Penculikan

9.9K 757 157
                                    

Aku mengenal orang yang ada di belakang Ricky. Bagaimana pun penampilannya aku tetap mengenal dia dengan sangat baik.

Tapi kenapa aku begitu bodohnya hingga mau bertemu dengan Ricky di luar rumah? Bukankah akan lebih aman jika bertemu di rumah atau kenapa aku gak telpon Hendra sebelum berangkat tadi?

Hendra...ya aku harus mengabari Hendra. Aku yakin dia pasti akan dapat menolongku dari situasi yang sangat tak mengenakan ini.

Aku pun segera mengambil ponselku dan mengirim pesan kepada Hendra, berharap jika dia akan segera datang ke sini.

"Hen, aku di Mayasi sama Ricky. Aku lihat Fauzian di belakang Ricky, kamu cepetan ke sini!"

Setelah pesanku terkirim, aku menunggu Hendra membalas pesanku. Semenit dua menit aku menunggu balasannya, tapi dia tak kunjung membalas pesanku. Jantungku mulai berdetak kencang dan beberapa butir keringat dingin mulai keluar dari pori-poriku.

"Hen balas please," kataku dalam hati.

Selama menunggu balasan dari Hendra, aku mencoba bersikap biasa walau aku tahu bahwa aku tak dapat bersikap biasa. Aku terlalu takut untuk bersikap normal di hadapan Ricky.

"Di kenapa, ko seperti yang gelisah gitu?" tanya Ricky.

"Eh...aku permisi ke belakang ya Ric, kebelet," kataku sambio sedikit tertawa.

Aku segera beranjak dari dudukku dan berjalan ke arah toilet agar tak menimbulkan kecurigaan pada Ricky dan Fauzian. Setelah aku yakin mereka tak melihatku, aku langsung menelpon Hendra.

Tut tut tut

"Ayo Hen angkat," kataku sedikit kesal karena Hendra tak kunjung mengangkat telponku.

Srreeett

Kurasakan ada sebuah benda tajam menempel pada pinggangku. Aku tak perlu mencari tahu apa itu karena dari ujungnya yang tajam aku tahu bahwa itu sebuah belati.

"Jangan berisik dan ayo jalan," terdengar suara Ricky begitu jelas di telingaku.

Aku terkejut mendengar suara orang yang menodongkan belati padaku. Aku tak percaya jika Ricky tega melakukan hal ini padaku.

"Ricky...kamu...," kataku terbata.

"Hallo Di...," terdengar suara Hendra di seberang sana yang menandakan kalau Hendra telah mengangkat telponnya.

"Lepaskan aku Rick," kataku tanpa menutup telpon.

"Jalan atau belati ini akan melukaimu!" kata Ricky.

Aku baru saja akan membuka mulutku saat aku merasakan belati itu semakin menusuk pinggangku. Kusarasakan ada sedikit rasa perih yang menunjukkan bahwa pinggangku terluka terkena belati itu hingga mau tak mau aku harus mengikuti apa yang Ricky katakan.

Ricky menggiringku ke pelataran parkir dimana aku melihat sebuah mobil avanza hitam milik Ricky terparkir dengan sempurna. Tidak, bukan hanya Ricky yang menggiringku, tapi Fauzian juga. Sebua senyuman tersungging dari kedua ujung bibirnya.

Saat sudah berada di pelataran parkir, aku membalikkan badanku dan menghadap ke arah Ricky. Aku menatap matanya dalam. Aku masih tak percaya jika temanku sendiri akan berlaku seperti ini.

"Masuk!" kata Ricky setelah membuka pintu belakang mobilnya.

Mau tak mau akhirnya aku masuk ke dalam mobil Ricky. Fauzian masuk dari sisi lain pintu belakang mobil dan langsung mengikat tanganku dengan cukup kuat. Di memasangkan sebuah selotip hitam di mulut dan tak lupa memasang sebuah penutup mata hingga aku tak dapat melihat apa-apa.

Aku berontak tapi dinginnya belati tarasa di dekat leherku yang kemarin terluka hingga memaksaku harus berdiam diri atau leherku akan kembali terluka.

Perlahan mobil mulai dijalankan oleh seseorang yang aku yakini pasti Fauzian yang mengendarai mobil karena Ricky aku merasa kalau Ricky masih berada di sampingku dan sesekali dia menodongkan belatinya ke arahku jika aku sedikit saja memberontak.

Berbagai macam pertanyaan berkecamuk do dalam benakku. Aku tahu kalau Ricky memang ada kerja sama dengan Fauzian, tapi aku tak pernah menyangka kalau dia akan sampai hati melakukan semua ini padaku. Dia akan menculikku seperti ini tanpa aku tahu salah dan dosaku padanya.

Ya, kalau Fauzian yang menculikku aku sedikit paham karena akulah yang menghancurkan para pemuja iblis siala itu. Aku yang selalu menggagalkan acara pengorbanan mereka, baik waktu KKN maupub kemarin. Tapi aku tak tahu apa untungnya bagi dia menculikku karena semua itu tak akan dapat mengembalikan apa pun padanya.

"Rick, gantian kamu yang nyetir dan biarkan aku bermain-main sama Diona, sang penyelamat yang sangat cantik itu," kata Fauzian dari balik kemudi.

Seketika mobil berhenti dan kudengar pintu mobil terbuka. Kurasa Ricky mulai beranjak dari duduknya dan akan bertukar posisi dengan Fauzia. Aku menajamkan instingku dan bersiap untuk melakukan sesuatu agar dapat kabur dari mereka.

Bruk

Kudengar suara Fauzian jatuh karena tendanganku yang tepat mengenai perutnya tepat saat dia akan masuk ke dalam mobil.

Dengan susah payah aku segera keluar dari mobil dan mencoba untuk kabur dari mereka. Aku tahu kesempatan ini sangat kecil, tapi tak ada salahnya jika aku mencobanya.

"Hhhhhhhhmmmm," teriakku tertahan karena mulutku yang masih di bekap.

Kurasakan rasa pedas pada rambutku yang di jambak dan di tarik secara paksa dari belakang.

Ya, baru beberapa langkah dari mereka, mereka dapat menangkapku kembali. Semua karena aku tak leluasa untuk lari dari mereka dalam keadaan mata tertutup. Lagi, aku tak dapat minta tolong dengan mulut di bekap seperti ini.

"Masuk!" terdengar suara Fauzian tepat berada di samping telingaku.

Rasa pedas dari kepalaku belum juga hilang karena rambut panjangku yang masih di jambaknya. Jambakannya semakin lama semakin kuat hingga menimbulkan rasa pedas yang teramat.

Kurasakan sebuah cairan bening nan panas mulai membasahi kedua belah pipiku. Air mata itu tumpah begitu saja karena aku yang tak mampu lagi menahan rasa pedas di kepalaku.

"Sakit?" tanya Fauzian sambil menarik rambutku lebih kuat lagi dan kurasakan air mataku semakin deras membasahi pipiku.

"Sakit hah?" tanya Fauzian lagi dan aku diam tak merespon bahkan air mata pun aku berusaha untuk menahannya agar tak membasahi pipiku.

"Jawab goblog!" teriak Fauzian.

Baru kali ini aku di panggil sekasar itu oleh seseorang. Saat aku berada di sarang dia pun aku tak pernah di panggil seperti itu olehnya. Tapi sekarang, saat dia menculikku, dia benar-benar berkata sangat kasar.

Srreett

Kurasakan sebuah tarikan keras pada lengan baju yang aku gunakan hingga membuat lengan bajuku robek. Kurasakan sebuah benda dingin dan tajam membelai lenganku.

Belaian itu semakin lama semakin turun ke bawah hingga sampai pada tanda naga yang ada di lenganku. Ya, Fauzian berada di sebelah kananku hingga membuat dia dapat melihat tanda itu dengan jelas.

"Naga...jadi tanda sebelah kananmu adalah seekor naga? Apakah dia akan keluar sama dengan harimaumu yang di sebelah kiri Di?" tanya Fauzian

Pilihan HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang