BLACK RUSE (1/2)

822 33 4
                                    

Main Cast : Im Yoona, Lee Donghae, Cha Seungwon

Genre : AU, Tragedy, Romance

Rating : PG 17

Even your smile, even our love..

They all became tears and have fallen down.

***

"Kau punya payung?"

"Apa?"

"Iya. Payung"

Dedaunan di bawah pohon itu berdesir saling bersentuhan tertiup angin. Kala itu, langit tak mendatangkan mendung ataupun mengundang hujan. Angin tak bertiup sekencang musim gugur. Tidak ada tanda-tanda akan turun hujan ataupun badai salju. Namun gadis berambut coklat itu memberi gambaran  yang berbeda.

"Aku tidak punya. Wae?"

Gadis itu menyedot susu strawberry-nya. Lalu berkedip. "Sebentar lagi akan turun hujan" katanya dengan tenang.

Mendengarnya sontak saja aku tertawa terbahak-bahak. Apa-apaan gadis ini. Bagaimana mungkin langit biru itu menurunkan hujan? Apa dia berpikir aku ini bodoh? Cih! Yang benar saja!

"Yak! Gadis bermata empat. Sebaiknya kau gunakan kacamatamu dengan benar. Matahari sedang terik-teriknya saat ini. Tidak mungkin akan turun hujan" dalihku menatapnya geli.

Tanpa peduli ucapanku dia menyodorkan susu kotak yang telah di minumnya tadi. Aku menatapnya tak percaya antara wajah tanpa ekspresinya dan susu kotak itu, bercampur ngeri. Jelas saja kutolak mentah-mentah. Memberiku susu bekas bibirnya? Jangan harap ingin ingin menciumku secara tidak langsung!

"Ini akan memberimu kehangatan meski tidak sekuat payung yang bisa melindungimu dari hujan. Setidaknya tubuhmu tidak akan mengigil" sekali lagi gadis itu menyodorkan susu kotaknya.

"Shirro!" tolakku tegas serta menyodorkan susu kotak itu padanya. "Kau itukan gadis kenapa jorok sekali.."

"Yoona-ya.. Palliwa. Kita bisa ketinggalan kereta"

Gadis berambut coklat itu menoleh kebelakang, seorang wanita tersenyum lembut memanggilnya. Dan yang kudengar dari bibir gadis itu ia menyahut panggilan ibunya.

Dia kembali menoleh padaku, masih dengan wajah tenangnya ia meraih kedua tanganku untuk menerima susu kotaknya secara paksa.

"Semoga beruntung" dua suku kata yang ia ucapkan sebelum ia pergi membalikkan tubuh dan berlari menghampiri ibunya. Terlalu cepat bahkan sebelum aku sempat protes atas susu kotak itu. Bahkan tidak memberiku kesempatan sama sekali untuk menggerutuinya. Karena setelah aku berbalik dengan perasaan kesal, nyatanya sama sekali tak berpihak padaku. Hujan turun dengan tiba-tiba dan datang  begitu lebatnya tanpa memberiku kesempatan untuk berlindung.

***

[Tujuh belas tahun kemudian]

Metropolitan Station Police, Gangnam-gu, Seoul. 2017

Keributan masih terdengar jelas di kantor pagi itu. Tidak mengherankan jika markas para polisi di warnai dengan sejuta suara. Karena tempat ini juga merupakan tempat yang mengerikan bagi mereka pembuat onar.

"Hyung-nim.. Hyung-nim.. Hyung.. Yak! Lee Donghae!"

Sekoyong-koyong Donghae terlonjak dari kursinya. Mata kantuknya kini terbelalak dengan warna kemerahan. Otaknya yang belum siap berdengung. Ia mengedarkan pandangan dan setelah menemukan wajah Lee Hyukjae di sebelahnya, ia menggeram kesal. "Wae? Wae? Ke apa harus berteriak di telingaku?!"

Hyukjae mencibir. "Kau saja yang tuli" sebelum Donghae membuka mulut untuk protes, ia lebih dulu menyodorkan map biru tua kehadapan Donghae. "Park Jin. Usia 12 tahun. Neneknya baru melapor ketika merasa cucunya tidak pulang selama seminggu" Hyukjae menjelaskan sekilas sambil duduk di meja Donghae, memainkan rubik.

OneShootTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang