Bullet One : The Bitter pill

96 7 2
                                    


Angin dingin musim gugur meniupkan daun-daun kering di jalan. Pagi yang begitu senyap untuk akhir pekan. Beberapa jiwa masih bergentanyangan terpisah dari raganya yang terdiam dalam pelukan hangat ranjang. Namun tidak dengan raga yang satu ini. 

Raga dari seorang Min Yoongi.

Tubuhnya bersandar malas pada kursi kerja. Laptop didepannya masih menyala menampakkan pekerjaan musiknya yang belum selesai. Sejak dua hari yang lalu ia masih saja berkutat dengan pekerjaan membuat lagu yang entah kenapa tak bisa selesai juga. Otak jeniusnya mendadak tumpul kali ini. Tidak ada lirik pun barisan not tangga nada tersusun meski sudah mengahabiskan malam dan puluhan cangkir kopi.

Ia kemarin sudah mencoba mencari inspirasi ke tempat ia biasa yaitu di taman dekat studio. Namun tak ada hasilnya juga. Yoongi hampir saja mengambil jalan pintas menghisap senyawa adiktif agar otak buntunya mendapatkan inspirasinya kembali. 

Namjoon yang menangkap gelagat 'buntu ide' Yoongi pun sudah berkali-kali menyarankan pria itu untuk mengambil waktu istirahat. Bukan tidak mungkin bahwa sebenarnya otak jenius Yoongi sedang protes karena bekerja tanpa henti selama ini. 

             "Kau butuh liburan!", Namjoon membuka pintu ruang kerjanya tanpa permisi pada Yoongi. 

Pria tinggi itu sejak kemarin meminta Yoongi beristirahat atau mengambil cuti sekalian. Pasalnya ia tahu Yoongi bahkan tidak liburan atau mengambil jatah cuti yang disediakannya sejak 2 tahun terakhir ini.

              "Manusia butuh istirahat hyung, Kurasa kali ini tidak ada salahnya kau pulang ke rumah dan mungkin mendapat inspirasi," kata Namjoon sambil sibuk memperhatikan isi meja Yoongi.

               "Bukan tidak mungkin saat pulang lagumu itu bisa cepat selesai" kata Namjoon panjang lebar. 

Namun yang bersangkutan hanya diam saja tanpa respon. Kalau sudah begini Namjoon suka bingung sendiri dengan kelakuan Yoongi. Pria itu tak seharusnya gila dengan pekerjaan sebegitunya. 

Jika masalah uang yang jadi alasan, Namjoon pikir Yoongi sudah sangat mampu saat ini. Ada puluhan royalti lagu yang tiap bulannya akan masuk ke akun bank. Lalu apa lagi yang ia cari dari berkutat dengan ruang sempit alias studio kerjanya 365 hari?

            "Jika memang kau ingin liburan lakukanlah hyung. Jungkook akan kuberi tau juga bahwa lagunya akan ku urus mulai sekarang"

            "Aku bisa menyelesaikannya"

            "Tidak jika kau terus bekerja tanpa istirahat seperti ini. Pulanglah dan main dengan Holly" potong Namjoon.

            "Ini hal yang .."

            "Jika kau mau tetap mengerjakan lagu untuk comeback Jungkook, pergilah berlibur. Ku beri 2 minggu. Pulang ke Daegu! Istirahat!" Namjoon lalu pergi meninggalkan Yoongi yang tertunduk lesu sambil mengusak kasar rambutnya.

Gara-gara tadi Namjoon menyebut Holly, Yoongi jadi teringat akan 'teman'nya yang satu itu. Sudah lama sekali ia tidak bertemu dengan makhluk kecil berbulu coklat itu. Terakhir kali melihatnya melalui video call 2 bulan yang lalu. Jika dibandingkan dengan Namjoon yang bisa sering pulang ke ilsan Yoongi jelas sangat jarang pulang ke daegu.

***

Disinilah Yoongi kini berada. Di depan halaman rumahnya di Daegu. Semalam ia memutuskan untuk mengikuti saran Namjoon untuk pulang. Ia tak sempat pamitan hanya menuliskan note dan menempelkannya di pintu ruang kerjanya.

            Pagi tadi ia mengendarai mobilnya dan pulang ke Daegu. Bukan tanpa alasan Yoongi tak ingin pulang. Hanya saja ia juga tak banyak berinteraksi dengan orang-orang disana.

Bite the BulletTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang