu Deka gak sadar aja kok, gue kalo depan Deka jadi jaim. Serius.

Saat SMP, hari kamis adalah hari yang paling gue suka karena apa? Karena akhir-akhir ini pelajaran ipa sering banget ngadain praktikum di lab. Karena lagi, pada jam pertama adalah kelas Deka dan setelahnya adalah kelas gue. Dan yang lebih bikin gue suka adalah gue bisa papasan barang cuma lima detik sama Deka. Sekarang gue sudah menyiapkan ancang-ancang ingin keluar dari dalam kelas setelah guru bahasa indonesia keluar. Setelah guru bahasa keluar, gue langsung lari sekencang-kencangnya meninggal Nakila--teman satu bangku gue--yang berteriak minta tungguin. Di depan sana Deka terlihat berjalan santai sesekali wajahnya di hinggapi beberapa tawa bersama kedua temannya. Nikmat tuhan mana lagi yang engkau dustakan? Sejurus kemudian gue langsung bersikap santai sampai berpapas dengan Deka cs.

"Tumben Talia cantik bener hari ini. Biasanya jam segini sudah urak-urakan." Itu bukan suara Deka yang menggoda gue tapi suara Bilal. Gue mendengus mendengarnya. "Merhatiin banget sama gue. Tuh perhatiin rambut lo kalo bisa tambahin lagi pomadenya, biar tambah klimis." Gue langsung berlalu meninggalkan Deka cs. Gue kok jadi sensi gini ya? Huft, Deka tidak ada niat ingin membela--tidak usah sampai seperti itu--menyapa saja barang kali? Menatap ke arah gue aja dia gak ada punya niatan. Deka-Deka untung gue suka.

Dan, sekarang gue sudah kelas X SMA. Gue juga masuk kesekolah ini punya maksud dan tujuan. Yaitu, ingin satu sekolah dengan Deka lagi. Berat bor, setelah berpusing ria dengan ujian, gue harus lebih pusing lagi demi masuk dalam seleksi di sekolah ini. Deka, kenapa sih lo milih sekolah yang menyusahkan begini? Selama itu gue sudah memantapkan hati untuk gak ikut liburan bareng keluarga gue. Dengan alasan pengen belajar. Dan, Dewi Fortuna kayaknya ngedukung banget gue dekat sama Deka, jadinya gue diterima deh. Meskipun gue masuk di kelas IIS dan Deka MIA, gak apa-apa yang penting satu sekolah sama Deka.

Delia ; Ada Kalanya Perjuangan Tak Ada HasilnyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang