Bullet One : The Girl in Silent

71 7 1
                                    







Joo Hee menyodorkan segelas air pada keponakannya yang masih tampak shock. Jujur saja kejadian ini diluar dugaan.

"Bibi minta maaf soal kejadian tadi Yoongi-ya" kata Joo Hee dengan raut wajah menyesal.

"Aku pikir Bibi sudah tidak menginapkan murid lagi." balas Yoongi sembari mendudukkan dirinya di sofa ruang tengah. Tubuhnya terasa sakit setelah memegangi pasien bibi nya tadi. Ia tak menyangka tenaga seorang gadis bisa sebesar itu.

"Kau benar, bibi awalnya sudah tidak menerima keluarga yang menitipkan pasien lagi. Namun kasus Yewon berbeda, dan aku memutuskan untuk menerimanya. Toh Paman tak ambil pusing dengan kehadirannya sejauh ini" Ya suaminya tak protes perihal murid yang dititipkan. Pasalnya anak mereka juga tak berada di rumah karena belajar di luar negri.Yoongi yang mendengar penjelasan bibinya mengerutkan dahinya. 'Yewon kasus yang berbeda?' batin Yoongi betanya-tanya.

Joo Hee yang membaca raut wajah Yoongi tersenyum getir. Ia tak ingin menceritakan sejarah pasiennya namun jika Yoongi sudah melihat kejadian tadi, rasanya ia perlu menjelaskan sedikit agar keponakannya itu tak terlibat masalah lagi.

"Ku harap lain kali jika kau akan kemari, kabari aku dulu. Yewon takut dan memiliki trauma dengan pria asing. Apalagi yang memakai baju serba hitam seperti kau saat ini Yoongi" Joo Hee menunjuk pakaian Yoongi yang memang serba hitam saat ini. Sang keponakan hanya memandang datar pada pakaiannya. Yoongi tak punya warna lain di lemarinya selain hitam, abu-abu, putih dan navy. Bahkan warna coklat tidak ada.

"Haruskah?" Yoongi bertanya sarkastik. Ia cukup sering datang ke rumah bibinya sejak kecil karena sering dititipkan. Bahkan piano kesayangannya dari Eomma ada disini.

"Jika kau tak mau kejadian seperti tadi lagi, ada baiknya menurut pada Bibi"

"Bibi tapi tadi dia mengamuk bukan karena kedatangannku. Aku datang dia sudah seperti itu" bela Yoongi.

"Itu benar, karena Yewon juga trauma dengan hujan dan petir. Kau yang muncul tiba-tiba, hujan besar dan petir adalah kombinasi buruk untuk hal tadi" jelas Joo Hee membenarkan kalimat Yoongi. Kini Yoongi mengusap lehernya kikuk. Benar juga sih, jika mendengar kalimat bibinya tadi dia dan hujan petir merupakan kombinasi buruk untuk gadis itu yang jelas memiliki trauma.

"Jadi sampai kapan aku harus selalu lapor untuk datang kesini?"

"Tentu saja sampai Yewon tak ada disini alias sembuh"

Kalimat Joo Hee barusan membuat Yoongi nyaris tersedak ludahnya sendiri. Rencana menulis lagunya saat liburan mungkin akan gagal juga.

Sial kuadrat!

Eits tapi ia harus bisa membawa Holly pulang. Ia jadi makin khawatir jika Holly harus bermain dengan gadis itu. Yoongi saja dilempari barang apalagi Holly, ahh dia tak bisa membayangkan.

"Bibi, aku mau membawa pulang Holly. Dimana dia?"

"Ada di kamar bibi. Yoongi-ya kenapa tidak biarkan saja Holly bermain disini, Yewon dan Holly berteman baik loh"

"Tidak. Tidak boleh! Aku saja tadi dilempar jam, aku khawatir pada Holly" Yoongi bersikeras membawa pulang peliharaannya.

"Itu lain kasus. Kau tak mau membantu bibimu ini eoh?" Bibinya memohon.

"Bibi cari saja anjing lain di shelter"

"Ada Holly yang sering kau tinggalkan." Yoongi terdiam mendengarnya. Ia mengakui sering meninggalkan Holly dengan orang tuanya yang juga sibuk.

Bite the BulletTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang