The way : You Love

6 1 2
                                    

Kokok ayam yang menyambut pagi, ikut membangunkan ku di waktu shubuh. Mengingatkan aku untuk menyegerakan bertemu denganNya. MenyapaNya dan bercengkrama denganNya. Menceritakan semua dan berterima kasih karena telah melindungiku di waktu terlelap. Meminta restuNya, perlindunganNya, untuk memulai kegiatan di hari ini. Semoga hal - hal yang baik selalu menyertaiku. Aku pun bersiap untuk ke sekolah. Meminta restu pula kepada ibu, karena restu orang tua adalah restu Allah pula.
   Cuaca hari ini cerah sekali, aku menyapa teman - teman dengan ceria. Hingga aku lupa bahwa ada seseorang yang memerhatikan ku, entah itu baik atau tidak. Pelajaran hari ini pelajaran yang aku sukai, oleh karena itu aku sangat bersemangat. Mungkin aku memang tidak terlalu menonjol di kelas, aku bukan anak famous seperti yang lain, juga tidak sepintar dia, tapi aku bisa mengimbangi keduanya. Aku bersekolah di SMA favorit di kotaku, agak sulit juga jika ingin menjadi top 5. Padahal dulu saat SMP, alhamdulillah aku bisa menyaingi teman - temanku. Tapi sekarang aku baru bisa memasuki top 10. Tapi tak masalah, aku baru menginjak kelas 10. Perjalananku masih sangat panjang hingga kelas 12 nanti.
   Di kelas, aku memiliki teman - teman dekat bernama Dina, Ceera (read:sira), dan Nisa. Mereka selalu menemani hari - hariku. Saat pulang sekolah,
"Besok ada PR?" Ucap Dina.
"Ada kayaknya, itu lohh kimia atau apa yah. Aku nyatet kok nanti di kirim lewat line aja." Jawab Nisa.
"Ohh yaudah makasih yaa Nis."
"Kamu tuh di kelas ngapain aja hah? Melamun yak sampe PR aja ga tau." Kata Ceera.
"Wayy santei dong mba."
"Iya iyaa becanda napa sih."
"Udah - udah kalian jangan ribut - ribut gitu, ayo kita pulang!" Ajak ku.
Belum sampai wajah pintu, aku ditabrak,
"Aduh! Kalau jalan lu liat - liat lahh, ampe nabrak gua segala!"
"Mmm.. ma maaf Radit aku ga liat kamu."
"Makanya kalau jalan pake kaki! Terus kalau liat pake mata!" Kata Radit dengan nada tinggi dan membuat anak - anak lain yang melihatnya tertawa.
"Woyy gua ga becanda ya!" Bentak dia lagi.
"Yah kata - kata lu yang bikin orang - orang ketawalahh. Udah ahh kuy pulang. Entar lu malah dihajar loh sama bapaknye, maki - maki anak orang aja lu." Kata temannya sembari merangkul Radit keluar kelas.
"Rum kamu ga apa apa kan? Jangan dimasukin hati kata - katanya si Radit itu. Dia emang omongannya ga bisa di jaga" kata Dina.
"Laki - laki kok kasar sih ke perempuan, ga like." Kata Ceera.
"Udah ahh ayo kita pulang, beli es krim dulu tapi yaa. Aku traktir dehh."
"Yeee" teriak Dina dan Zeera kompak.
"Tapi Arumi aja, kalian beli sendiri yaa."
"Yaaa" teriak mereka dengan nada malas. Aku hanya tersenyum melihat tingkah mereka.
   Dia Radit, M. Raditya Rahman. Memang sih aku tak dekat dengannya. Aku baru tau sekarang kalau dia bisa sekasar itu pada perempuan. Selama di kelas aku tidak memerhatikannya. Dia selalu bersama anak - anak kelas lain, jadi aku tidak tahu menahu tentang sikapnya.
   Hari ini di kelasku sudah masuk jam pelajaran kimia, pelajaran favoritku. Suasana kelas gaduh, karena semua guru di sekolah ini tidak pernah tepat waktu, selalu saja telat. Semenjak kejadian "ketabrak" itu, aku mulai memerhatikan Radit. Dia diam sendirian sembari mendengarkan lagu lewat headseatnya, mungkin suatu kebiasaannya. Salah satu anak melihat keluar, Pak Danu berjalan menuju kelas.
"WOYY ADA PAK DANU!!" sontak anak - anak kelas kembali ke tempat duduknya masing - masing. Memang guru - guru disini terkenal agak 'killer'.
"Assalamualaikum Wr. Wb" salam Pak Danu.
"Waalaikumsalam Wr. Wb" jawab anak - anak kompak.
"Bapak akan membagikan kelompok untuk praktek minggu depan. Langsung saja ya, sekretaris kelas ini mana?"
"Saya Pak." kata Tia.
"Tolong tuliskan nama - namanya dan kelompoknya di papan tulis."
"Siap Pak." Tia menuliskan nama - namanya, aku sangat berharap bisa satu kelompok dengan teman - temanku.
"Yahh Rumii, aku sekelompok sama Fatur. Dia kan anaknya rese banget." Dina menggerutu padaku.
"Aku di kelompok 4 sama.. Beno, Raditya, Nisa, dan Wahyu. Ehh tunggu dulu. Aku sekelompok sama siapa?" Aku mendadak bingung.
"Hahh sama Radit loh Rum, gaswatt bana!" Dina mulai mengeluarkan logat anehnya.
"Aduh gimana nih? Ga apa apa kali yah."

Wait for next chapter ^-^

The WayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang