" Aku pulang bukan karena keinginan, aku pulang karena aku udah janji sama seseorang aku akan pulang." -Crystal~o0O0o~
Pijakan kaki bergesekan dengan lantai Bandara Halim Perdana Kusuma, membawa seorang gadis pada seseorang yang lama tak ia temui, bahkan di dunia maya sekalipun. Tapi itu tak membuatnya lupa sama sekali, bahkan ia masih ingat betul bagaimana orang itu menangis saat mengantarnya pergi.Ia sedikit berlari agar tidak kehilangan jejak orang itu. Walau sedikit kesusahan karena koper yang ia bawa, ia tetap mengejar orang itu.
"Hei Sinar! hosh hosh huhhh" teriaknya seraya mengatur napas saat ia rasa jaraknya pada Sinar sudah tidak cukup jauh seperti tadi.
Alhasil karena suara kencang itu, yang dipanggil pun menoleh ke arah belakang.
"Siapa ya? Maaf saya harus cepat masih banyak keperluan." Ucap Sinar tak acuh pada gadis itu dan meneruskan langkahnya pergi.
"Sinar kok kamu berubah jadi orang yang gak pedulian?! Ini aku, Crystal."
Sontak mendengar pengakuan gadis itu, Sinar menghentikan langkanya untuk kedua kalinya dan kembali berputar untuk melihat gadis itu.
"Hah? Kamu Crystal? Mata gue masih normal kayaknya deh. Crystal gak mungkin secantik ini." Ucap Sinar tak percaya dengan gadis dihadapannya ini.
Gadis yang seumuran dengannya dengan tinggi 172 cm. Rambut yang dibiarkan terurai panjang. Dengan hoodie abu abu dan jogger hitam melekat ditubuh putihnya. Oh ya, dan jangan lupakan sneakers putihnya.
"Ck... sebenernya kamu muji apa ngehina si?" Crystal merasa dirinya di terbangkan dan di hempaskan di waktu yang sama oleh manusia di hadapannya ini.
"Hehehe sorry. Maklum kan Crystal yang dulu gue kenal kucel, kumel, rambut pendek gak keliatan kalo dia perempuan. So lagi liburan nih ceritanya? " Sinar memang senang seperti ini, mengejek Crystal kapanpun.
"Kayaknya ceritanya gak enak kalo lagi berdiri gini deh, mending kita duduk dulu aja disana." Tunjuk Crystal pada salah satu cafe ternama yang terdapat di bandara ini.
Mereka sepakat untuk duduk di pojok yang jauh dari jangkauan pengunjung lain seperti keinginan Crystal. Crystal bilang biar gampang ceritanya. Entah apa maksud anak itu, Sinar tak mengerti dan hanya menuruti saja.
Siapa tau Crystal pengen berduaan. Begitu pikir Sinar.
"Lo liburan kok sendirian aja si yang lain mana? Jangan jangan lo kabur dari rumah? Atau lo jangan jangan udah gak peduli lagi sama keluarga lo?" Sinar menghujani dengan rentetatan pertanyaan.
Wajah gembira Crystal sudah tak tampak lagi, berubah menjadi tegang. Tak ada senyum merekah menunjukkan lesungnya dan mata berbinar menunjukkan kebahagiaan.
"Aku gak lagi liburan, aku mau balik ke Indonesia." Jawabnya singkat. Tadinya banyak yang ingin Crystal utarakan, tapi entah kenapa hanya kalimat itu yang bisa ia ucapkan untuk saat ini.Crystal tak mau sahabatnya ini ikutan cemas.
"Wedeh... akhirnya pulang juga lo, jadi lo pulang keinginan lo sendiri? Sampe sampe yang lain gak ikut? Atau yang lain ternyata udah sampe dari kapan tau? Atau mereka masih di Amerika pulangnya besok gitu?" Sinar selalu begini, ke-kepo-annya tingkat dewa. Kadang juga suka menerka nerka sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Crystal Collins
General FictionKeluarga impian sepertinya bisa ditautkan pada keluarga Collins. Penuh canda tawa, kasih sayang, membantu yang lain, saling peduli, dan perharian pada sesama. Harmonis. Sangat, sangat harmonis. Siapa yang tidak ingin memiliki ayah yang setiap pulang...