06

33 23 7
                                    

Warning : typo bertebaran dimana-mana

Jangan lupa vote and comment

Selamat membaca

***


"Bulan sabit memiliki dua sisi, yaitu sisi terang dan sisi gelap. Maka aku pun seperti itu"

Hal yang ingin Val hindari adalah bertemu papanya. Ia sangat tidak menyukai papanya. Entah sudah berapa kali mereka berantam dalam sehari. Mereka hanya meributkan hal-hal kecil yang seharusnya tak perlu diributkan. Contohnya saja seperti pagi ini. sudah berapa kali Val dan papanya mempeributkan masalah mengenai papanya Val yang ingin mengantarkan Val ke sekolah namun Val menolaknya dengan tegas. Dan seperti biasa juga, Val akan menyusahkan sahabat dari kecilnya itu.

Jika ia memiliki masalah dengan papanya maka ia akan meminta bantuan pada sahabat kecilnya.

"Lo itu ya, selalu aja buat gue susah." omel sahabatnya itu sambil menyetir mobilnya.

"setidaknya lo jadi sahabat dapat bermanfaat. Pahala tau," jawab Val enteng dan mendapat pelototan dari sahabatnya.

"Pokoknya gue gak mau lagi antar jemput lo. Berasa supir gue," ucapnya kesal.

"Lo jangan gitu dong sama sahabat lo sendiri," Val berusaha membujuk sahabatnya itu.

"gue bilang enggak ya enggak." Val hanya mendengus kesal.

"Yaudah deh. Kalau gitu pulang sekolah lo jemput gue setelah itu gue janji dah, gue gak bakalan susahin lo lagi gimana?" tawar Val.

"Pulang sekolah nanti, gue gak bisa jemput lo," ada jeda beberapa saat setelah itu ia pun melanjutkan perkataannya." Lo pasti tau jawabannya" Val hanya mengembuskan napas berat. Tanpa dibilang pun Val sudah mengetahui hal itu.

"Mau sampai kapan lo kayak gitu terus?" tanya Val yang sudah tak bisa menahan amarahnya.

"gue gak tau Val." Jawabnya dengan wajah murung.

"Gue kenal lo dengan baik dan gue yakin lo masih cinta sama mantan lo itu kan?" Sahabatnya hanya diam saja tanpa mampu menjawab pertanyaan Val.

"Jawab gue Zio"

"Lo sendiri gimana? Lo juga masih cinta kan sama mantan lo itu." Skakmat. Val tak dapat membantah perkataan sahabatnya itu. Memang benar yang dikatakan sahabatnya itu. Ia sendiri saja masih belum bisa melupakan mantanya dan masih sangat mencintai mantanya itu.

Seketika suasana pun menjadi hening. Sebenarnya Val ak ingin mencampuri urusan pribadi Zio, sahabatnya itu namun ia sudah tak tahan lagi melihat sahabatnya begitu tersiksa.

"Chezio," panggil Val

"Iya."

"Sekali-kali lo kasih pelajaran sama cewek lo yang sekarang. Gue udah geram banget sama tuh cewek."

"Gue gak bisa Val,"

"Kenapa? lo takut dia ngancam lo lagi. Lo takut kalau lo gak turutin semua permintannya maka dia akan bun-"

"Val! Cukup. Lo gak usah lanjutin perkataan lo itu," potong Chezio sebelum Val membongkar semuanya. Karena hanya Val yang mengetahui rahasia tersebut. Rahasia yang Chezio tutup rapat-rapat.

"Terserah lo ya, yang penting gue sebagai sahabat lo dari kecil udah peringatin lo,"

"Thanks. Tapi untuk sekarang biar gue yang urus sendiri urusan gue."

Akhirnya sampai di sekolah dan Val pun turun dari mobil Chezio. Tanpa mereka sadari dari kejauhan ada seseorang yang sedang memperhatikan mereka. Yang lebih tepatnya orang itu sedang memperhatikan Chezio.

Veranda & ValerinoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang