Bab 1

158 17 2
                                    

Di tengah jam pelajaran yang masih berlangsung, Ji Eun justru melamun. Kepalanya menoleh ke arah jendela yang memperlihatkan pemandangan langit biru kota Seoul.

Pikirannya melayang mengingat kegagalannya dalam audisi pencarian bakat untuk kesekian kalinya pada minggu lalu. Ia bukan merasa sedih atau kecewa, ia sudah kebal dengan perasaan seperti itu. Hanya saja entah kali ini ia merasa lelah dan ingin menyerah saja.

Apalagi kini ia menginjak tahun terakhirnya di sekolah menengah. Ujiannya sudah semakin dekat dan ia merasa sudah tidak ada waktu untuk memikirkan mimpinya menjadi seorang penyanyi.

Ji Eun menghela napas. Sepertinya ia akan melupakan mimpinya dan beralih untuk fokus belajar untuk menghadapi ujian.


Sementara di lain tempat, seorang laki-laki tengah duduk bersandar dengan kedua telinga tersumbat earphone mendengarkan lagu yang terhubung pada ponselnya. Sesekali ia menggumamkan lirik lagu yang didengarnya dan ia begitu menikmati hembusan angin segar di sekitar wajahnya.

Getaran ponsel mengalihkannya. Ia menatap pesan yang baru saja masuk di ponselnya. Melihat pengirimnya lantas ia bergegas memasukan bukunya ke dalam tas punggung hitam lalu pergi terburu-buru menuju halte bus terdekat.

...


Ji Eun memetik gitarnya dan mulai bernyanyi asal. Tangannya begitu lihai menghasilkan nada-nada indah diiringi suaranya yang merdu membuat siapa saja yang mendengar akan kagum. Tapi mengapa ia justru selalu gagal dalam setiap audisi. Mungkin mereka merasa kurang cocok atau merasa Ji Eun belum memenuhi kriteria mereka, entahlah...

“ Kau terlihat seperti orang yang sedang patah hati saja.”

Ji Eun menghentikan kegiatannya lalu mendongak menatap Kim Jun, guru les musiknya –dan orang sudah ia anggap sebagai kakak-. Ia tersenyum miris dan menjawab, “ Oppa benar, aku sedang patah hati karena di tolak lagi.”

Jun menyodorkan susu kotak pada Ji Eun dan gadis itu menerimanya dengan senang.

“ Gagal lagi ? Aku tidak tahu kenapa kau selalu gagal padahal suara dan permainan gitarmu baik-baik saja. Kurasa kau memang sial.”

Ji Eun mendengus mendengar pernyataan Jun yang selalu mengatakan hal itu berkali-kali setiap ia gagal audisi.

“ Apa tidak ada kata lain yang ingin Oppa  katakan ? Kenapa selalu saja kata-kata itu yang terlontar sampai aku hafal dan bosan mendengarnya.”

Jun hanya terkekeh mendengar hal yang sama dari mulut Ji Eun untuk kesekian kalinya. Pria itu menegak cola-nya. “ Lalu apa yang akan kau lakukan kali ini ? Kau bilang jika kali ini kau gagal kau akan menyerah dan fokus belajar untuk ujianmu.”

Ji Eun menggendikkan bahu, “ Entahlah, kurasa aku akan melakukannya. Belajar untuk menghadapi ujian.”

Jun tersenyum kecil tak tahu bagaimana menanggapi perkataan gadis yang sudah ia anggap seperti adiknya itu. Ji Eun dan Jun tinggal di kompleks yang sama dan mereka sama-sama anak tunggal dalam keluarganya. Jun yang memimpikan memiliki seorang adik harus ia urungkan karena penyakit ibunya yang tak memperbolehkan beliau untuk mengandung lagi. Dengan kehadiran Ji Eun membuat Jun bersyukur.

“ Apa kau akan ikut kelas ?” tanya Jun yang disambut gelengan oleh Ji Eun.

“ Aku pulang saja. Lagipula banyak tugas yang sudah menunggu.” Jawab Ji Eun dengan lesu.

“ Seperti kau pernah mengerjakannya saja. Jadi sekarang kau benar-benar serius kali ini ?”

Ji Eun hanya mendengus kesal mendengar ejekan Jun padanya.

“ Ahh ! Aku ingat, aku memperkerjakan orang baru disini. Kau tak mau melihatnya ? Dia tampan meski tak setampan aku. Mau bertemu ?”

“ Entah kenapa dari nadamu seolah-olah kau sedang ingin menjodohkanku dengan orang itu.” Mata Ji Eun menatap curiga pada Jun yang membuat pria itu terkekeh geli.
“ Aku hanya bermaksud baik. Kau kan suka sekali melihat orang yang tampan apalagi kau juga punya Oppa setampan aku.”

“ Kau mengatakannya seolah-olah aku ini gadis yang suka melemparkan dirinya tanpa berpikir panjang ketika melihat orang yang tampan.”

“ Bukannya memang begitu ? Kau lupa kalau kau pernah menangis haru melihat konser idolamu sampai kau tidak memperdulikan ingusmu yang terus-terusan keluar itu ? Menjijikan.” Ucap Jun dengan ekspresi wajah jijik

“ Aku tak menjijikan seperti itu !! Kau berlebihan sekali mengatakannya !” Teriaknya tak terima dengan ucapan Jun. “Lagipula...tidak.. sebanyak itu..” cicitnya pelan yang ditanggapi gelak tawa dari Jun.

“ Ahh...lupakan ! Kau menyebalkan !! Aku pulang !!!”

Dengan kesal Ji Eun berdiri dan melangkah pergi. Sepertinya kekesalan yang ia rasakan membuatnya tak sadar jika ia melupakan tas dan tangannya yang memeluk gitar.

“ Mau kau bawa kemana gitarnya ? Lalu tasmu ? Mau kau tinggal ?” tanyanya dengan menahan geli.
Langkah Ji Eun terhenti menyadari perkataan Jun, dengan menahan rasa malu ia kembali mengambil tas dan meletakkan gitar pada tempatnya. Melihat hal itu membuat Jun terkikik geli.

Tanpa mengatakan sepatah kata, Ji Eun melangkah keluar dengan langkah yang menghentak-hentak.

Dukk..

“ Akh !!”

Ji Eun memekik sakit sedangkan Jun tertawa terpingkal-pingkal melihat Ji Eun terantuk pintu yang dibuka oleh seseorang.

Ji Eun berjongkok memegang wajah terutama hidungnya yang terasa perih. Sedangkan pelaku –orang yang membuka pintu- berdiri linglung menatap Jun yang tak berhenti tertawa dan menatap gadis yang berjongkok di depannya.

“ Kenapa dengan gadis ini ?” tanya Kyung Soo polos dengan wajah datarnya yang membuat Jun mau tak mau tertawa semakin keras. Dan pada saat itulah benda melayang terbang ke arahnya.

Bughh..

“ Akh !! Ji Eun !!”

Seketika itu juga Jun berhenti tertawa digantikan dengan pekikan sakit yang keluar dari mulut Jun. Ia meraba wajahnya yang mendapat hadiah lemparan sepatu dari Ji Eun.

Kyung Soo menaikkan sebelah alisnya menyaksikan kejadian tadi namun mau tak mau ia tertawa kecil mendapati wajah Jun yang memerah.

“ KAU !!” Seruan Ji Eun dengan mengacungkan jarinya menunjuk Kyung Soo membuat pria itu menoleh dan menatapnya datar.

“ Lain kali bilang dulu kalau mau masuk ?! Liat ini, gara-gara kau wajahku jadi korban dan—“

“ Kau mimisan.” Ucap Kyung Soo datar membuat Ji Eun meraba hidungnya dan baru sadar ada cairan mengalir dari hidungnya.
Kyung Soo hanya berdiri tak melakukan apa-apa sedangkan Jun datang dengan membawa kotak tisu untuk Ji Eun.

“ Ughh...lihat, kau bahkan sampai mimisan liat orang tampan.” Ejek Jun pada Ji Eun

“ Bukan seperti itu ..!”

“ Kyung Soo, tolong ambilkan kursi itu.” Ucap Jun pada Kyung soo lalu beralih pada Ji Eun. “ Tampan kan ?” Jun tersenyum geli menatap Ji Eun yang memelototinya dengan kesal.

Tbc...

***
Haloo... Maaf ya lama updatenya*emangadayangnunggu😂

Ngomong-ngomong gimana sama cerita ini ? Lebih baik dari sebelumnya apa justru makin jelek 😭

Sebelumnya ngasih tau aja yaa... Aku bakal update ceritanya nggak tentu, soalnya tugasku makin tak menentu 😂😂 tolong maklumin yaa

Terimakasih buat semua yang setia dan sabar menunggu *cielahwkkwkwk

Sejujurnya aku terharu ada yang mau nunggu cerita abal abal ini dengan sabar *sudahterbiasamenungguyaawkwkkwk😂✌

Akhir kata saya ucapkan terimakasih yang sebesar besarnyaaaaa 🙆🙆🙆

Gomawo.. 😘😘😘

Key Of HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang