6

157 12 1
                                    

Jika aku bisa memilih, aku ingin menjadi lelaki satu-satunya yang ada dihati kamu. Tapi kenyataannya? Kau mengenal lelaki lain selain aku. Sesak. Bahkan tangis pun tidak dapat melegakan hatiku.

Setelah membaca pesan yang ditulis dalam kertas berwarna merah itu, Rania langsung menerka-nerka dari siapakah surat itu berasal. Pasalnya surat itu ialah surat yang pertama kali ia dapat dalam hidupnya.

Jaman sekarang masa iya ada cowok begini? Harusnya chat kek gitu to the point maksud dan tujuannya apa? batin Rania sembari memasukkan surat tersebut ke dalam tas.

Bahkan sampai pelajaran berakhir pun ia masih memikirkan siapa penulis dari surat yang ia dapat pagi tadi. Bukan ia berfikir bahwa penulisnya adalah sahabat yang paling ia cinta hanya saja, perasaanya berkata bahwa dialah pengirimnya. Bahkan ia beranggapan bahwa Abi lah yang mengirimkan surat tersebut.

Gue harap, lo penulis surat itu Bi. Batin Rania.

"Ran? Lo belum balik?" tanya Aidan yang tiba-tiba saja sudah tepat dihadapan Rania.

Kapan Aidan disini? Tanya Rania dalam hati.

"Hmm. Belum hehehe. Gue abis piket sih tadi, oiya. Btw lo masuk kelas apa? Lo ips ya?" Tanya Rania dengan sesekali matanya mencari seseorang.

"Iya, gue ips hehe. Maklumlah gue kan ga sepinter Bu Bos. Balik yuk," ajak Aidan dengan tangannya yang langsung menggandeng tangan Rania yang bisa dikatakan posesif itu.

"Tapi Dan, gue be---"

"Ran? Lo balik sama dia?"  Tanya Abi yang tiba-tiba ada diantara Rania dan Aidan.

"Hm sebenernya gue mau chat lo Bi. Trus juga gue abis piket. Tiba-tiba Aidan ada disini. Gapapa kan gue balik sama Aidan?" Tanya Rania yang sesungguhnya bukan itu yang ingin ia katakan pada Abidzar.

"Oh, okey gpp. Soalnya gue juga ada janji sama Andira hari ini. Yaudah, lo hati-hati ya. Gue duluan," jawab Abi tanpa melihat wajah yang ajak bicaranya itu. Setelah itu Abi pun langsung berbalik dan berjalan menuju lobby sekolah.

Andira?

"Andira?" Tanya Rania tak suka.

Mendengar pertanyaan itu, Abi yang sudah setengah beranjak dari hadapan Rania pun menoleh.

"Iya. Gebetan gue," setelah mengucapkan kalimat itu pun Abi langsung berjalan menuju parkiran tanpa menoleh sekalipun.

"Ran? U okay?" Tanya Aidan lembut.

"He? Iya gue gapapa, bagusan kita balik sekarang," jawab Rania sambil tersenyum, dan pada saat itu juga Aidan mengerti bagaimana hati sahabatnya itu.

*

Andira : Aku udah dikafe hehe, ga sabar ketemu sama kamu! Kangen parah😝

Setelah membaca pesan yang dikirimkan oleh Andira, Abi langsung melajukan motornya. Tidak peduli bagaimana perasaan hatinya sekarang, karena yang terpenting untuk saat ini adalah Andira.

STAYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang