02

13 4 0
                                    

"Pelajaran fisika yang nguras otak aja, lo bisa. Giliran naikin alis sebelah aja ga bisa?"

***

"Jadi, kita mau ngerjain dirumah siapa?" Tanya Fanya yang mulai jengah menghadapi teman sekelompoknya.

Saat ini ia berkelompok dengan Ify, Adit, Zera, dan Saka.
Masalahnya sedari tadi tidak ada yang mau meminjamkan rumahnya untuk bekerja kelompok.
Kenapa ga diluar aja? Simple, ngirit uang jajan hehe.
Pasti ada saja alasan yang dibuat.
Salahkan Fanya juga yang tidak mau mengorbankan rumahnya. Tapi bukannya tidak mau,Fanya hanya tidak ingin ada orang yang mengenalnya lebih jauh. Kecuali Ify. Ify memang sudah berteman lama dengan Fanya. Selain sebagai pendengar yang baik, Ify juga pe-respon yang baik.

Lebay memang kedengarannya, tapi Fanya benar-benar tidak bisa mengizinkan sembarang orang masuk ke rumahnya, yang sebenarnya ia hanya tinggal dengan kakak laki-lakinya.

"Dirumah lo ka, bener-bener gabisa apa?" Tanya Zera, memutar kepalanya menghadap Saka.

"Eh, gimana ya, bisa sih sebenernya--ya cuma tadi gue udah bilang, bunda gue susah ngizinin. Kecuali yaa, kalo ada anak cewek yang minta Zee." Jelas Saka melirik teman yang lainnya, "Bunda gue agak luluh kalo sama anak cewek." lanjutnya.

Adit menghela nafas lega, "Ya elah dari tadi kek ka, kalo masalah itu mah gampang. Serahin aja sama Fanya dia kan g--"

Mendengar namanya menjadi tumbal, Fanya langsung menyela, "eh eh apa-apaan lo? Kenapa jadi gue?" Tanya Fanya sambil menunjuk diri sendiri.

Adit mendengus kesal, "Makannya kalo orang belom selesai ngomong itu dengerin. Kan cuma lo Fan disini yang berani, kali aja nih ya nyokapnya Saka juga jinak sama lo" Kata Adit.

"Lo kata gue apaan bego! Ga! Gue gamau pokoknya. Titik." Balas Fanya membuang muka.

"Ya ampun Fan, kita sependapat sama Adit kali ini, ya Fan ya?" Ucap Ify. "Gapapa kan ka, kalo Fanya yang izin sama nyokap lo?" Tanya Ify dengan senyum manisnya.

Saka mengangguk sebagai jawaban, "Kita mau ngerjainnya besok kan? Berarti pulang sekolah nanti lo balik sama gue!" Ucap Aidan dan jari telunjuknya mengarah pada Fanya.

***

Disinilah Saka berada. Di parkiran, menunggu seseorang. Siapa lagi kalau bukan Fanya?

Saka melirik jam yang melekat di pergelangan tangannya itu. Sudah 16 menit Saka menunggu Fanya. Perempuan itu pergi pamit ke toilet. Dan ini yang Saka tidak suka.

Ia sangat benci jika disuruh menunggu. Baik keluarganya, sahabatnya, apalagi orang yang menurutnya asing.

Tapi bukan berarti Saka menganggap bahwa Fanya itu adalah orang asing.
Ia hanya belum menemumakan kata yang pas untuk 'sebutan siapa' Fanya dalam dirinya.

Saka memanjangkan kepalanya, celingak-celinguk. Sampai akhirnya matanya menangkap sosok yang si tunggunya hampir 17 menit.
Saka sudah menyiapkan beberapa kata pedas yang akan ia ucapkan pada gadis itu.

"Lo itu ngapain aja sih di toilet? Ritual?" Tanya Saka menaukkan sebelah alisnya.

Fanya yang melihat Saka menaikkan sebelah alisnya, berdecak kagum. Pasalnya ia tidak bisa melakukannya.

"Wuih, keren tuh ka. Gimana itu alis bisa naik sebelah?" Tanya Fanya yang sedang berusaha menaikkan sebelah alisnya. Dan nyatanya tetap saja tidak bisa.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 30, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

TASTETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang