Peserta ke-2

48 3 0
                                    

Kalian udah penasaran belum sama peserta giveaway yang kedua? Kita langsung aja yaa..

Jrengg...

Jrengg...

Jrengg...

Dan peserta yang menempati posisi urutan ke - 2 adalah....

@Black_Author48 dengan tema yang dipilih Bintang. Dari judulnya bikin penasaran sama isinya yaa gaes hehehe.

#WritersIDGiveAway

Judul : Tomorrow With You
Uname Wp : Black_Author48
Tema : Bintang

( "Aku akan menunjukan sesuatu yang lebih indah dari Sirius. Mungkin besok. Besoknya lagi atau besok dan besoknya lagi. Yang terpenting terus bersamamu." Adrian tak dapat melihat apapun, tapi sesuatu yang lebih indah dari bintang itu telah ada di depannya.)

"Selamat malam, makan malam anda tiba! "

Adrian menoleh ke arah suara pintu besi tua yang berdecit disusul kalimat bernada gurauan dari seorang gadis yang sangat di kenalnya. Adrian masih hidup di tengah kesunyian dan kegelapan seorang diri. Kedua matanya dipaksakan untuk tak dapat melihat cahaya. Ia bahkan tak sanggup menggerakan tangan dan tubuhnya dengan bebas. Bahkan hanya untuk menggaruk kulitnya yg gatal.

Tapi dibeberapa waktu gadis itu datang meramaikan petak berdebu tempatnya tinggal. Penjara selalu ramai saat jam makan.

"Eum, sebentar," Naomi meletakkan nampan berisi makanan di lantai penjara. Perlahan ia memeriksa kedua mata Adrian yang sengaja dibatasi penutup mata. Adrian menarik napasnya perlahan. Ada aroma harum yang sangat kentara, menonjol diantara aroma menyesakkan ruangan sempit tak berventilasi ini. Adrian menyukainya, dan rasanya hampa ketika wangi itu menjauh.

"Matamu sudah lebih baik, Adrian," Naomikembali mengangkat nampannya. "Sekarang ayo habiskan makan malammu,"

Adrian merasakan ujung sendok menempel di depan bibirnya. Perlahan ia membuka mulut. Menerima suapan Naomi tanpa bersuara. Seperti biasanya. Seperti hari-hari sebelumnya. Dirinya masih tak tahu harus mengatakan apa kepada Naomi. Dan gadis itu juga tidak menuntutnya untuk bicara,

"Teman-teman pergi ke festival sekarang. Mereka bahkan membuatku sibuk karena kebingungan memilih yukata," Naomi terkekeh lemah. "Ayo bukan mulutmu, Adrian"

Adrin membuka mulutnya. Menerima suapan Naomi untuk kesekian kalinya. "Kenapa.." Adrian menegakkan kepalanya seolah dapat menatap lurus ke mata Kecoklatan Naomi di depannya. "Kenapa kau tak pergi?" entah mengapa Adrian merasa bersalah.

Sesaat Naomi terdiam. Tiba-tiba terasa seperti ruangan gelap itu dijatuhkan cahaya. Rajutan senyum perlahan muncul diwajahnya. Naomi tak bisa menahan betapa bahagianya ia ketika Adrian kembali mengeluarkan suaranya setelah sekian lama.

"Aku.. aku hanya tidak ingin pergi," jawabnya. Naomi masih dengan senyumnya.

"Apa karena aku—kewajibanmu di sini?"

Naomi spontan menggeleng meski gerakan tubuhnya tidak akan dapat dilihat Adrian. "Tidak! Bukan seperti itu!" Naomi mengambil segelas air dan menuntun Adrian untuk meminumnya. Lagi-lagi Adrian bisa menghirup aroma surai Kecoklatan itu. Wangi yang tak pernah berubah sejak mereka masih Bersekolah dahulu. "Kau tahu, aku memilih pergi ke sini bukan ke festival bersama semuanya karena aku ingin. Karena aku ingin ada di sampingmu meski hanya sesaat,"

Adrian tak menanggapi meski air yang ditegaknya sudahlah habis. Lagi-lagi Naomi tersenyum melihat Adrian yang kembali menutup bibirnya rapat-rapat. "Baik, makan malam selesai!" Naomi bersorak diiringi tawa rendah. "Hahh, hari ini di luar sana langit sangat cerah Adrian. Kita bahkan bisa melihat banyak bintang tanpa penghalang apapun,"

Naomi memulai ocehannya. Tentang benda langit, festival, kembang api, bahkan Rayhan yang berkencan dengan Angela. Tapi ini yang Adrian tunggu-tunggu. Tawa riang gadis itu yang seakan bermonolog dengan patung. Adrian tak tahu harus menanggapi apa. Bagian mana yang harus disahutinya walaupun dirinya tak ingin kehangatan ini berakhir.

"—dan Sirius terlihat begitu mengagumkan malam ini!" Naomi tahu bahwa Adrian mendengarkan setiap kata yang dirinya ucapkan. Laki-laki itu mendengarkannya dengan serius meski tak menanggapi dan Naomi cukup maklum dengan hal itu. "Ah! Sirius itu bintang paling terang yang dapat dilihat dari bumi!"

"Ku pikir aku tidak akan pernah melihat bintang itu," Seumur hidupnya Adrian tak pernah sekalipun berpikir untu mengamati bintang. Bahkan saat dirinya harus dijatuhi hukuman masuk ke dalam penjara yang membatasi sebagian indra serta fisiknya,Adrian tak pernah berpikir untuk bebas. Tapi mendengar cerita gadis itu setiap harinya, mendengar tentang keadaan di luar sana yang gadis itu lihat. Adrian ingin melihatnya juga. "Apa aku bisa melihat apa yang kau lihat?"

Naomi mengangguk. Ia menghapus air matanya yang menetes tanpa bisa dicegahnya. "Tentu—tentu saja." Naomi bangkit dari simpuhnya. Tak peduli bagaimana tanggapan Adrian selanjutnya, Naomi menyatukan kening mereka. "Kau pasti akan bisa melihat apa yang aku lihat,"

Adrian merasakan pipinya tergelitik oleh helaian halus yang aromanya sangat ia kenal. Bahunya terasa hangat karena genggaman erat Naomi. Adrian tak ingin waktu terus berjalan dan masa-masa seperti ini berlalu.

"Aku akan menunjukan sesuatu yang lebih indah dari Sirius. Mungkin besok. Besoknya lagi atau besok dan besoknya lagi. Yang terpenting terus bersamamu."

Genggaman dibahunya turun melingkari punggungnya. Ia adalah seorang idiot yang tak pandai berkata-kata. Adrian juga tak mampu melihat apapun sekarang, tapi ia tahu sesuatu yang lebih indah dari bintang itu telah ada di depannya. Memeluknya.

-END-

Nah  , itu dia ceritanya. Bagaimana  kalian? Keren, kan? Pastinya dong.

Sampai disini dulu kita lanjut besok, oke. Tenang aku bakal publish setiap hari kok.

Kumpulan Give Away (GA) 16 - 30 Maret 2017Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang