27

1.2K 129 0
                                    

****

Aku tak sanggup lagi. Aku bahkan menagis di sepanjang perjalan. Bodoh! Kenapa aku melakukan ini? Kenapa aku tetap melakukannya meskipun aku sendiri tahu betapa menyakitkannya ini? Aku terpaksa melakukannya. Aku tak ingin melihatnya terluka ketika mengetahui kenyataan bahwa aku segera akan pergi termakan oleh waktu yang tak tahu pasti kapan itu terjadi.

Semua kenangan manis juga indah bersamanya terlintas kembali di kepalaku. Layaknya seperti film yang berputar menampilkan rangkain hal - hal manis juga indah diriku bersamanya 'Kyungsoo oppa'.

Aku pergi tanpa pamit pada ibu. Aku memakai mobil miliknya. Jangan tanya aku akan pergi kemana karena aku sendiri tak tahu ingin kemana. Aku hanya mengemudi di balik setir kemudi, dan pada pemberhentianku di perempatan jalan terbersit sebuah tempat yang ingin ku tuju saat ini.

Laut.

Ya, aku akan pergi sana. Aku akan melampiaskan semuanya di sana, berteriak sekencang mungkin juga menangis sejadi - jadinya disana. Keadaanku sangatlah kacau saat ini.Setelah kejadian di hari itu. Hari dimana aku mengakhiri semuanya, perasaan tersayat sangat dalam. Perih. Aku menahannya seorang diri.

Aku melewati jalur menanjak dan hari sudah semakin gelap. Aku mempercepat kemudiku.Sungguh,aku tak melihat apapun disana. Tiba - tiba kejadian itu terjadi begitu saja.















Bruk!!!!





Hantaman yang terdengar begitu keras dikarenakan mobilku menabrak sebuah tebing di tepi jalan. Aku tak tahu keadaanku saat ini, semua tubuhku terasa sakit.Aku mengusap cairan yang menetes di keningku.

Darah?!

Keningku berdarah, mungkin saat terbentur setir kemudi tadi. Aku mencoba keluar dari dalam mobil dan meminta pertolongan. Namun,  tak ada orang sama sekali. Aku berusaha bangkit dan berjalan menuju tempat pemukiman warga sekitar. Aku tak tau harus kemana, aku berjalan melalui jalan setapak yang entah menuntunku kemana aku tak tahu. Kurasa ini adalah semacam jalan pintas.

Tubuhku terseok - seok. Kakiku tak mampu lagi berjalan, luka di lutut ini semakin perih. Belum lagi dibawah sana, telapak kakiku terasa sakit.

"Ah!? Appo".Teriakku.

Kakiku tersandung ranting pohon yang berserakan di jalan bebatuan ini, tubuhku tersungkur sehingga membuat luka di lututku ini bersentuhan langsung dengan tanah.

Aku segera beranjak bangkit ketika mendengar gemuruh air dari dekat tebing di depanku. Aku melihatnya,  laut itu di depan mataku sekarang. Aku tak peduli sebelah sepatuku terjatuh, aku bangkit dan berdiri di tepi tebing ini. Gemuruh air laut menyambutku, angin bertiup mengibarkan anak - anak rambutku. Aku menatap matahari terbenam kemudian menutup kedua mataku.

'Aku tak sanggup lagi, maafkan aku eomma, appa, Mino, Kyungsoo oppa. Aku tak bisa membuat kalian bahagia. Aku hanya ingin membuang semua rasa sakit ini bersama deburan ombak, menghilangkannya bersama gemuruh air dan melenyapkannya bersama tiupan angin yang sejuk. Maafkan aku yang teramat mencintaimu hingga berakhir seperti ini. Aku tak berharap lebih padamu, aku hanya ingin kau mengetahui yang sebenarnya. Aku sangat mencintaimu dan kau akan tetap berada di sisiku. I love you Kyungsoo Oppa'.

Aku menutup mataku dan melangkah perlahan menjatuhkan diriku ke laut. Aku tak memfikirkan apa yang terjadi berikutnya. Aku hanya ingin pergi. Itu saja.

Aku tak ingin pergi dengan cara seperti ini, namun aku lebih memilih pergi sekarang dari pada aku pergi di saat aku masih bersamanya.

"Oppa, Mianhae nan saranghandago. Neol saranghae".

Cairan bening ini lolos melewati kedua pipiku di saat bersamaan aku mengucapkan kalimat itu. Aku hanya berharap ia akan menerima semua ini dengan lapang dada.

Aku telah mengakhirinya sekarang. Oppa, annyeong!

****

Aku bergegas menyusul ke tempat kejadian. Banyak polisi juga warga sekitar yang berkerumun. Aku mempercepat langkahku mendekat.

"Andwae! Ini pasti salah. Ini tidak mungkin". Ucapku tak percaya.

Disana terbaring tubuh sepasang kekasih yang tak sadarkan diri. Tubuh gadis itu penuh lebam yang telah membiru. Aku tak percaya dengan semua ini. Apa yang membuat ia melakukan ini?  Mengakhiri hidupnya seperti ini? Aku tak tau harus melakukan apa. Aku masih terdiam tak mempercayai ini semua sampai kedatangan ambulans.

Kedua tubuh itu segera di bawa ke UGD. Aku juga telah menghubungi keluarga kedua pasien itu yakni Soo Ra juga Kyungsoo.

Bibi Jung terlihat benar - benar kalut begitu juga ibu Kyungsoo. Ia tak berhenti melafalkan beberapa doa untuk putranya. Hal serupa juga aku lakukan untuk Soo ra. Aku tak ingin kehilangan senyum itu lagi.
Senyum manis seorang Jung Soo ra. Gadis yang memikat hatiku.


30 menit...

Sosok itu keluar dari pintu darurat diikuti segerombol lainnya. Ia berjalan mendekat kepada bibi Jung. Entah apa yang ia katakan. Namun,  detik berikutnya bibi Jung terjatuh pingsan dan segera di tangani para perawat itu.

"Sebenarnya apa yang terjadi?".

Sosok itu menunduk sebentar dan kembali menatapku.

"Maafkan kami, kami sudah berusaha melakukan yang terbaik. Namun, Tuhan berkehendak lain...".

Aku sudah bisa mencerna kalimat ini,

"Jangan katakan ia pergi meninggalkan kami?". Tanyaku

Sosok itu mengangguk pelan.

"Maafkan aku". Ucapnya

Seketika kakiku melemas. Pikiranku tak tentu. Mataku berkaca - kaca. Dan di saat yang bersamaan jasad itu dibawa keluar dari UGD.

"Tunggu sebentar". Ucapku menahan langkah perawat itu.

Aku menatap lamat setiap bagian wajah gadis itu. Aku tak percaya ini terjadi. Aku memeluk tubuh gadis itu.

"Soo Ra~ya, wae? Kenapa kau melakukan ini padaku?".

Tangisku pecah begitu saja. Aku tak bisa menahannya. Aku sangat terluka.

"Kenapa kau pergi meninggalkanku?".lirihku

Sosok itu kemudian di bawa pergi untuk melakukan prosesi pemakan. Meninggalkan diriku dengan sejuta rasa yang sangat menyesakkan dada.

****


Huhuhu

Maafkan aku kawan,
Aku lagi sibuk banget..
Kakak aku nikah.
Jadi tau lah, sibuk banget aku.

Jadi baru update sekarang.
Sorry banget ya.

Thanks yang masih stay dengan
karyaku ini.

Jangan lupa vote ya,
Comment juga boleh kok.

See you,
Impys Twin

I Love You [ Completed ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang