Sekitar jam empat pas,para siswa-siswi sdh membereskan mejanya yang penuh dengan buku yang baru saja mereka catat dan pelajari. Martha menyalami guru dan keluar dari kelas sesampainya di pagar sekolah sudah terpakir mobil pajero dan sudah ada pak aden yang menunggu di depan gerbang sekolah,Martha berjalan menuju mobil pajero kemudian pak supir itu membukakan pintu dibelakang mobil dan menyuruh Martha masuk. Martha tersenyum simpul dan segera masuk,saat itulah Martha juga melihat Robby yang lagi di kerumuni cewek tanpa melihat ke arahku dan mobil kami pun jalan. Sesampainya di rumah, Martha segera mandi kemudian karena perut keroncongan Martha berjalan ke ruang makan,disana mbok Mi yang adalah pembantu di rumah Martha sudah menyiapkan beberapa lauk dan juga nasi menu siang ini ialah cumi goreng tepung dan sayur kangkung terasi sedap sekali Martha segera menghabiskan satu piring nasi dengan lauk yang tadi. Martha pun kembali ke kamar dan mereview pelajaran yang di bahas tadi saat di sekolah. Karena belajar adalah favorit Martha maka Martha sudah tenggelam dalam pelajaran fisika nya dan biologi,tiba-tiba ada suara ketukan di depan pintu Martha lantas Martha terkejut yang tadi sudah asyik mempelajari rumus fisika tiba-tiba hilang karena rasa kaget nya itu seseorang masuk ke dalam kamar dan dibelakangnya di ikuti laki-laki paruh baya yang lebih tinggi dari perempuan itu. Perempuan itu kelihatan awet muda dan memakai baju formal seperti baru pulang kerja sedangkan bapak yang ada di belakangnya seperti memiliki kulit yang agak coklat dan memiliki kumis sama seperti perempuan tadi memakai baju kerja. Itu adalah orangtua ku,Martha segera berdiri dari meja belajarnya dan memeluk kedua orangtuanya dan aku bisa merasakan bahwa mereka menyayangiku dan aku tidak sendirian di dunia ini. Kadang mereka lembur dan aku hanya di tinggal sendirian dengan mbok Mi,kadang aku juga curhat dengan mbok Mi dengan memakai bahasa isyarat hanya saja mbok Mi selalu mengerjakan pekerjaan rumah sedangkan pak Aden hanya supir pribadiku yang harus dipanggil jadi pak Aden itu bukan pekerja tetap. Papa dan mama tersenyum melihatku "nak papa dan mama janji kamu pasti bakal bisa bicara bagaimanapun caranya" mama berbicara dengan sangaaatt lembut aku meneteskan air mata dan segera mengambil buku tulisku yang biasanya adalah alat komunikasi ku,Martha menulis dan merobek kertas tersebut dan memberikannya pada mama dan papa nya yang bertuliskan "ma kalo mama gak tahan kerja atau capek jangan di paksain aku bisa berusaha
sendiri kok..". Mamaku memandang tulisan itu dan kembali memeluk ku "mama gak keberatan say" mama tersenyum dan segera pergi dari kamarku yang di ikuti papa,sebelum itu papa menyodorkan uang sekitar 200.000 ribu itu ke tanganku,aku menolak untuk menerima uang papa karena papa lah yang bekerja keras dan lagi tabunganku sudah banyak di bank aku gak tau mau di apain uang itu tapi papa tetap bersikeras agar aku mengambil uang itu jadilah aku menerimanya. Keduanya pergi dan kembali sibuk di kantor sejujurnya aku lebih membutuhkan kasih sayang daripada uang tersebut dan Martha segera kembali ke meja belajarnya. Ke-esokkan hari nya seperti biasa bangun,mandi,ganti baju,sarapan dan berangkat ke sekolah. Di perjalan tidak segaja aku menemukan sosok Robby yang sedang kelihatan gelisah,cepat-cepat aku menepuk pundak pak Aden untuk berhenti sebentar pak Aden langsung berhenti dan segera bertanya "ada apa ya neng?" Martha yang tidak ada waktu untuk menjawab pak Aden langsung keluar dari mobil dan segera menuju ke Robby yang sedang memperhatikan sepedanya dengan gelisah. Martha segera menulis di buku catatannya itu Robby yang menyadari akan hal itu bingung sesaat kemudian kuserah kan buku itu padanya "kamu kenapa gelisah seperti itu?" Robby melihat martha sesaat dan menjawab "eh..iya nih Martha ban ku bocor dan aku gak tau tambal ban ada di mana karena aku belum lama tinggal di kota ini". Robby mengembalikan buku yang aku tulis,karena tulisan ku rapi dan kecil maka ada ruang lagi untuk ku menulis. Martha kembali menulis di kertas yang sama tadi "ohh.. gimana kalo kamu" belum sempat Martha menulis tanganya sudah di genggam oleh Robby "Martha sebelum kamu jawab pertanyaanku,ehmm boleh aku tanya?" Martha menganggukan kepalanya saat ini dia tau apa yang akan di tanyakan Robby kata-kata yang selama ini membuat dia trauma. Jika memang Robby bukan takdir teman pertamanya maka dia akan tetap menerima kenyataan bahwa memang dia tidak layak dicintai dan terus akan kesepian sampai kapan pun. "Aku pingin tanya apakah benar kamu orang tunawicara?,maaf gak sopan". Ternyata benar saja dugaan Martha tetapi Martha tetap menjawab nya dengan pede, dia mengangguk-anggukan kepala nya. Robby yang tau maksud dari Martha itu terdiam sejenak dan kembali tersenyum "seperti yang aku bilang gimana kalau kamu ikut aku aja naik mobil" Robby pun mengangguk setuju. "Martha terimakasih ya,padahal kita kan baru kenal tapi kamu sudah mau membantu ku seperti ini,BTW boleh gak sepeda ku ditaruh di bagasi mobil mu?" "Iya boleh,tapi kamu percaya sama aku?" Tanya Martha di buku itu. Robby membaca surat itu dan dia pun ikut menulis "aku percaya kok =)" Martha mempipin jalan dan dilihat nya pak Aden yang berada di warkop seberang jalan,sambil menyeruput kopi hitam yang ada di genggamannya Martha bingung haruskah ia menyebrang itu akan memakan waktu maka Martha bersiap untuk mengeluarkan suaranya walau pasti suaranya bukan main gak jelas,saat Martha mengangakan mulut Robby sudah duluan menyebrang jalan dan memanggil pak Aden. Yang pasti Robby tau itu supirnya Martha dari sorot mata Martha yang daritadi melihat bapak yang menyuruput kopi itu dengan memakai peci. Pak Aden sempat meminta maaf dan mempersilahkan Martha dan Robby masuk. "Oh yaaa pak boleh minta tolong buka bagasi nya mau taruh sepeda" kata Robby sambil senyam-senyum "oh silahkan tapi sudah ijin sama neng Martha?" "Ya sudah donk" Robby mengangkat sepedanya dan menaruh nya di bagasi mobil dan menutup bagasi kembali. Robby masuk dan mobil pun segera jalan "kayak nya kita telat deh Mart" kata Robby santai,Robby mengalihkan mukanya pada Martha yang benar-benar panik. Bagaimana tidak panik Martha adalah anak teladan yang gk pernah sedikit pun melanggar peraturan sekolah,Robby tertawa melihat wajahku yang panik segera kupukul lengannya. Sebenarnya ini pertama kali aku memukul lengan seorang cowok. Martha menggerak kan tanganya membentuk kata isyarat Robby yang tidak mengerti maksud Martha hanya melongo,Robby mengambilkan ku kertas dan menyuruhku menulis . Martha membuang kertas itu, karena mobil Martha sudah berhenti di depan gerbang sekolah,Martha langsung pergi menuju kelas saat Martha sudah di depan pintu kelas dia membuka pintu perlahan-lahan...
Bersambung💖💖
Jangan lupa beri rating,supaya update nya cepat hehe..😊😊