PROLOG

54 8 0
                                    


       "Gue ada penawaran menarik," ujar Aidan, menggeser gelas berisi es teh manisnya agar tidak menghalangi pandangannya terhadap Ucha. "gimana kalo kita kerjasama?"

Ucha melotot. Kerjasama? Dengan Aidan?

        "Kerjasama dalam hal apa?"

        "IT," Aidan melipat tangannya di atas meja. "gue tau lo jago. Lo cuma gengsi karena gue lebih jago dari lo. Iya, kan?"

        "Sotoy," Ucha tersenyum angkuh. "kata siapa? Pede banget."

        "Gue bener, nggak?"

        Ucha terdiam sesaat.

        "Apa untungnya buat gue kalo gue terima?"

        "Banyak," Aidan menyerahkan lembaran surat pernyataan. Di sana, telah tertera nama Ucha sebagai pihak kedua kerjasama. Ucha terlihat ragu ketika ingin menggoreskan pulpennya di atas lembaran putih tersebut. "termasuk reputasi lo, tentunya."

        Ucha seketika mendongak dan menatap Aidan lekat-lekat. 

        "Gimana?"

        Dengan menghela napas, Ucha menandatangani lembaran surat pernyataan itu dan menyerahkannya kembali pada Aidan.

         "Selesai, kan?" Ucha kembali menggendong tasnya. Tanpa basa-basi lagi, ia segera beranjak keluar dari kantin.

        Ucha takkan pernah tahu, denganditandatanganinya pernyataan tersebut, hidupnya akan berubah 180 derajat.

PartnerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang