Hangatnya sinar mentari yang biasa menemaniku menghabiskan waktu belajar di dalam kelas, kini mulai berganti dengan angin dingin musim penghujan.
Angin itu perlahan-lahan membelai rambutku dengan lembut melalui sela-sela jendela kelas. kesegarannya menyadarkanku dari lamunan yang melayang jauh entah kemana, seperti tangan dingin seorang Ibu yang membangunkan anaknya dipagi hari.
Titik-titik air yang terlihat di jendela kelas bekas hujan tadi pagi, masih tersisa dan mulai menguap keatas langit.
Aku kemudian menggosokan kedua telapak tanganku untuk menghilangkan rasa dingin yang melanda tubukhku, dan rasa hangatpun mulai menyebar dari tangan ke seluruh tubuh.
Entah kenapa cuaca hari ini mirip sekali dengan suasana hatiku yang selalu bosan dari waktu ke waktu, seperti tidak ada makna dan tujuan, bahkan aku selalu membiarkan hari demi hari berlalu begitu saja, tanpa adanya kesan yang tergores dihatiku sama sekali.
"MULAI SEKARANG KITA PUTUS!"
Ketika aku sedang menyantap bekalku diwaktu istirahat sekolah, terdengar teriakan seorang gadis yang sedang bertengkar dengan pacarnya, seperti akan masuk ke dalam kelas.
Karena takut ketahuan membawa bekal, aku langsung bersembunyi di bawah meja dengan sebuah telur ceplok yang sedang kugigit masih tergantung dimulutku.
aku melihat seorang gadis berjalan masuk ke dalam kelas, Dia berjalan tanpa menghiraukan keaadaan disekitarnya, kemudian dia melangkah lemas dengan mata yang sedikit berwarna merah.
Tampaknya aku mengenal gadis itu, dia adalah murid paling cantik dan paling populer di sekolah ini.
Namanya Rindu Alviana Putri, entah kenapa tidak terlihat senyum di wajah Rindu yang biasanya selalu terlihat ceria, ekspresinya membuatku menjadi sangat penasaran.
Kemudian aku mulai mengintipnya dari sela-sela meja tempatku bersembunyi.
Sepertinya Ini akan menjadi adegan pertengkaran paling seru yang pernah kulihat.
Setelah Rindu berada di dalam kelas, aku melihat Gilang pemuda tampan berambut spike, berhidung mancung, bermata sipit, dan bertubuh atletis, yang merupakan cowok paling keren di sekolah, berlari dengan kecepatan tinggi mengejar Rindu dari belakang, dia mencoba memegang tangan Rindu tapi entah kenapa Rindu menepisnya sekuat tenaga.
"Rin berhenti! Dengerin aku dulu dong!"
Dengan ekspresi yang terlihat kesal Rindu menghentikan langkah kakinya dan berbalik ke arah Gilang, kemudian Rindu menatapnya dengan mata yang sinis, setelah itu Rindu mengepalkan tangannya dan menampar pipi Gilang dengan keras.
"Plaak."
Aku yakin tamparan itu rasanya pasti perih banget, karena suara tamparannya itu terdengar menggema di dalam kelas.
Suara tamparan itu membuat mataku terbelalak, dan membuat tubuhku seketika mematung beberapa detik. Kemudian telor ceplok yang sedang kugigit pun terjatuh ke lantai dan dipenuhi pasir. Karena lapar, akhirnya aku kembali memungut telur itu dan menggigitnya lagi.
Setelah aku melihat Rindu menampar Gilang, aku merasa hatiku sangat bahagia, karena semua rencanaku untuk membuat pasangan paling populer itu bertengkar akhirnya berhasil.
"Dengerin apa! semuanya sudah jelas kok, disaat aku mulai belajar mencintaimu, kenapa kamu malah seperti itu!" Rindu berteriak kepada Gilang.
"Kamu salah paham Rin!"
"Salah paham apanya? Semuanya sudah jelas kok, kamu berkumpul dengan temanmu dan menggosip. Terus kamu bilang, kamu pernah memciumku, memangnya aku ini cewek gampangan apa!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Aku Benci Yang Namanya Cinta.
Romance"Aku tidak mau jatuh cinta lagi, karena aku benci banget cinta. Benci, benci, sangat benci, mati saja kau cinta." Andai kata cinta itu kertas akan kubakar habis dia dan andai kata cinta itu ranting akan kupatah-patah sampai bagian terkecil Ini kisah...