Itsnaani

429 39 12
                                    

"Eomma tidak mempermasalahkan kalau kau ingin beribadah, tapi eomma mohon jangan pulang terlalu larut, itu membuat eomma khawatir."

Ji Eun tersenyum dan menganggukkan kepalanya. Ia merebahkan kepalanya yang lelah dipangkuan sang eomma. Ji Eun bersyukur eommanya masih baik dan mau menerimanya. Ia tidak bisa membayangkan bagaimana jika eommanya malah menjauhi dirinya.

Ia tak akan sanggup karena baginya eomma adalah separuh jiwanya.

"Eun-ah, apa kau tidak memiliki niat untuk menikah?"

***

"Eun-ah, apa kau tidak memiliki niat untuk menikah?"

Ji Eun menatap sang ibu terkejut, setelahnya ia kembali mengontrol raut wajahnya menjadi tenang dan tersenyum menatap sang ibu yang kini menanti jawabannya atas pertanyaan tadi.

"Apa eomma ingin aku segera menikah?"

"Ne, kita hanya berdua di dunia ini dan eomma takut tidak akan bisa bersamamu lebih lama dan pada akhirnya meninggalkanmu sendirian."

Ji Eun merengut dan menepuk pelan telapak tangan eommanya.

"Eomma! jangan bicara sembarangan. Eomma tidak boleh pergi sampai aku mengizinkannya, dan aku tidak akan mengizinkan eomma pergi dari hidupku,"

Eomma tersenyum menatap Ji Eun yang sedang mengerucutkan bibirnya. Dielusnya kepala Ji Eun yang kini sudah ditutupi dengan kain panjang yang menjulur hingga kedadanya.

Putrinya cantik, sangat cantik,

"Eun-ah, bukankah agamamu juga mengajarkan tentang kematian? Tidak ada yang tau umur seseorang dan tidak ada yang bisa menghindari takdir, jadi kau tidak boleh berbicara seperti tadi lagi okey?"

Ji Eun menunduk dan berusaha menyembunyikan air matanya yang menggenang dan siap turun. Tidak, ia tidak akan menangis didepan eommanya, sudah cukup rasanya eomma menderita karenanya, dan ia tidak akan menambah beban eomma dengan tangisannya lagi.

"Eomma... hiks..."

Ji Eun memeluk eommanya dengan erat, ia membenamkan kepalanya di pundak sang eomma dan menghirup aroma eomma yang menenangkannya. Ia berjanji akan melakukan apapun demi membuat eommanya bahagia.

"Eomma, apa menurutmu kepercayaan dan jalan yang ku ambil salah?"

Eomma Ji Eun melepaskan pelukannya dan menatap wajah putrinya yang sudah bergenang air mata. Ia menghapus sisa sisa air mata yang masih menggenang dan membanjiri wajah cantik putrinya hingga membuat sebagian jilbabnya basah.

"Eun-ah tatap eomma, eomma tidak pernah bilang agamamu salah dan meski awalnya eomma menentangmu namun akhirnya eomma luluh dan menyetujuinya karena melihat perubahan yang amat besar didirimu, kau kuat pantang menyerah, menjadi lebih lembut dan hormat pada eomma, kau juga menutupi bagian tubuhmu agar tak sembarang dilihat orang lain... tidak mungkin kepercayaanmu salah jika semua yang diajarkannya membuatmu berubah kearah yang jauh lebih baik?"

Bulir air mata kembali jatuh membasahi pipi sebelah kiri Ji Eun, dengan cepat ia menghapusnya dan kemudian menatap sang eomma dengan tatapan memohon seperti yang sudah sering ia lakukan.

"Kalau begitu kenapa eomma tidak mau ikut denganku? Meyakini dan mempelajari kepercayaanku agar kita bisa terus berjalan beriringan bersama sama selamanya."

Eomma tersenyum dan menangkup kedua pipi putih putrinya. Kemudian ia menggenggam kedua tangan Ji Eun dengan erat seolah menyalurkan ketenangan melalui genggaman itu.

Mate Destiny (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang