Aku baru saja ingin menyuapkan kembali sesendok ice crem ke dalam mulutku ketika secara tiba-tiba pintu atap gedung dibelakangku terbuka lebar dengan diiringi suara gebrakan, membuatku harus menghentikan kegiatanku lalu menoleh. Kudapati seorang pria tengah berdiri di ambang pintu yang sudah terbuka lebar itu, napasnya memburu dan penamilannya sungguh acak acakan, kemeja putih yang ia kenakan tampak kucel, lengan panjang kemeja itu tergulung asal sampai siku, rambut ala iklan sampo pria itu yang biasanya secara otomatis tertata rapi entah karena apa juga acak acakan. Aku menarik kedua sudut bibirku melukis seulas senyum, membalas tatapan pria yang masih setia berdiri disana.
"Hey" kataku sedikit bergetar, menahan air mata yang sudah ada diujung pelupuk mata. Hening. Pria itu masih berdiri di ambang pintu, seinchipun tidak melangkah, mata elangnya masih menatapku. Aku menarik napas dalam lalu berdiri dari dudukku untuk menatapnya, kepalaku tertunduk dalam, sekali lagi aku menarik napas, kugigit bibir bawahku, sebisa mungkin menahan air mata yang memang sedari tadi memaksa lepas. Angin musim hujan menghembuskan helai-helai rambut pria itu, membuatnya semakin mempesona dilihat dari segi manapun. Membuatku kembali tersenyum.
"Hari ini kayaknya mendung nih" gurauku melihat ekspresi murungnya, bertepatan dengan lolosnya sebulir air mata dari kelopak mataku. Pria itu masih sama, tetap diam ditempat ia berdiri dan membiarkanku bermonolog ria.
Kudongakkan kepalaku, menatap langit bertabur bintang atau lebih tepatnya berusaha menahan air mataku supaya tidak mengalir lebih deras "huft, padahal langitnya cerah" lanjutku, bermonolog. Tanpa memperdulikannya yang kutahu masih diam menaptaku
"Eh iya, mau ice cream gak?" kusodorkan box ice cream yang kupegang sedari tadi. Saat itu juga barulah ia beranjak dari tempat berdirinya semula, berjalan cepat ke arahku, lalu.....
...
Mungkinkah kau mengetahui semua? Kisahku? Tentang luka? Tentang harapan? Tentang aku yang dikejar waktu?
...
KAMU SEDANG MEMBACA
Pinocchio
Teen Fiction-Green Tan- Aku memang bukan peri yang bisa datang membawa keajaiban, tetapi kumohon percayalah! aku juga bukan setan yang datang dan membawa malapetaka. -Ryou Takeda- Bagaimana bisa kau tersenyum dalam kesedihan? Berharap dalam keputusasaan? Berkat...