Chapter 1

33 8 12
                                    


Seorang gadis berlari di koridor kampus karena dia hampir terlambat memasuki kelasnya, ah dia tak mau lagi dicap sebagai "Ratunya Terlambat". Dia hanya merutuki segala kebodohannya yang begadang sampai dini hari yang membuat dia bangun kesiangan padahal dia memiliki jadwal kuliah pagi. Sesampainya di depan kelas dia melihat belum dosen masuk ke kelasnya membuat gadis itu mengembangkan senyum yang lebar sehingga pipinya terlihat semakin chubby. Gadis chubby itu bernama Ingka Bintang Laluna. Setelah masuk ke kelas Ingka memilih tempat duduk no 2 dari belakang.

" Wow ! tumben sekali kau datang 10 menit sebelum pembelajaran dimulai. Ini harus dirayakan."Ucap lelaki yang berada di sampingnya, lebih tepatnya lelaki yang menjabat sebagai sahabatnya yaitu Raja Putra Hanidya. Ingka hanya meringis mendengar ucapan dari Raja 'Apakah aku separah itu ?' batin Ingka.

"Tak usah berlebihan." Balas Ingka sambil mengeluarkan novel dalam tasnya.

Kelas Ingka masih saja ribut menandakan doen belum datang, Ingka masih sibuk membaca novel tanpa memperdulikan teman sebangkunya yang sedari tadi mengoceh tidak jelas. Selang 10 menit sang ketua kelas mengumumkan bahwa dosen tidak dapat hadir kerana belia sedang sakit dan sebagai gantinya aka nada tugas untuk mahasiswanya.

" What the hell ! Tau seperti itu aku tak akan berangkat kuliah " ucap Ingka setelah mendengar pengumuman dari ketua kelas.

" Anak perempun pagi-pagi tidak boleh berkata kasar." Sahut Raja yang mndengar grutuan dari Ingka.

" Ck. Diam kau. Dan jangan bicara lagi Hanidya." Desis Ingka

"Aku Raja, jangan memanggilku dengan nama itu." Rajuk Raja. Karena demi apapun Raja benci jika ada yang memanggil Raja dengan nama belakangnya, yang menurut Raja tidak manly, Huft.

" Kenapa ? Namamu kan memang itu dan kau lebih cocok dengan nama itu ".

" Dasar singa betina" lirih Raja karena jika Ingka mendengar maka tamatlah riwayatnya.

"aku dengar apa yang kau katakana Raja".tapi ternyata diluar dugaan Raja Ingka mendengar ucapannya.

" Ouw kau mendengarnya aku kira kau tuli."

Buk !

Bunyi novel yang bertubukan dengan wajah Raja. Ya, baru saja Ingka memukul wajah Raja dengan novel yang baru saja dia baca. Tuh kan benar baru saja Raja membantinya wajah tampannya sudah menjadi korban dari keganasan gadis cantik bernama Ingka.

" Akhh ..!" ringis Raja yang merasakan sakit di wajah tampannya.

" Yak! Kau benar - benar singa betina yang tidak punya perasaan." Teriak Raja pada sahabatnya yang telah berlalu keluar kelas.

"Ah ! Aset berhargaku. Bagaimana jika ini membuat para fansku berkurang." Keluh Raja meratapi wajah tampannya yang diakui sebagai asset berharganya.

**

Ingka melangkahkan kaki menuju kantin untuk sarapan, karena jujur saja dia belum sarapan dikarekan dia bangun kesiangan dan membuatnya terburu buru untuk datang ke kampus tanpa makan atau minum terlebih dahu, mandipun hanya 5 menit. Setelah memesan dan mendapatkan tempat duduk yang nyaman. Dia mengeluarkan kembali novel untuk kembali melanjutkan membaca novel tersebut. Tak berselang lama makanan pesannya pun datang dan dia mulai menyantap dan tetap melanjutkan membaca.
Ingka hanya melirik sebentar orang yang baru saja duduk di depannya. " Kenapa aku tak melihat Raja ?" Tanya Karin orang yang duduk di depan Ingka . Karin Aliansya Friska adalah sahabat Ingka dan juga kekasih dari Raja.

"Mungkin sedang tebar pesona pada mahasiswi di sini atau mungkin mahasiswa di sini." Balas Ingka dengan menaikkan kedua bahunya acuh.

"Enak saja kekasihku masih normal, buktinya dia berkencan dengan perempun." Ucap Karin beserta menatap Ingka tajam atas jawaban tidak terfilter terlebih dahulu.

" Dimana Lerin? Aku tak melihatnya."

" Lerin sedang menjemput Tian di kampusnya. Kau tak membaca pesan Lerin di group chat kita ?"
Hanya dibalas gelengan oleh Ingka. Sedangkan Karin hanya mendengus kasar akan balasa Ingka. Memiliki sahabat yang super cuek membuat Karin harus memiliki kesabaran ekstra namun walau seperti itu Karin tetap menyayangi kedua sahabatnya yang sudah dia anggap keluarga.

" Apa kalian ada masalah ?" Tiba - tiba Karin berucap ketika hening diantara mereka.

"Siapa ?" Tanya Ingka yang tak mengerti arah pembicara Karin dengan tatapan bingung.

"Kau dan Bagas. Memag siapa lagi ?"

"Wajar jika aku bingung Karin, sebelumnya kita tak ada pembahasan tentang ini." Tatap Ingka datar setelah mengerti maksud dari pertanyaan Karin. Jujur saja Ingka sedang malas membahas ini. Bagas Putra Pamungkas adalah kekasih Ingka, mereka mejalin hubungan selama hampir 6 bulan.

"Jadi ?"

"Kenapa kau berpikir seperti itu ?" sergah Ingka. Terdengar dengusan kasar dari Karin karena menurut Karin 'Ingka itu berbelit belit. Tinggal jawab iya atau tidak, kenapa masih bertanya.' gerutu Karin dalam hati. Mana mungkin Karin akan berucap langsung bisa kena timpuk dia, karena sahabatnya ini sedang dalam mood yang buruk sangat mengerikan.

" Mungkin karena kalian tidak terlihat bersama beberapa hari ini. Dan wajahmu yang terlihat tak bersahabat." Karin mengutarakan apa yang ada di dalam pikirannya. Beberapa hari ini Ingka dan Bagas jarang bersama padahal mereka satu universitas dan Bagas akan selalu berada di sekitaran Ingka.

"Tak ada masalah sama sekali hanya saja dia sedang sibuk dengan tugas kuliahnya."Jawab Ingka santai. Walaupun di dalam hatinya dia sedikit merasa kecewa karena belum bertemu Bagas beberapa hari ini dan hanya melalui chat atau telephone untuk berkomunikasi.

"Baguslah kalau seperti itu. Aku akan menemui Raja di perpustakaan. Apa kau mau ikut ?" beberapa saat lalu Raja mengirim pesan pada Karin bahwa dirinya berada di perpustakaan dan menyuruh Karin untuk mengyusulnya.

" Tidak, aku sedang tak berminat melihat drama picisan kalian."

" Aishh. Kau menyebalkan. Oke aku pergi dulu, bye !" pamit Karin yang dibalas lambaian tangan dari Ingka. Hari ini kelasnya hanya memiliki 1 mata kuliah saja, ia memutuskan untuk pergi ke pusat perbelanjan untuk membeli novel.

**

Tampak seorang gadis cantik memiliki rambut panjang berwarna hitam tengah duduk manis sesekali melantunkan lirik lagu yang ia dengarkan melalui earphone miliknya yang tersambung dengan ponselnya. Sesekali gadis itu mengedarkan pandangannya melihat suasan sekitar taman kampus. Agustina Lerin Puriana ya nama gadis itu, dia sedang menunggu kekasihnya yang sedang bimbingan skripsi.
Tak lama setelah itu lelaki berperawakan tinggi menghampiri Lerin dengan senyum yang menawan bernama Bima Tian Setyawan yang merupakan kekasih dari Lerin. Senyum Lerin un ikut mengembang saat Tian berjalan ke arahnya.

"Hi ! Sudah lama menunggu ?" sapa Tian pada kekasihnya.

"Sudah selesai ? Bagaimana ?" bukannya menjawab Lerin balik bertanya

"Emm. Untuk hasilnya aku maju di bab terakhir dan aku berharap segera selesai."

"Bagus kalau begitu kau hebat sayang. Pasti kau cepat menyelesaikannya." Ibu jari Lerin terangkat menandakan dia bangga pada kekasihnya itu. Tian mengusak rambut Lerin sayang.

" Mau pulang sekarang ?"

"Jelas ! Tapi bisakah kita makan dulu ? Aku lapar Tian." Mempoutkan bibirnya karena dia sedari tadi menahan rasa lapar yang sudah menyerang sedari tadi.

"As your wish Dear." Tian berkeling yang membuat Lerin merona.

Tbc

SPACETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang