BTS - Jealousy

41 1 8
                                    

BTS Park Jimin, Min Yoongi, Kim Taehyung

"kapanpun bisa memanggil sekaratku"

.

Mudah sekali menghapal derap perjalanan mereka menuju kemari tatkala suara bising kendaraan di kaki gedung beberapa kali jadi pengganggu dan pengacau pendengaran. Sejak sebulan yang lalu mereka sudah menjadwal kunjungan kemari alih-alih tidak kurang dari absennya mereka mengumpulkan konversasi tidak penting atau kadang kala lebih banyak gelak tawanya dari pada obrolan penting lain. Yah, aku tak cukup berperan di dalamnya.

Kak Yoongi memang suka menyeret teman-temannya masuk kesini termasuk sahabat karibku di bangku tingkat menengah.

Betapa akrabnya mereka lantaran sering bersenda gurau layaknya kakak-beradik, sementara aku pun ingin turut menimpali jikalau mereka tengah demikian. Tapi dayaku tak begitu wajar, yang bisa kulakukan hanya tersenyum mengamati. Lupakan. itu sudah jadi hal biasa.

Hari ini kak Yoongi libur kerja, ia punya tugas mencuci pakaian kotor selama seminggu penuh dan menyiapkan makan malam untuk kedatangan ibu dari Busan.

Kak Yoongi suka sekali aroma mint. Hampir setiap ruangan disini ia semprot wewangian begitu. kalau bukan mint atau stok pengharum ruangan tersebut habis di toko-toko, pilihan kak Yoongi hanya akan jatuh pada lavender. Dimana aroma itu menjadi list kedua setelah mint aroma yang menghidupkan suasananya.

Ia suka mengkoposer lagu, menulis lirik-lirik kuat dan tegas, pula di tambah suatu bakat alaminya di bidang rap. Dulu aku suka sekali mengamati pekerjaanya, dan terkadang aku ikut menyanyikan bait-bait singkat yang di khususkan seorang vocal. Oke, kak Yoongi cukup mengakui bahwa suaraku teramat menarik dan hampir selevel dengan solois jaman sekarang, katanya. Pernah sekali ia menawariku masuk panggung debut dan menjadi trainee di sebuah agensi milik temannya, Kim Namjoon tapi aku lekas menolak karena kekurangan rasa percaya-di tambah keadaan yang sangat jauh tidak memungkinkan untuk meraih nama bintang seperti itu.

Tak mengapa tidak denganku, kak Yoongi menawari Taehyung dan ia sigap menerima. Setiap hari terus berkunjung ke rumah, kak Yoongi menghabiskan waktu melatih Taehyung menyanyi lalu mengajarkan ia teknik vocal yang baik kendati ia berkecimpung di dunia rap. Yah, hanya butuh dua bulan penuh Kim Taehyung telah menyadari bahwa kemajuannya semakin pesat, dan segera kak Yoongi mempromosikan laki-laki moodmaker itu kepada Namjoon. Taehyung mulai melangkah ke tangga-tangga bintang, ia mengikuti arus, melatih diri di agensi kecil dan berteman dengan banyak orang.

Pada saat Namjoon mengatakan jika ia hendak mendebutkan sebuah grup empat anggota di antaranya Taehyung masuk ke dalam list tersebut-aku mulai jadi tak karuan. Mulai menyalahkan sebuah skenario Tuhan.

Terlebih kak Yoongi mulai pudar di mataku, kurangnya perhatian yang ia beri, pula kurangnya ia bertanya kalau aku baik-baik saja atau tidak-itu sirna semenjak Taehyung sering menginap, sering mengobrol dengannya, lagi juga ... sering bertukar canda tawa. sungguh, itu terlihat menyenangkan.

Batinku tertohok alih-alih tangan tak dapat ku rekat begitu saja karena aku berbeda ruang dari mereka. ingin rasanya mengucap sebongkah kata ungkapan jika aku cemburu melihat mereka berdua sering berlaku layaknya kakak beradik tapi aku sendiri, yang sama-sama pernah lahir di rahim satu ibu pun-tak banyak berbuat sementara kak Yoongi ... realitanya sungguh buta, tuli, tak dapat mendengar barang sejenak jeritku dari kejauhan. Jujur saja, aku lebih memilih mati sekarang dan ingin sekali memaksa Tuhan agar segera mencabut akar-akar nyawa ini. tetapi, kendati demikian.

Yang dapat kulakukan hanya terus terdiam dan berbaring, mendengar dan merasakan, begitulah sekian satu bulan berlalu.

Lama sekali bergantung pada sebuah tabung oksigen, selang-selang penghubung kehidupan serta di temani bunyi monitor bagai alarm yang kapanpun bisa memanggil sekaratku. Sudah kubilang sebelumya bahwa dayaku cukup lemah, cukup pasif karena aku sudah setengah perjalanan menuju mati. diantara jalan hidup kembali aku sendiri tak begitu kuat hingga saat ini.

Aku menangis keras di dalam sini, meski mereka tak benar-benar tahu bahwa aku menderita cukup parah.

"Kau memang hebat Taehyung-a. Aku bangga padamu." Klise, aku hanya butuh kak Yoongi di sampingku kembali. Dan bertanya setiap pagi atau malam hari perihal keadaanku.

"Ini semua berkatmu, kak." mereka mengabaikanku seperkian kali.

Aku marah!!!

"Ayo ku traktir kau makan malam,"

Beep-beep

"Ada apa?"

"... Jimin,"

"Jimin kenapa?"

"...s-sudah sadar! Ayo kembali ke atas!"

Ini sebuah keputusan, kesempatanku menggapai inai-inai sisa kehidupan yang masih bisa ku raih. Menghindar, menjauh bukanlah pilihan tepat. Aku bisa memperbaiki kekuranganku sebelumnya dan mencoba bersikap normal kepada kak Yoongi, lantas mengatakan-

"M-maaf kak, karena aku pernah berburuk sangka kepadamu dan juga Taehyung."

.

Fin.

ps.

1. Sejujurnya FF ini udah lama aku ketik dan ragu untuk publish karena suatu kendala (lagi) hell -_- /masa bodoh hmph/

2. Kim Seokjin my hyung -_- oh maaf, maksudnya my brother /abaikan/ dan Min Yoongi adalah kekasih layang-layang yang tak dapat kukejar (?) eaaa ... /paan sii -_- gajex! oke, silakan VOTEMENTnya gaesh! ^_^

3. Tolong di maafkan ya bila semua FF di dalam ini sukses bikin muntah /eew/ XD

RANDOM-FictTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang